31 January 2013

Kepada Tuan

Kepada Tuan

Semoga menjadi hari baikmu ketika menerima sapaku lewat sepucuk surat ini. Akan menjadi hari baikku pula ketika kamu merasa senang dengan cerita yang aku tuliskan. Apa kabar, Tuan? 

Terima kasih telah menjadi teman yang baik selama ini. Terima kasih telah menyapa penyepi dengan sederet cerita menyenangkan hingga tawa pun berebut didendangkan.

Kapan kita bertemu? Lupa. Iya aku lupa. Namun aku meyakini bahwa aku pernah bertemu denganmu di suatu tempat. Kemudian membawaku untuk kembali mengingat tentangmu dan bertukar banyak cerita denganmu. Atau de javu? Entahlah, aku tak tahu apa-apa tentang itu. Sepanjang aku bisa menjalani dengan sebaik-baik aku memiliki rindu, aku tak punya banyak alasan untuk menggugat segala cerita yang telah terjadi. Dan, psssstttt… jaga rahasiaku. Bisa jadi, aku hanya menceritakan padamu. Jika aku kemudian tahu ada yang mendengar itu, ah… kamu…. 

Oh iya, ngomong-ngomong dahsyat sekali radarmu, bisa menemukan aku. Ya, aku si penghuni sunyi, yang lebih suka mencumbui sepi. Kemudian keluar membawa-bawa tawa yang dirajut sendiri untuk menghibur diri dan mereka yang mendekati sepi. Aku tak mau siapa pun berlama-lama merasai sunyi sepertiku. Anggap saja, aku sedang belajar menghibur. Wajar saja bukan jika kemudian aku tak terlalu pandai menghibur, menyulut tawa dengan sengaja seperti yang biasa kamu lakukan. Bisaku hanya sebatas mendengarkan kemudian menikmati. Ah, sangat oportunis. Tapi itulah bisaku, saat ini 

Kamu tahu? Aku suka sekali mendengar tawa, melihat manisnya senyum dan menikmati pipi bersemu merah yang kemudian merona. Ya, segala yang aku tak pernah mendapatinya dalam sunyi. Segala yang selalu membuatku ingin berlari, mencari-cari dan terbang entah menuju negeri mana untuk mendapatkannya. Untuk apa? Untuk kemudian aku kenalkan kepada mereka para penyepi bahwa di luar sana, ribuan tawa akan menyambut mereka. Seperti kamu, yang selalu suka mengajak semesta tertawa.

Setidaknya, terkadang aku ingin bisa memohon agar waktu bisa lebih panjang ketika cerita-cerita itu memenuhi telinga. Ah, iya, meski aku tahu ketika bosan menyergap, “lagu”mu selalu begitu. Tak apa, pun aku tak punya hak memaksa. Begitu kan? Bagaimana pun aku tahu kamu sudah sebaik-baik teman yang sungguh pengertian. Bahkan, kadang terasa berlebihan.

Memang belum banyak hal telah kamu bagi, namun aku tetap merasainya berarti. Seperti lahir kembali dan belajar menikmati setiap rasa yang ditawarkan semesta. Tak lagi mengutuki rasa-rasa yang tak seharusnya dibenci. Ya, sebegitu menyebalkannya aku, menganggap garis hidup aku yang menulisinya sendiri. Ah, keterlaluan.

Iya, se-terlalu itu pula aku kepadamu. Tak bisa sebaik-baik kamu peduli padaku. Meski sesungguhnya aku pun tak pernah mengira ternyata sepeduli itu aku padamu, Tuan. Namun tak sebaik-baik yang aku rasakan bisa aku katakan, ungkapkan. Maaf, jika terlalu banyak kecewa yang kemudian menetap di hatimu sebab aku, tentang aku dan selalu saja aku. Namun sungguh, aku tak pernah dengan sengaja menoreh sedih di hati putih, milikmu. Sungguh aku tak pernah sedikit pun dengan niat mengirimkan luka memenuhi hatimu. Sungguh.

Hingga kemudian, mungkin jeda yang terpilih untuk mengisi beberapa waktu belakangan. Serta beda yang kemudian kerap menyulut lelah dan kemudian sunyi merenggut tawa-tawa yang telah terbiasa ada. Kenapa? Jika pun ada yang ingin dikata meski terasa menyakitkan, tak apa, katakan saja. Asal kamu tahu, aku tak suka tawa semu, Tuan. Sekali lagi, tak suka. Boleh aku katakan sekali lagi kepadamu? Aku hanya ingin mendengar yang sesungguhnya… 

Atau… aku terlalu menyebalkan? Ah iya. Mungkin. Sepertinya, kepadamu pun aku tak bisa menghentikan semua itu. Menghentikan semua hal yang berujung pada rasa kesal, sebal. Semua karena aku yang terlalu bebal ya?  Apakah kamu masih memilih bertahan, Tuan? Jika anggukan darimu yang aku dapatkan, terima kasih seperti apa yang harus aku sampaikan kepadamu? Tak akan cukup dengan memberimu seribu cerita lucu atau perilaku absurd yang kerap membuatmu berpikir bahwa aku sangat dungu. Aku biarkan. Asal ada tawa yang kemudian berdendang tanpa diundang.

Aku dan kamu banyak berbeda Tuan. Aku tak perlu mengulitinya satu per satu. Aku hanyalah satu yang menyapamu sebagai figuran. Tak punya peran penting apa pun. Oh, tidak! Aku adalah pemeran antagonis dalam kehidupanmu. Ya, antagonis yang akan memenuhi ceritamu dengan segala hal dungu yang akan membuatmu terus menggeleng-gelengkan kepalamu, kehabisan komentar. Kemudian dari jauh aku tertawa menyaksikan kamu yang hendak mengibarkan bendera putih. Tenang, aku tidak kejam. Aku hanya memiliki peran antagonis dalam kehidupanmu. Itu saja.

Bagaimana pun antagonisnya aku, semoga masih kamu berikan hak untuk duduk bersama denganmu. Bertemu mata. Kembali mendengarkanmu bercerita, apa saja. Mengangguk-angguk memahamkan setiap kata yang meluncur dari bibirmu. Tanpa kelu.

Jadi, bagaimana dengan impianmu saat itu? Aku harap suatu ketika kamu bisa menggenapkannya menjadi kenyataan. Aku tahu, kamu bersungguh-sungguh menggapainya. Dan orang sepertimu, insyaAlloh lebih mudah mendapatkan ridho dari Sang Maha Pemberi Rezeki. Dengan segala kebaikan dan kesabaran yang kamu punya, insyaAlloh semua perjalanan terasa lebih mudah. Semoga semangatmu terus tumbuh dan tak terbiarkan meluruh. Seperti yang kerap kamu katakan kepadaku, tak perlu banyak mengeluh.

Sampaikan salamku kepada hatimu, agar tetap terjaga dari kecewa yang tak pernah aku sengaja.Sampaikan salamku kepada sehatmu, agar tetap terjaga tak meluruhkan tawa-tawa yang selalu aku suka.

Oh iya, jika kemudian surat ini benar-benar terbaca olehmu, Tuan, aku tak melarangmu memberikan balasannya. Namun, dengan caramu. Aku ingin tak ada jejak pada lembar ini. Aku hanya ingin, surat ini menjadi kejutan untukmu. Sebab itu pula, jika aku menerima balasan, aku ingin mendapatinya sebagai kejutan.

Terima kasih, Tuan atas segala waktumu. Atas segala indera dan rasa yang kamu relakan untuk sekejap menikmati serangkai aksara dalam suratku. Semoga bisa menjadi seindah-indah kenangan yang mungkin hanya bisa aku sematkan dengan cara seperti ini. Selamat menyemai mimpi kembali, Tuan 

Aku,

penyepi penyuka tawamu 


Oleh @wulanparker
Diambil dari http://lunastory.wordpress.com/

Om - Tante


Teruntuk kalian yang memutuskan berpisah dengan jalan cerai.

