Dear
Tian,
Ingin kusebut engkau bagai pena yang
menerjemahkan banyak kata. Engkau mengukir berbagai tawa menghapus gemuruh
derita yang enggan berlalu.
Ingin kusebut engkau bagai rembulan
yang datang menyinari bumi gelap. Kehadiranmu tak pernah kutunggu namun nyata
kini aku melihatmu. Melihat binar dan letupanmu yang gembira. Bahagia.
Tian, bolehkah aku menyebutmu jemariku.
Yang membuatku mengetik rindu tanpa sudah. Menulis kembali cerita hidup tanpa
gundah.
Bagaimanapun aku menyebutmu, apapun
caraku memanggilmu, bagiku engkau adalah keabadian.
Saat kupanggil namamu. Selalu ada
rindu yang bergemuruh dan enggan kuterjemahkan. Aku takut menanggapi rindu.
Namun hatiku berdegup tanpa jemu. Tian, bagiku kau adalah kata; BAHAGIA.
Oleh @buleg_darmi
diambil dari http://decakhati.wordpress.com
No comments:
Post a Comment