Dear, sahabat lamaku…
Halo, apa kabar? Sudah lumayan lama ya kita tidak bertemu. Tepat tanggal 14 di bulan ini berarti sudah lima tahun kurang sebulan. Kalau dipikir-pikir, kamu lucu sekali; memilih meninggalkanku dan kota kita tepat di bulan kedua hari keempatbelas, sebuah tanggal yang diakui seluruh dunia sebagai hari kasih sayang.
Kamu baik-baik saja, kan? Kamu tahu, kata rindu memang terdengar lebih puitis, tapi … tapi kangen terdengar lebih jujur, kan? Aku kangen kamu. Kangen sekali. Duh, ternyata lima tahun kurang sebulan itu belum cukup lama untuk mengurangi sedikit saja rasa sayangku padamu. Padahal mereka bilang waktu akan menyembuhkan segalanya. Tapi sepertinya aku memang harus menunggu lebih lama lagi untuk meleburkan semua rasa ini.
Hm, kamu sudah lama tidak update akun media sosialmu, ya? Terakhir aku lihat, kamu masih terikat dengan seseorang. Dia beruntung sekali, bukan? Hahaha. Mengenalmu dua belas tahun bisa membuatku yakin kalau dia itu memang wanita yang sangat beruntung. Kamu juga bahagia bersama dia, kan? Karena setahuku kamu tidak suka dikekang dan diganggu oleh suatu hubungan. Wah, dia pasti memperlakukanmu dengan sangat baik. Semoga saja begitu.
Kamu masih ingat? Di hari terakhir pertemuan kita, aku malah membuatmu kecewa, bahkan mungkin marah. Aku yang saat itu tahu bahwa hari itu adaah hari terakhir pertemuan kita malah membatalkan janji sepihak tepat saat kau telah menunggu di taman kota itu; taman kita berdua. Aku menulis pesan bahwa aku sedang pergi menemani ibuku ke rumah nenek saat kau bertanya aku ada dimana. Kamu tentu sudah tahu kalau aku tidak akan mungkin mengabaikan perintah ibuku.
Tapi … tapi apa kamu tahu apa yang terjadi sebenarnya? Saat itu, aku hanya mengurung diri di kamar. Mengunci diri dari interaksi apapun. Iya, aku menangis seharian. Menyesali keadaan yang memaksamu untuk meninggalkan kota ini; kota kita yang penuh kenangan. Saat itu aku bahkan tidak sanggup memikirkan akan seperti apa hidupku tanpamu nanti. Rasanya bahkan semua sudut kota ini telah menjadi saksi kedekatan dan kebahagiaan kita, bukan? Lalu bagaimanalah aku akan bisa bertahan? Bagaimanalah aku bisa melupakanmu?
Kamu tahu? Aku pernah membaca sebuah buku. Katanya, “ Ah, setiap kali ada seseorang yang akan pergi … maka sejatinya yang pergi sama sekali tidak perlu dicemaskan. Dia akan menemukan tempat-tempat baru. Berkenalan dengan orang-orang baru. Melihat banyak hal. Belajar banyak hal. Dia akan menemukan petualangan di luar sana. Sementara yang ditinggalkan … nah …, itu baru perlu dicemaskan.” Kalimat itu seribu persen benar. Sungguh tidak keliru, seandainya kamu tahu.
Aku menyesal memilih tidak bertemu denganmu saat itu. Sungguh menyesal. Padahal kamu adalah sahabatku dan kamu akan segera pergi ke luar negeri untuk mewujudkan mimpi terbesarmu. Dua belas tahun mengenalmu membuatku sangat yakin bahwa kau pasti akan meraih cita-citamu. SD-SMP-SMA yang sama membuatku hafal semua tabiat dan tingkah lakumu. SD-SMP-SMA yang sama membuatku yakin kamu akan menaklukkan duniamu bahkan dalam hitungan tahun.
Tapi … apa kamu tahu? Penyesalan terbesarku adalah menyimpan sebuah rahasia dengan sangat rapat. Rahasia yang jika kamu tahu, mungkin saja akan membuatku bahagia, atau malah terluka; pada akhirnya. Kamu tahu apa? Aku mencintaimu dari dulu … dulu sekali sejak aku baru mengerti dan merasakan apa itu cinta … bahkan sampai sekarang; rasa itu masih ada, rasa itu kian membesar.
Selamat menggapai impianmu, sahabat lamaku. Hatimu pun telah memilih dia, kan? Pertahankan kebahagiaanmu, pertahankan dia. Tidak apa-apa. Sungguh tidak apa-apa.
Regards
the-one-who-loved-you
Oleh: @ulyauhirayra
Diambil dari http://ulyauhirayra.tumblr.com/
No comments:
Post a Comment