Hai, om-tante. Kali ini ide saya memilih kalian. Siapapun itu. Di manapun kalian berada. Semuanya berawal dari percakapan yang saya dengar beberapa waktu lalu. Perihal anak broken home yang kehidupannya (bisa dibilang) kacau. Tidak disiplin, suka bolos sekolah, suka berbohong.
Om-tante, apa yang kalian rasakan saat sedang asik-asiknya memadu kasih? Di mana om berjuang untuk mendapatkan hati tante. Lantas tante dengan lapangnya menerima om sebagai kekasih. Waktu berjalan, kalian saling menyamankan satu sama lain. Dengan amat sangat matang, kalian memutuskan menikah. Om pergi menemui orang tua tante. Dan voila! Kedua keluarga menyetujui hubungan kalian dan menyegerakan peresmian. Sebut saja, pernikahan. Ingat bagaimana saat kalian fitting baju pengantin, memesan undangan, katering makanan dan menyusun daftar kawan dan kolega yang akan kalian undang? Masih ingatkah itu semua? Apa yang kalian lakukan semalam sebelum upacara sakral itu berlangsung? Saling memberi kabar kah? Atau malah terjaga sampai waktunya tiba? Masih ingat, om, tante? Saat hari H di depan mata, seberapa tampan dan cantikkah kalian berdua? Pangling? Wajar. Yang saya dengar sih pengantin memang dibikin beda dari biasanya. Entah mitos atau gosip. Sampai tiba pada saat-saat yang menjadi jantung dari upacara ini. Ijab qabul. Dalam satu tarikan nafas. Saya selalu membayangkan jika saya ini seorang lelaki, sebagaimana lihainya lidah saya dalam melafazkan satu kalimat penyatu yang nantinya akan menghalalkan hubungan kita. Tante, bagaimana rasanya setelah om dengan lancarnya berhasil melafazkan itu semua? Lega kah? Pasti :)

Bulan demi bulan berlalu. Om berusaha menorehkan karya di rahim tante. Kalian berdoa. Agarnya buahnya matang. Suatu hari tante mual-mual. Kalian bahagia. Ini merupakan tanda, karya kalian akan segera bernyawa. Waktu terus berlari. Sembilan setelahnya, buah kalian lahir ke dunia. Kali ini lelaki. Calon pejantan yang lebih dari tangguh. Hidup kalian makin terasa sempurna. Dunia bagai milik kalian bertiga. Larinya waktu semakin cepat. Om-tante berbuah lagi. Sekarang perempuan. Calon putri yang cantiknya menandingi bidadari khayangan.

Tahun demi tahun berlalu. Mulai ada kerikil yang menghadang. Om-tante bertengkar kecil. Dengan anak-anak yang mengintip dari kamar. Mereka bingung. Salah apa sampai terjadi keributan itu. Lama kelamaan pertengkaran semakin sering. Bahkan tumpahnya air mata pun menjadi bagian penting. Anak-anak semakin bingung. Sedih. Tak mengetahui keadaan macam apa ini.

Om-tante terus bertengkar. Satu kalimat saja bisa memancing kemarahan. Ternyata bukan hanya batu kerikil yang menghadang kalian. Ada batu gamping, konglomerat, batu apung dan segala batu-batuan lainnya. Kalian seakaan sulit untuk dipersatukan lagi. Tumpukan batunya sudah terlalu tinggi sehingga tak ada cara yang bisa meruntuhkannya. Kecuali dengan berjalan sendiri-sendiri. Dengan berjuta-juta pertimbangan, kalian memutuskan untuk berpisah. Dalih kalian adalah demi kebaikan bersama. Bersama siapa yang kalian maksud?  Anak-anak kalian tentu tak bersama lagi. Sampai pada akhirnya kalian benar-benar berpisah. Apakah sebelum memutuskan semuanya, kalian pernah bertanya pada anak-anak, setujukah mereka dengan jalan ini? Pernah kah? Atau malah sama sekali tak sempat? Atau kalian malah sengaja tak meminta persetujuan mereka karena kalian pikir mereka hanya anak kecil yang tak seharusnya dimintai persetujuan atas ini?

Semuanya dimulai. Kalian tak bersama lagi. Masing-masing sendiri. Kalian terpisah. Pun anak-anak kalian. Keceriaan memudar. Batin mereka menggusar. Kenapa harus ada yang berpisah padahal Tuhan inginnya kita menyatu? Coba om-tante pikir kembali. Percayalah, taka da perpisahan yang benar-benar baik. Semuanya tergantung waktu.

Salam,
U


Oleh @ulfaground
Diambil dari http://ulfarizkiana.blogspot.com/

Teman


Hai teman

Terima kasih menemaniku siang dan malam.
Terima kasih selalu ada disaat aku membutuhkan.
Terima kasih membuatku tak pernah merasa sendiri.
Terima kasih untuk menampung air mata dan gelak tawa.

Kita memang sering berbeda pendapat. Aku tahu, akulah yang keras kepala. Kau selalu akhirnya mengalah, dan aku akhirnya sadar kesalahanku.

Aku bersyukur sekali kau dulu tak pernah pergi dariku, tidak seperti kebanyakan teman lainnya, kau pergi hanya saat aku tak ingin ada kamu. Kau sangat pengertian.

Aku sering membanggakanmu pada teman-teman lainku yang tak pernah setia. Aku ingin mengenalkanmu pada mereka. Tapi kenapa mereka selalu mengerutkan kening mereka. Kadang aku dianggab gila. Mungkin mereka tidak percaya, di jaman seperti ini, aku masih punya teman sepertimu.

Tapi aku menjadi ragu, setiap mereka bersamaku, mengapa kau tak pernah ada di sana? Apa kau malu pada mereka? Apa kau merasa tak nyaman? Aku bahkan mau kehilangan mereka dan hanya mempunyai satu teman. Kamu.

Mereka tidak juga mengerti, walau aku coba jelaskan berkali-kali. Mereka bilang kau tak pernah ada. Mereka bilang kau hanya hayalanku. Mereka bilang kau hanya imaji. Aku tahu mereka iri.

Sampai hari ini, kau telah lama pergi, mungkin mereka menyakitimu. Tapi aku selalu menyayangimu.

- teman nyatamu -

Oleh @ulansabit
Diambil dari http://punyaulan.wordpress.com/

Hai! Aku Ibumu!


Saat itu kamu terus berlari ketika aku memanggil namamu.
Langkah kakimu semakin lebar saat teriakanku semakin keras.
Jejak-jejak kakimu meninggalkan cerukan mendalam.
Tahukah kamu...aku sangat merindumu.
Aku tak'kan berhenti memanggilmu meski lidah menjadi kelu.
dan akhirnya...
Kamu pun berhenti manakala aku tersaruk dan terjengkang di hamparan pasir. 
Tubuhmu menjulang tinggi menantang matahari sore.
Bahumu yang bidang menghalau sinar matahari dari serapan mataku. 
Bau anyir laut berganti dengan aroma tubuhmu yang wangi.
Kamu sekarang tumbuh menjadi menjadi lelaki dewasa.
Aku yakin wajah tampanmu mengalihkan tatapan banyak wanita.
Tapi sayang...kamu masih berdiri tegak tanpa sedikitpun menoleh padaku.
Padahal, rasa rindu ini semakin membuncah dan ingin terlahir dari rahim kerinduan.
Sungguh! Aku rindu padamu.
Aku rindu memelukmu, menciummu, membelaimu.
Menolehlah...kumohon.
Aku ingin melihat wajahmu dan berkata, "Hai! Aku ibumu!" 

Oleh @_r15na_
Diambil dari http://araiesenei.blogspot.com/

Rahasiakan Saja Ini


Ular besar dan hitam itu hidup. Benar-benar hidup. Tumbuh dari kulit punggungku; dari sesulur tribal yang meliuk.
Berdesis.
Aku jeri. Kucoba meraih lehernya yang tegak. Tidak berhasil. Kini dia berada di atas tubuhku. Menindihku.
Mencoba menyetubuhiku, lalu kegelapan.
 Aku terbangun begitu saja dari mimpiku dan nafasku engap.

Kau tertawa mendengar cerita mimpiku. Hei, kau masih ingat mimpi yang kuceritakan?

Dahulu aku pernah bermimpi sama. Dan pernah kuceritakan padamu. Itu mimpi ketika aku masih bocah, berumur 8 tahun, setelah aku selamat dari percobaan pelecehan seksual oleh seseorang yang dianggap terhormat. Mimpi ini menghantuiku setiap malam-malamku, dan berlangsung lama. Kau tahu betapa aku tersiksa saat itu.

Beruntungnya aku, bertemu seorang yang baik di keluargaku. Percaya atau tidak mimpi itu tidak ada lagi.

Ketika dewasa, sesungguhnya aku mulai merindukan ular itu. Ya, ular hitam dan besar dalam mimpiku dahulu. Di mana dia?

Bukan begitu. Bukan ular itu. Tetapi kamu. Ya kamu!

Kuceritakan padamu. Ada dengus hangat yang sama seperti ketika kau menciumiku. Bahkan aku menikmati pelukanmu yang melilit erat. Bahkan aku dan kamu bisa meliuk kenikmatan dalam fisik tubuh yang sama.
pun basah bersama…
Tetapi kamu tak tahu. Kini kucatatkan ular besar dan hitam itu sebagai sesulur tribal di punggungku, agar ada malam-malamku bersamamu.

Ibuku? Ah, Beliau tak perlu tahu tentang tattoo itu. Pun hubungan kita. Sebab tak ada yang percaya kisah cinta  perempuan dan perempuan itu.

Ya. Ini tentang aku dan kamu. Rahasiakan saja ini.

Masihkah kau tertawakan mimpiku?



salam rahasia mimpi

lala

Oleh @_bianglala
Diambil dari http://pelangiaksara.wordpress.com/

Surat Cinta Untuk @si_makie

Kantor @PosCinta, 30 Januari 2013


Halo Makie,

Apa kabar? Bosse menulis surat ini setelah melihat betapa gigihnya Makie memperjuangkan hak Makie untuk mendapatkan Samsung Galaxy Y. Bosse senang sekali ada bocahe PosCinta segigih Makie. Sebagai generasi muda kita memang harus memperjuangkan hak kita, tentu saja menjalankan kewajiban terlebih dahulu yah... *senyum prangko*

Nah, Bosse sebelumnya mau memperkenalkan diri dulu. Kata orang tak kenal maka tak sayang, Bosse rasa ada betulnya juga *lompat-lompat di tumpukan surat*

Sudah tiga tahun Proyek #30HariMenulisSuratCinta diadakan. Setiap tahun peserta bertambah dan tukang pos juga bertambah. Senangnya lagi, tahun ketiga ini @axisGSM mau memberikan hadiah buat para peserta, tapi tentu saja tradisi #30HariMenulisSuratCinta tetap dipertahankan. Kami tetap menjadi ajang belajar menulis bersama sekaligus bergembira dengan mengolaborasikan twitter dan blog. Kami telah memilih dua media tersebut sejak pertama kali proyek ini dijalankan di tahun 2011. Tradisi kami lainnya adalah hubungan yang terbuka antara tukang pos (admin) dan peserta. Kami membagi tukang pos yang bertugas sesuai dengan karakter pertama dalam tiap nama akun, agar peserta merasa nyaman karena tahu ke mana harus mengadu. Selain itu, agar surat-surat cinta peserta bisa terbaca satu demi satu oleh tukang posnya masing-masing. Tradisi inilah yang kemudian membuat setiap tukang pos mengenal karakteristik tulisan dan pribadi dari tiap peserta, begitupun setiap peserta bisa mengenal tukang pos mereka.

Hubungan baik inilah yang membuat kami ingin memberikan apresiasi kepada para peserta #30HariMenulisSuratCinta yang konsisten dalam menulis atau tulisannya bagus. Bosse ingin ngasih bonus, pengen kasih hadiah, bukan cuma agar para peserta kian rajin menulis, tapi karena Bosse dan para tukang pos menyayangi para peserta #30HariMenulisSuratCinta. Sejujurnya, Bosse ingin memberikan hadiah ke seluruh peserta yang berpartisipasi, tapi apa daya, para tukang pos pun masih pake uang sendiri untuk beli bensin saat mengirimkan surat, jadi Bosse bersikap realistis ajah. *peres sapu tangan yang penuh airmata haru*

Bosse berterima kasih kepada Makie yang telah memberikan kritik tentang mekanisme pemilihan pemenang Samsung Galaxy Y untuk surat cinta bertema 'Selebriti' pada tanggal 22 Januari 2013. Kalau dilihat dari jumlah favorite di situs Axis Myworld per tanggal 29 Januari 2012, terlihat Makie paling banyak mendapatkan klik favorit sesuai data yang kami dapatkan dari @AxisGSM.

Namun perlu Makie ketahui, Bosse dan para tukang pos selalu mengadakan rapat super heboh dulu di kantor pos sebelum memutuskan pemenang. Bosse percaya dengan tradisi kami, setiap tukang pos mengenal peserta yang diayominya dengan baik. Mereka tahu peserta bukan hanya secara kuantitatif, tapi juga kualitiatif. Dari diskusi inilah, Bosse dengan berat hati memutuskan untuk mendiskualifikasi Makie dari daftar lima besar.

Bosse akan menerangkan kenapa Makie terdiskualifikasi.

Seperti yang semua ketahui, setiap hari Selasa semua peserta diminta menulis dengan tema yang telah ditentukan Bosse. Tujuannya agar kemampuan menulisnya terasah dan tentu saja itu merupakan tantangan bagi tiap peserta. Tema-tema dan jadwalnya bisa Makie lihat di www.30harimenulissuratcinta.blogspot.com

Sesuai jadwal di blog, tema yang Makie tulis dan perjuangkan untuk mendapat Samsung Galaxy Y itu adalah Surat Cinta Untuk Selebritis (jadwal tanggal 22 Januari 2013). Sesuai aturan, surat tersebut harus ditwit dan di-cc sebagai surat cinta hari #9 ke Tukang Pos Makie yaitu @ikavuje, pada tanggal 22 Januari 2013. Sementara Makie sendiri baru me-mention @ikavuje pada tanggal 27 Januari 2013 dan surat cintanya dibandrol sebagai surat hari #14. Itu artinya surat cinta Makie (walaupun ditujukan untuk selebritis) bukanlah surat cinta bertema sesuai jadwal di blog #30harimenulissuratcinta.




Bosse sampaikan sekali lagi, #30harimenulissuratcinta adalah proyek belajar menulis bersama dan bergembira dengan mengolaborasikan twitter dan blog. Tata cara kepesertaan dan pengiriman surat cinta selalu menggunakan dua media tersebut. Bosse tidak melihat kalau Makie menyadari bahwa fungsi twitter sangat penting dalam keikutsertaan di proyek ini. Makie pun mengakuinya pada komen yang Makie posting pada page tata cara ikut serta "30 Hari Surat Cinta" di blog 30harimenulissuratcinta.blogspot.com pada tanggal 27 Januari 2013.

Bosse bisa memahami apabila ada bocahe PosCinta yang baru ikut serta dalam proyek #30HariMenulisSuratCinta belum sepenuhnya memahami mekanisme keikutsertaan ini. Untuk itu, Bosse mengirimkan surat ini untuk memberitahu Makie, dan bocahe PosCinta baru lainnya, bahwa membaca mekanisme keikutsertaan proyek #30HariMenulisSuratCinta di blog resmi kami sangat penting agar tidak terjadi kesalahpahaman lagi.

Bosse kira itu saja yang Bosse mau sampaikan, semoga Makie tidak berhenti menulis di #30HariMenulisSuratCinta karena masih ada dua Samsung Galaxy Y yang mungkin bisa Makie dapatkan.

Oh iya, terima kasih telah mengenalkan proyek #30HariMenulisSuratCinta dan @PosCinta ke teman-teman di Kaskus. Kapan-kapan kalau Bosse main di sana, jangan lupa kasih cendol yang banyak, okay?! *senyum prangko*

Yang dicintai seluruh bocahe @PosCinta,
Bosse

Berpadu Kemunafikan

 Hidup? Entah itu apa, entah bagaimana aku mengisinya. Semuanya bagai sampah sudah,ketika kebaikan berlandas pada kemunafikan. Kejujuran berlandas pada keserakahan. Pertanyaan yg sama lagi “apa itu hidup?” Aku hanya tersenyum sinis sembari membayang. Bagaimana ketika ketiadaan terinjak-injak dengan kemubaziran. Ketika kecacatan terolok-olok dengan kesempurnaan yang sebenarnya hanya berupa sok bercampur keangkuhan. Aku kembali tersenyum sinis sembari menatap langit....

Jika kau berkata dunia ini masih baik karena Tuhan tetap menjaga kedamaian dunia yang membosankan ini. Aku malah berfikir sebaliknya, bahwa Tuhan sudah bosan melihat dunia yg berperdu dengan kemunafikan ini. Pandang saja mereka, tersenyum angkuh melihat budak mereka tersipu menahan pedih. Lihatlah betapa bangga mereka ketika budak mereka perlahan-lahan mati tertusuk belati keserakahan mereka.

Kau pikir hidup di dunia ini indah? Mungkin imajimu sudah porak poranda dihancurkan oleh kemunafikan dan keserakahan dunia ini. Aku saja jijik ketika mereka, ya benar, mereka yang katanya bisa mendengar aksara-aksara rintihan disekitar mereka, nyatanya ? kau fikirkan saja sendiri bagaimana mereka.


Mataku sudah buta akan keindahan, akan kejujuran, akan segala paras cantik dunia ini. Yang ku tau, dibalik semua itu hanya ada bayang gelap dunia. Gelap dan kelam. Dan semakin banyak sendau gurau mereka yang menjadi budak keserakahan, semakin besar dan kelam pula bayang gelap dunia ini. Bahkan segaris cahaya pun takkan mampu ada di dalamnya.


Kau tau apa yang bisa menghapus itu semua? Jika ya, lakukan itu mulai dari sekarang. Karena kau “agent of change”  dan pelukis yang akan melukis kanvas dunia ini dengan sesuatu yang indah, yang berbayang kejujuran, yang berobyek pada satu senyum memandang masa depan cerah berperdu cinta.


Oleh @Kaito_Firman
Diambil dari http://tempat-jatuh.blogspot.com

Hah! Tika lagi! Tika lagi!

Kepada kamu yang sudah memenuhi timelineku,

Iya kamu orangnya, Tika. Ga usah tolah-toleh deh. Setiap aku buka twitter, scrolling sedikit ke bawah, eh ada kamu. Malam-malam ga bisa tidur, buka twitter, ada kamu lagi. Aku jadi curiga, jangan-jangan kamu ga pernah tidur ya. Atau mungkin kamu memang penjaga timeline. Haha..

Tapi aku senang kok. Timelineku jadi rame. Cukup satu kamu saja sudah bikin rame. Timelineku seperti kehidupan Jakarta. Ga pernah tidur. Kicauanmu yang beraneka, suka bikin aku senyum-senyum sendiri membacanya. Walau kita ga selalu saling mention, tapi aku memperhatikan kamu loh.

Kamu itu seru, kompleks dan asik orangnya. Aku tahu, kadang kamu itu puitis tapi lebih banyak nyinyirnya. Ups! Haha.. Biarin deh. Tika kan bukan seorang pemarah. Pokoknya ga nyesel udah follow kamu di twitter. Dan kamu juga pasti suka follow aku. *mulai sok pede*

Kalau nanti ketemu kamu, aku mau peluk kamu ah. Kayaknya kamu pelukable gitu. Membayangkan ketemu kamu saja udah seneng. Pasti rame. Apalagi kalau bisa ketemu teman-teman yang lain juga. Jadi kapan kita meet up? Atau mau ketemuan bareng Reza Rahadian juga?

Jangan sampai twitter mengalihkan duniamu ya. Apalagi karena keasyikan baca kicauanku.

*peluk Tika* 


Oleh @hauranazhifa kepada @_tikakarlina
Diambil dari http://hauranazhifa.blogspot.com

Jadilah Ayah yang Baik

Suatu hari nanti, kamu akan pulang ke rumah selepas kerja dan disambut dengan tangisan bayimu. Pada saat itu engkau sungguh letih karena pekerjaanmu dan kau hanya ingin cepat - cepat berganti baju dan beristirahat, bukannya harus berhadapan dengan seorang anak bayi yang menangis karena lapar. Jadilah ayah yang baik dan gendonglah anakmu, nyanyikan ia lagu sembari aku memasakkan bubur dan membuatkan susu.


Suatu hari nanti, anak lelakimu akan bertambah usianya. Ia mulai senang berlarian di sekitar rumah. Ia juga akan sering menggelayutimu, meminta perhatianmu. Jadilah ayah yang baik dan timanglah anakmu. Ajarkan ia bermain bola, mewarnai, atau bersepeda. Manjakan ia, agar gelak tawanya tak berhenti menghangatkan dada kita.


Suatu hari nanti, anak perempuanmu pun akan bertambah usia. Pikirannya berkembang dan diisi oleh khayalan - khayalan anak - anak. Jadilah ayah yang baik dan temani ia bermain dengan bonekanya, atau sekedar duduk membacakan buku dongengnya. Biarkan ia berkreativitas dan tetaplah di sampingnya, bertepuk tangan untuk gambar - gambar atau cerita - cerita anehnya. Buatlah dirimu menjadi lelaki pertama yang dijatuhi cintanya.


Suatu hari nanti, anak - anakmu akan beranjak dewasa. Mereka mulai sibuk sendiri, mempunyai pemikiran - pemikiran baru dan mungkin satu dua kali menentang dan memberontak hingga membuatmu gusar. Jadilah ayah yang baik dan dengarkan mereka dengan sabar. Sisipkan satu demi satu pelajaran, dan berilah mereka pengertian. Kasihilah mereka tanpa membuat mereka kehilanganan rasa segan.


Suatu hari nanti, anak - anakmu mulai menentukan jalan hidupnya sendiri. Mereka memiliki mimpi dan cita - citanya masing - masing yang ingin mereka raih. Jadilah ayah yang baik dan tuntun mereka dalam menggapainya. Berikan mereka motivasi dan dukungan dengan segala cara baik yang kamu bisa. Ketika satu kala mereka jatuh dan menyerah, berilah penghiburan dan juga petuah.


Suatu hari nanti, anak - anakmu akan punya kehidupan baru dan menenggelamkan diri di dalamnya. Mereka punya keluarga, kebahagiaan, dan tawa yang tidak lagi dibagi pada kita. Jadilah ayah yang baik, yang tersenyum haru dan mengelus dada dengan bangga untuk mereka. Lalu dekaplah istrimu dan dan katakan padanya bahwa kau teramat mencintainya.

Teruntuk kamu,

Pada saatnya nanti, menikahlah denganku,
dan jadilah ayah yang baik untuk anak - anak kita.


Oleh @ismarestii
Diambil dari http://ismapratiwii.blogspot.com

Menghilang

Haiii,Teman!
Kamu ke mana? Pelan-pelan menjauh lalu menghilang. Tanpa kabar berita. Jangan-jangan saat terakhir kita sms-an, dirimu sudah jauh dari kota ini. Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu pergi? Setidaknya kalau kau pamit, aku akan membekalimu dengan serangkaian doa. Ya, doa. Hanya itu mungkin yang bisa aku berikan. Tidak..tidak! Aku memberimu memori indah. And vice versa. Kamu juga sudah mengisi ingatanku dengan memori yang asik untuk dikenang. Kamu ingat? Setiap kali pulang sekolah, kamu pasti sudah siap dengan segala cerita remajamu. Sekolah, teman-teman, bintang film dan penyanyi K-Pop, dan apa pun. Ehmmm... termasuk guru yang kamu keceng karena mirip bintang K-pop yang kamu suka. Uhuy!! Bisa heboh dunia persilatan kalau kau cerita tentang dia. Tapi justru itu yang membuat rumah kita ramai, hehehe...

Temanku, kamu suka sekali buat keributan. Kalau sedang bercerita, suaramu yang cempreng dan teriakan-teriakanmu itu begitu cetar membahana (pinjam istilah artis terkenal itu). Gaya belajarmu yang visual kadang membuatku susah untuk menjelaskan sesuatu secara lisan. Kadang kamu sering salah mengerti bahasa tulisan. Akhirnya, aku pun harus menjelaskan lagi satu demi satu. Tapi sesudah itu kita akan tertawa bersama-sama.

Bagaimana kabarmu di sana? Apakah kamu di sana merindukan aku dan teman-teman kita di sini? Apakah kamu masih ingat kebiasaan teman-teman kita di malam hari? Ingatkah siapa yang suka 'mengobrak-abrik' lemari baju sambil berkata, "Pakai baju apa, ya.." lalu ia mulai melakukan 'peragaan busana'? Siapa coba yang begitu pulang kerja sering bilang, "Lapar!!" Lalu, ada teman kita yang tidak pernah absen untuk mandi sepulang kerja. Aha! Kalau orang yang sepulang kerja selalu berhadapan dengan layar 10 inci-nya, kemudian mengetik entah membuat program atau menonton film, siapakah dia? Oh ya, kamu suka sekali berdiam diri di kamarku. Kamu ingat tulisan 'Chanyeol' yang kamu tulis di pohonku? Pohon besar itu masih tertempel di pintu kamarku. Sepertinya sekarang tulisan itu masih ada. Ingatkah kamu semua itu? Tidakkah itu membuatmu kangen untuk kembali ke sini?

Temanku, apakah kamu masih menikmati pekerjaanmu sebagai admin fanbase EXO? Dulu, aku selalu menggodamu karena nama grup musik favoritmu itu mirip dengan merk air mineral yang ada di kantorku. Dan kamu sering marah-marah jika aku sudah mengungkit-ungkit hal itu. Teman, di mana pun kamu berada, semoga kau senang dengan apa yang kau jalani sekarang. Semoga kau bisa mengurai satu demi satu benang-benang itu dan menguntainya menjadi bentuk yang indah. Jangan pernah berhenti bermimpi. Dengan bermimpi, kamu akan tergerak untuk mewujudkannya. Hwaiting, Chingu. Sampai berjumpa kembali.

N.B.
Oh ya, botol minum yang kau titipkan masih ada di sini. Kapan mau diambil? Kutunggu, ya. Bye!!


Oleh @Jo_iin kepada @eruisha_chaon @elsachi2
Diambil dari http://bintang-dan-air.blogspot.com

Jarak, Jangan Dipersalahkan

Sayang, jarak  jangan dipersalahkan.

Ia bahkan sudah di sana, lama sebelum kita putuskan bergenggam tangan dalam renggang.

Kita sudah menimbang. Kita sudah tetapkan.

Kita berjalan dengan kepal tangan. Tak sepantasnya sesal ada ketika jemari sulit bersentuhan.

Dekap, hisap setiap detak yang mengisi ruang selisih temu yang membentang.


Sayang, jarak  jangan dipersalahkan.

Sadarlah, Tuhan menciptakan tangan untuk melepaskan selain menggenggam.

Jadi tetap di sana, percaya satu hari lengan kita kembali erat berpagutan.

Mari jadikan jarak sebagai canduan, candaan ketika lelah menghimpit kebahagiaan.

Ia adalah bukti, bahwa ada kasih kita yang tak lelah berjuang.


Sayang, jarak  jangan dipersalahkan.


Oleh @I_am_BOA
Diambil dari http://mesecretlyyours.tumblr.com

Teruntuk Kamu

Hey, Linda.F.C.H. maafkan aku jika terlalu lancang menulis surat ini, mbakbro. Seharusnya aku tak menulisnya untukmu yang baru ku kenal beberapa bulan lalu.
Tapi entah ada angin apa yang merasuk fikiran ini lewat denyut nadi semalam saat kamu mention aku.

Di tempatku senja sorei ini cerah, sepertinya sedang menjadi panutan bagi kurcaci yang terusirkan bayanganmu.

Ya sudah, aku gak mau ngomong panjang lebar dalam surat ini, aku hanya ingin mengenalmu lebih, maksudku fikiranku yang ingin berimajinasi tentang permainan aksara denganmu.
Karena aku yakin, kamu adalah salah satu dari sekian juta orang yang menyukai aksara. terlihat dari isi blog kamu.
oh ya, kita kenal juga lewat salah satu blog bukan?

Diparagraf yang terakhir ini, aku ingin menyampaikan perihal sederhana.
Aku ada satu permohonan untukmu. Boleh kan?
Aku ingin kamu membuatkanku kata aksara yang menjadi seni sastra dengan racikanmu.
Dengan rapalan mantera-manteramu.
Aku ingin melihatmu berceloteh tentang senja, awan dan hujan juga pepohonan dengan tenunan kata-katamu.
Serupa Ibu yang sedang bercerita tentang luasnya dunia, dalamnya palung samudera dan gemerlapnya galaksi antariksa malam kepada anaknya.

Maaf, jika dalam perkenalan dan surat ini aku banyak mau, terlalu lancang bagimu. Aku hanya ingin mengenalmu seperti kataku diawal.
Semoga kita dapat menjadi kata yang banyak berarti dari kata ‘Teman’. x))

Julyyys_


Oleh @julyyys_ kepada @lindafch
Diambil dari http://agungjuly.tumblr.com

Jengahku Bukan Lelah

Selamat sore sayang,

Hujan disini tak lagi ramah tuk menjamah. Ia selalu membentak bumi dengan gemuruhnya. Sejenak aku diam sekedar meresapi. Berharap hujan kan sampai ke kotamu dalam waktu dekat, meski malam semakin pekat. Aku berusaha membujuk hujan agar ia mau menitipkan rindu di sela-sela rinai, hingga hujan kan memelukmu lekat-lekat. Namun entahlah. Hanya dingin dan asap yang berjejal masuk ke dalam rongga-rongga, terkadang membuatku sesak tak karuan. Mungkinkah ini pertanda bagi semesta tuk tempikan, bahwa rindu tak kan ia sampaikan? Sungguh sial, lalu untuk apa aku di luar semalaman? Jika rindu hanya bermain di perkarangan.

Di tiap-tiap malam, kaki bersimpuh dengan tangan di muka. Sedikit bisikan doa untuk Ia sang Penguasa. Berharap kan mempertemukan kita pada sudut masa. Mungkin menikmati sore di atas gedung dengan ramai-ramai kota, hingga malam hanya memberikan lampu-lampu jalan sebagai mahkota. Atau mungkin sekedar menikmati bulir-bulir bir di tangan masing-masing, dengan senja sebagai altar semesta. Entahlah, aku tidak begitu perduli bagaimana suasana menciptakan kita. Bagiku, kitalah sang pencipta suasana. Kitalah yang memaknai makna.

Aku memaknaimu lebih dari angan yang berada di langit-langit kamar. Begitu sesak kamar ini di tiap-tiap harinya. Hanya ada angan yang berbatas wacana. Terkadang harus ku buka pintu lebar-lebar, membiarkan angin membawa serta ke langit tak terbatas untuk ia sampaikan padaNya. Mungkin Tuhan berbaik hati tuk sempurnakan angan menjadi sebuah nyata, mungkin. Aku melepaskan angan,tapi tidak dengan harapan. Harapan masih ku genggam erat-erat, menunggu uluran tangan untuk kau bekap.

Tentang rindu yang semakin pekat, tentang berita semu di linimasa, tentang kekasih yang tak jua pulang. Aku jengah. Benar-benar jengah. Jengah menjadi penguasa untuk jiwa yang tak kuasa. Mencari-cari kesibukan yang kusuka untuk menunggumu pulang; ataukah aku yang seharusnya pulang? Entahlah. Aku tak perduli jika kau atau aku yang seharusnya kembali pulang, setia kan tetap menjadi gaun terindah di sela-sela kerinduan.

Aku merindukanmu.

Hanya itu yang aku tahu.

Seperti katamu, “Perjuangkan apa yang pantas untuk kau perjuangkan”. Well, hey. Here i am. Aku sedang berjuang disini. Bukan untukmu, kau tentu tahu bukan? Surat-surat yang kukirimkan hanya memiliki satu tema, “Sebuah Kita”. Ya sebuah kita-lah yang aku perjuangkan tanpa mengenal lelah. Aku hanya jengah, bukan lelah. Untuk jengah yang tumpah ruah ditiap-tiap sekat pikiran, untuk jengah yang menjadi penjajah di tiap-tiap masalah, untuk jengah yang semakin jengah untuk sekedar jengah. Sungguh jengah. Mungkin lebih tepatnya aku hanya lelah untuk jengah. Bukan lelah untuk kita.

Jika jengah akhirnya singgah , sudahkah kubilang sayang, sebab itulah jeda tercipta. Ingatkah kau, bahwa aku mencintai kita dalam jeda? Baiklah, mungkin itu jua yang harus kutanam dalam-dalam, agar rindu tak selalu mencekikku malam-malam.

Sayang, katakan pada poros bumi, agar Ia sudi mempercepat lajunya. Hingga perjuangan kita bertemu semakin cepat pada masanya. Aku rindu kau. Berjuanglah sayang. Jaga hati yang kutitipkan baik-baik. Untuk jengah yang singgah, ia hanya membutuhkan sebuah rumah tuk pulang. Sebuah rumah yang masih kita perjuangkan sekedar tuk membangun pondasi. Sebuah rumah, sebuah kita.

Tertanda,

Wanita Sore.


Oleh @iTSibaranii
Diambil dari http://iitsibarani.wordpress.com

Surat

Maafkan aku atas surat yang tak sempat ku kirim pada tanggal 23 Januari kemaren.
Seharusnya aku mengirimkannya kepadamu, tepat ditanggal yang telah ku tentukan jauh hari.


Maafkan aku karna beberapa hari ini aku ikut terhanyut dalam sebuah urusan temanku.
Maafkan aku karna beberapa hari ini aku ikut terhanyut dalam perasaan sedihnya, bahkan dalam detik ini pun ketika aku menulis perminta-maafan kepadamu aku masih merasakan perasaan khawatir yang luar biasa.
Maafkan aku.

Perihal surat itu, apakah aku masih pantas untuk mengirimkannya kepadamu meskipun harinya telah berlalu?
Rasanya sudah tidak begitu excited lagi surat ini dikirim pada hari ini.

Kepadamu, tunggulah surat yang terlambat ini datang bersamaan pada surat ke-dua ku di pertengahan bulan esok.


Oleh @inndaah_
Diambil dari http://coco-bii.blogspot.com

Musim Durian yang Banyak Buku

Satu buku baru lahir ke dunia. Di bagian Bumi selatan, buku lahir dengan membawa teknologi. Di bagian Barat daya, ia lahir di bawah naungan cinta ekonomi.  Di belahan yang lain entah apa lagi, aku tak tahu.

Satu hal yang aku tahu, pengarangnya bukan kamu, Bang. Orang lain yang menulis. Orang lain-orang lain itu yang lebih dulu memanjakan ide dalam kepala mereka.

Kata orang ini musim durian. Kata orang yang lain lagi, ini musim orang mengeluarkan buku.

Benar, ini musim durian. Aku mual-mual terus di jalanan.

Tapi apa benar ini musim orang mengeluarkan buku??

Lalu di toko buku mana buku atas namamu dijual?

Di rak mana buku dengan pengarang Sammy Sumiarno diletakkan??

Aku belum menemukan.

Ah.

Anggap saja benar,  ini musim orang mengeluarkan buku.

Lalu kapan kau akan merayakan??



Selamat tidur, Bang Sihirhujan.

Selamat mimpi tenang.


Oleh @ildesperados
Diambil dari http://abracupa.posterous.com

Kepada Jati yang Kutinggal

Kepada Jati,

Surat ini kutuliskan untukmu, beberapa saat setelah aku hilang, dan kembali ke tanah. Sebagai tanda bahwa aku baik-baik saja, tanpa sesal sedikitpun melanda, meski di sini sepi rasanya.

Siang ini panas sekali, ya? Tunggu, bukan hanya hari ini, kemarin dan kemarinnya lagi juga begini. Minggu lalu juga. Bahkan hampir satu bulan terik menjadi begitu menghantui.

Jati, itu yang jadi alasan terbesarku meninggalkanmu. Bukan karena aku tidak cinta, atau bahkan tidak mau berjuang melewati kemarau hingga masanya tiba, justru aku begini karena aku cinta, sangat cinta. Kamu tidak hanya sekadar teman, tapi juga keluarga yang melebihi segala. Setiap anggota dalam keluarga punya tugas masing-masing dan tugasku adalah ini; menggugurkan diri.

Jangan salahkan Dia karena terik yang disuguhkan, sudah resiko kita tinggal di daerah tropis seperti Indonesia. Jangan pula salahkan Si Asam Absisat yang membantu absisi-ku, dia sudah bekerja keras dan itu memanglah tugasnya, menggugurkanku untuk menyelamatkanmu.

Bagaimana transpirasimu kini, Jati? Sudah banyak berkurangkah semenjak kepergianku? Kuharap begitu. Teruslah berjuang mempertahankan dirimu, ya. Jangan buat pengorbananku meninggalkanmu menjadi sia-sia.

Oh ya, kamu tidak kesepian, kan? Sebelumnya aku sudah berpesan pada Tuan Angin dan Adik Burung untuk menemanimu hingga kemarau selesai dan penggantiku akan datang merimbunkanmu.

Jati-ku Sayang, sudah dulu suratnya? Badanku rasanya semakin lama semakin lemas, nih. Kurasa aku semakin layu. Ini pertanda usiaku tidak lagi lama.

Salam untuk dedaunan barumu nanti, meski hijaunya melebihi aku, jangan sampai melupakanku, ya!

—Dedaunanmu yang (pernah) hijau.


Oleh @khaidianty
Diambil dari http://khaidianty.tumblr.com

Kepada Wanita Pelarian Lelakiku

Hey, apa kabarmu? Baik? Atau berpura-pura baik?

Entah apa jadinya jika tidak ada teknologi secanggih sekarang ini. Aku berterima kasih kepada seorang teman yang tak pernah ku temui sebelumnya, karena telah memberiku berita yang seharusnya tak aku dengar. Dan dengan sedikit stalking linimasa-mu, aku menemukan kebenaran.

Malam itu aku tahu, lelakiku sedang menjalin hubungan denganmu. Iya, kau masuk di kehidupan kami saat hubungan kami renggang. Wajarlah, jarak, waktu, pertemuan, rindu, kesibukan masing-masing, dan segudang alasan lainnya yang membuat kami jenuh. Kau mempunyai paras cantik, pendidikan yang tak main-main, dan aku rasa kau juga dari keluarga dengan ekonomi ‘wah’. Aku kalah telak darimu tentang semua itu.

Yang aku tahu dari lelakiku, ia hanya jenuh dengan keadaan kami yang semakin hari semakin menjauh. Yang setiap hari hanya ada aku si pencemburu.

Kau, wanita pelarian lelakiku…

Kau juga seorang kekasih bukan? Tidakkah kau punya hati? Atau sedikit saja pikiran, bagaimana perasaanmu ketika lelaki yang kau cintai bermain hati dengan perempuan lain? Ah, aku ragu kau punya hati…

Kau, wanita pelarian lelakiku…

Terima kasih telah hadir di antara kami sebagai hiburan untuknya. Terima kasih telah menemaninya selama aku tak ada. Terima kasih telah membuatnya bahagia sementara. Terima kasih, karenamu aku dan dia bisa memulai kembali dari awal. Maaf telah membuatnya meninggalkanmu, karena memang seharusnya begitu. Kau tak lebih dari sekedar pelariannya dariku. Hati, sejauh apapun ia pergi, akan kembali pulang kepada pemiliknya meskipun terluka.

Kau, wanita pelarian lelakiku…

Aku tak marah kepadamu ataupun kepada lelakiku. Mungkin aku yang salah, sehingga dia bermain-main denganmu. Terserah apa yang kau tulis di linimasa-mu, aku tak peduli, lelakiku kembali :)

Ku doakan apa yang terjadi kepadaku tak terjadi kepadamu.



Oleh @iddailiyas
Diambil dari http://iddailiyas.tumblr.com

Sayang, Berikan Senyummu

 Teruntuk suami

Sayang,
          melalui surat ini aku ingin meminta satu hal kepadamu. Tidak berlebihan, tidak sulit, menurutku. Namun, mungkin barangkali agak sulit—bagimu?

Sayang,
          aku ingin kamu tersenyum tiap pulang ke rumah. Bisakah?

Sayang,
          barangkali aku tidak mengerti benar mengenai pekerjaanmu di kantor, tidak merasai benar-benar macet di jalan, tetapi bisakah kau tersenyum kepadaku saat pulang?

Sayang,
          aku tahu tenagamu tenaga sisa, aku cukup tahu kamu lelah, tetapi sadarkah kau bahwa aku bukan robot yang tidak bisa merasa lelah?

Sayang,
          anak kita bertengkar lagi dengan temannya di sekolah. Lagi-lagi aku dipanggil gurunya. Belum lagi nilainya yang kelewat berwarna itu. Cucianku belum kering karena tidak ada matahari yang muncul belakangan ini. Ayam-ayam entah milik siapa mengotori teras yang padahal sudah kusapu dan kupel. Ingin rasanya kugoreng ayam-ayam tidak berpendidikan itu! Belum lagi tetangga yang menggosipkan aku ini-itu. Gara-gara aku tidak berkumpul bersama mereka, maka akulah yang jadi objek gosip. Ya, memang begitu. Menggosipkan orang yang tidak ada di situ rumusnya.

Sayang,
          aku juga lelah. Aku juga kesal. Masing-masing kita memiliki kelelahan dan kekesalan sendiri. Jadi, bisakah kita sama-sama saling menguatkan dengan memberikan senyum satu sama lain?

Sayang,
          barangkali aku “cuma” di rumah. Namun, di rumah itu tidak “cuma”, tidak ada kerja yang “cuma”. Aku siap bertukar kerja jika perlu. Jangan kamu pandang yang di rumah itu “cuma”. Semua memiliki peranan masing-masing, bukan?

Sayang,
          kumohon, berikan aku senyuman—bahkan gelak tawa—yang seharian tadi kaulemparkan kepada teman-temanmu itu. Dengan itu aku kuat. Siap menghadapi esok. Siap menghadapi tetangga yang nyinyir, ayam entah siapa, cuaca, si kecil, pekerjaan rumah tangga yang tak bergaji.

Sayang,
          Bukankah kau sayang kepadaku? Ah, tidak, bukankah kita saling menyayangi?
                                                                                                                                           Salam cinta,

                                                                                                                                                       Istri

Oleh @Ikafff
Diambil dari http://ikafff.blogspot.com

Domestos Nomos

 Hai hai hai
para domestos nomos ku..

Tunggu aku juga bingung kenapa bisa tau tau datang nama ini. Hmm oh iya waktu itu kalian ngerasa jadi nyamuk di antara aku yang brg sama pacar aku yang kebetulan temen kalian juga. Hhahaha lucu ya.


Dan aku juga inget itu terbentuk saat kalian ngasih surprise ke aku dan kalian terpana melihat ketampanan mas-mas di restoran itu. Dan dari situ terbentuklah "NYAMYUL" oke itu pelesetan dari nama mas-mas itu.

Aku pengen bilang aku kangeeeeeeeen !!

Aku kangen banget, kalau ingat kalian jadi pengen balik ke masa SMA. masa yang ga terlupakan. iya masa SMA itu seru dan asik banget.

Hai para domestos nomosku
ayo kumpul lagi, ayo kita jalan lagi. Entah kenapa dari dulu pengen liburan bareng tapi ga pernah kesampaian karena jadwal liburan kuliah kita beda-beda. hah beginilah nasib jadi anak kuliahan. Tapi pasti ada waktunya kok kita bisa kumpul lagi. aku yakin itu.

Ayo kita "Nyamyul" lagi, hhaha entah orangnya masih ada atau tidak di restoran itu, namun sepertinya tidak.


Yasudahlah ini surat sederhana surat khusus untuk kalian para domestos nomos ku.

To my Domestos Nomos : @ranayorani @ichafitri @aaawnes @fnovalya
 

-me-

Oleh @kaikarizka kepada @ranayorani @ichafitri @aaawnes @fnovalya
Diambil dari http://kaikarizka.blogspot.com

Surat untuk Masa Lalu

Hallo, kamu..

Jujur, aku sedikit rindu padamu. Rindu pada masa di mana aku merasakan semua sepertinya baik-baik saja. Masa di mana kesenangan dan kesedihan berjalan bersama.

Dulu, sebagai anak kecil, aku seharusnya sudah bisa tahu bahwa hidup tidak selamanya menyenangkan. Aku seharusnya sudah tahu bahwa rezeki setiap orang itu berbeda. Anak kecil yang normal mungkin memang bertingkah seperti aku. Namun kalau tahu seperti apa kondisinya kala itu, seharusnya aku bisa berlaku lebih baik. Setidaknya orang tuaku terkurangi bebannya. Hey, namun aku yakin tidak ada orang tua yang menganggap anaknya sebagai beban. At least, seperti itulah orang tuaku.

Dear, kamu..

Terima kasih sudah menjadikan aku seperti aku yang sekarang. Aku yang mulai mengerti baik dan buruk, sekalipun terkadang mencampur keduanya, dan menjadikan itu halal. Terima kasih atas semua pelajaran.

Aku yang sekarang, suatu saat akan menjadi kamu nantinya.

Terima kasih ya..


Oleh @inggaharya
Diambil dari http://inggaharya.wordpress.com

Maaf Jika Mendahului

 Lagi-lagi saya harus menelan banyak pil kenyataan. Namun dia telah bermetamorfosis dalam bentuk berbagai rasa. Ada nih yang rasanya aseeem abis, seasem ketek sopir angkot gitu. Ada pula yang berasa manisssss banget hingga mampu menerbangkanku. Satu lagi yang penting, ada rasa penyesalan yang hinggap karena ketakutan mengutarakan. Nyebelin 'kan? IYA! BANGET! Kalo dianalogikan tuh lo pengen ngomong "rrrr" tapi lo celat. :/

Surat kali ini akan lebih melegakan jika saya membagi opini  saya tentang penyesalan-berbuah-busuk. Jemariku sedang bahagia untuk menuliskannya.

Pernah ada sebagian dari kesadaranku terjaga. Ia dengan tekun menekuri layar handphone yang tersambung data paket. Kegiatannya akhir-akhir memang menyebalkan, Ia 'memantau' setiap aktivitas yang dilakukan sebut-saja-Anu setiap tahun, bulan, hari, jam, menit dan detik. #halah Parahnya sebagian kesadaranku ini mulai dimainkan Anu. Ia dibuat senyum-senyum sendiri ketika sebuah tweet dari Anu muncul tepat setelah Anu dan sebagian-kesadaranku mengunjungi sebut-saja-acara-itu-dengan-arisan. Ia juga mendadak jadi sedih ketika aplikasi 'view conversation' antara Anu dan temannya menyebut sebuah inisial. Aneh 'bukan? Dasar apalagi yang logis untuk mengartikan ini semua jika bukan karena cinta yang salah. Benar! Sebagian dari kesadaranku telah salah melangkah.

Sementara itu, pemberontakan yang ganas terjadi dalam pikiran ku. Pemikiran atas saya seutuhnya. Pemikiran antara kesadaranku yang pro dan yang kontra. Kesadaranku yang masih jernih ini tiba-tiba menjajah seketika. Sosok Anu yang akhir-akhir ini terselip di antara tugas yang membludak tiba-tiba hilang. Hilang karena paksaan akal sehat. Apa yang telah ia berikan? Apa yang telah ia buktikan? Tak ada! Semua kicauannya di Twitter baik yang beraroma canda ataupun serius akan tampak percuma. Karena Anu hanya menyampaikannya kurang dari 140 karakter. Beda jalan cerita jika si Anu menuliskan kisahnya seperti yang saya lakukan ini. Merangkai huruf alfabet beda bentuk beda ucapan agar menjadi harmonis untuk menyampaikan sesuatu. Sesuatu yang nampak sulit untuk diutarakan langsung. Yap, perasaan.

Mulut saya rasa-rasanya akan selalu tercekat jika Anu berdiri dekat dengan saya. Otak sudah merancang kata super manis untuk dilontarkan, eh yang keluar justru tak karuan. Begini mungkin jadi orang yang dijajah cinta.

Melihat kekuranganku dalam bertutur langsung, maka kuputuskan untuk menulis ini. Ini mungkin terbaca seperti kisah Nugie dalam Semata Cinta-nya Kak @chachathaib. Memang media surat ini sama, namun telepas dari itu semua. Saya bukan bermaksud untuk memacari Anu apalagi mengajaknya menikah. Saya hanya ingin mengambil kembali perasaan yang telah saya kubur beberapa jam lalu, kemudian memberikannya untuk kamu-yang-saya-sebut-Anu. Bawa saja! Koreksilah! Jika ada cacat dari perasaanku dalam memikirkan mu. Perbaikilah! Karena saya memang tak sempurna, begitu pula wanita lain. Butuh orang lain. Beri tahu aku pada waktu yang tepat hasil koreksi mu atas perasaan ku. Apapun hasilnya, tuliskan saja. Karena selain lemah dalam berbicara, saya juga terlampau rapuh dalam mendengar. Jika memang bukan saya, setidaknya saya lega telah mengutarakannya. Maaf jika saya lancang mendahului kamu, Anu. Jika ingin menyalahkan. Katakan langsung! Untuk urusan ini saya siap mendengar!

Salam Penuh Arti
Your future life


Oleh @inirvin
Diambil dari http://lutfianirvin.blogspot.com

Jatuh Cinta pada Bait Pertama

Teruntuk kamu..

Pertama kita berkenalan aku langsung jatuh hati. Entahlah. Kenapa sebegitu cepat hati ini terjatuh. Seolah ada kekuatan besar yang meruntuhkan genggamannya. Aku yakin itu lesung pipitmu. Ya, pasti. Kamu kan tau aku terlalu lemah terhadap lesung pipit. Bagiku lesung pipit itu keindahan yang luar biasa.


Setelah perkenalan itu aku merasa ada yang bergemuruh di dalam dada. Rasa yang begitu indah dan sulit diungkapkan lewat kata, bahkan sebuah puisi. Hari demi hari telah berganti, dan rasa itu semakin kuat, semakin menjalar ke seluruh tubuh. Seolah rasa itu adalah sebuah jantung yang mengendalikan aliran darahku. Ya, rasa itu adalah rindu. Rindu pada apapun yang ada padamu. senyummu, lesung pipitmu, candamu, apapun.


Tapi aku hanya bisa diam. Seolah lidah menjadi bisu ketika rindu akan keluar melalui rongga mulut. Aku tak mampu ungkapkan itu. Entah gengsi atau tahu diri. Entahlah. Cukup aku simpan saja rasa ini, aku sudah terbiasa merindukanmu dengan diam, dengan kesendirian.


Ini saja suratku. Aku hanya ingin kamu tau kalo aku menyayangimu. Meski aku seperti pengecut, mengungkapkan perasaan lewat surat. Tapi aku gak mempermasalahkan itu.
Teruntuk kamu, makasih untuk semuanya.

“Aku mengenalmu seperti puisi; jatuh cinta pada bait pertama, dan merindu pada bait-bait selanjutnya” ~@kacangpilus


Oleh @kacangpilus
Diambil dari http://kacangpilus.tumblr.com

Tukang Posku

Dear Tukang Posku yang baik,

Akhirnya, aku bisa membuat surat lagi setelah beberapa hari kemarin absen tidak membuatnya dan kali ini aku membuatnya untukmu. Tolong dikirim dan dibaca sendiri ya.

Tukang Posku yang baik,

Kamu mungkin akan menjulurkan lidah kalau aku bilang baik dan  menyangka aku ada maunya. hahahaha..Tapi kamu pasti akan mengelak dibilang baik kan? *tetiba jadi ingat khayalanmu tentang serombongan perempuan yang masuk perpustakaan padahal kamu lagi dalam kondisi belum tidur* ssstttttt..

Tukang Posku, Miki

Nama panggilan untukmu itu kurasa terlalu imut — padahal kan kamu sanggar kan? Tolong iya-in aja biar cepet —- Tapi panggilan Miki itu lebih bagus kan daripada aku panggil Mimi atau malah Mimiki.

Tukang Posku, Miki

Semoga kamu tidak bosan mengirim surat-surat kami (apalagi suratku). Ini sudah kedua kalinya ya kamu jadi tukang posku. Aku sih yang sebenarnya bosan, kamu lagi, kamu lagi. *eh

Tukang Posku, Miki yang baiik,

Ingat ceritaku tentang skripsiku? Tiap usaha maksimal kita terselip keajaiban-keajaiban dari Tuhan. Semangat terus ngerjain skripsinya, biar bisa jalan-jalan kan?

Terima kasih Tukang Posku,

Salam (skrip)sweet


Oleh @hutamiayu kepada @korekapikayu
Diambil dari http://hutamiayu.tumblr.com

Pelengkap yang Melengkapi

kepadamu,

Apapun yang kutuliskan dalam surat ini semoga kamu dapat memahaminya dengan bijak. Tentang aku yang iri denganmu, tentang kamu yang selalu dijadikan utama dalam setiap kesempatan. Sejujurnya, aku merasa dijadikan pelengkap dengan segalanya yang diberikan kepadamu.

Kita memang kembar, namun dengan perlakuan yang beda. Aku pernah berdoa agar mendapatkan perlakuan sama denganmu, malamnya aku bermimpi. Mimpinya sangat buruk sekali, hanya ada aku sendiri dan melakukan tanggungjawabku sendiri. Sungguh itu adalah hal tersulit yang kulakukan, aku kalang kabut.

Setelahnya aku sadar, bahwa kita tercipta sama bukan untuk berkompetisi tapi untuk melengkapi. Aku adalah pengingat dan penyemangatmu tentang banyak hal dan kamu melakukan segalanya untuk ingatan-ingatan yang tersemat. Akhirnya, selamat saling melengkapi, tangan kanan.

dari,

tangan kiri

oleh @sedimensenja
diambil dari http://sedimensenja.wordpress.com

Surat Sederhana untuk Kamu yang Kaya Cinta

Entri tersebut dipublikasikan pada Januari 28, 2013, dalam topik Surat kecil. Bookmark permalinknya. Tinggalkan Komentar

Sebenarnya banyak sekali yang saya ingin tulis tapi sepertinya bukan tugas sebuah surat cinta untuk menyampaikan hal-hal yang terlalu panjang, melainkan percakapan yang ditemani minuman kesukaan kita masing-masing kala senja atau hujan seperti film-film romantis kebanyakan.

Saya hanya ingin menyampaikan rasa terharu atas kehebatan kamu yang masih memeluk saya ditengah keterbatasan harta. Bukankah wanita akan selalu terlihat hebat selama ia mampu bertahan dikesederhanaan prianya? Dan sampai saat ini kamu masih tersenyum di samping saya. Betapa hebatnya kamu di hati saya saat ini, betapa saya mengagumi kamu sekarang. Saya mulai tenggelam di ketabahanmu yang hangat, saya mulai menyayangimu tanpa sepintas ragu seperti hari sebelumnya.

Ada yang masih mengapung di kepala ini tentang percakapan kita kemarin, betapa kamu begitu menenangkan dengan canda hingga mampu menyerap habis air mata yang hampir saja tumpah. Sayang, kita adalah kesederhanaan yang begitu mewah berhartakan saling memahami. Saya janji, selama kamu tidak lelah di kesederhana ini, saya akan selalu luluh. Terirama kasih untuk segala rasa tenang, dada saya selalu kamu hangatkan tanpa debar ragu sama sekali.

Salam hangat dari sederhananya kita.

oleh @penjahithuruf
diambil dari http://penjahithuruf.wordpress.com

Fisika Dan Sastra

Kepada Si Fisika,

Atas nama fisika, kau mengatakan kau bahagia saat medan magnetmu dan aku bertemu di suatu titik berjarak nol berskala apa saja. Atas nama fisika, kau memaksaku menghitung massa hati yang berdebar saat tangan kita bertautan. Atas nama fisika, kau membuatku percaya bahwa E bukan hanya sama dengan mc2, melainkan juga kau dan aku yang tanpa sekat.

Kau sudah banyak mengatasnamakan fisika demi cinta kita. Cinta kita? Mungkin kini bisa ku ralat dengan kata cintamu yang buta.

Kau sudah dibutakan dengan hitungan matematika dalam fisikamu yang gila. Seharusnya kau tahu kalau cintaku dulu bernama tak terhingga, sama seperti angka nol dibagi bilangan apapun yang kau kagumi dengan sangat. Iya, rumus dasar matematika yang selalu mengawali setiap kecintaanmu pada fisika. Kau pernah berkata bahwa cintamu akan bertahan lama, selama jarak bumi dan matahari dengan ukuran kecepatan cahaya yang tak terhitung bilangannya. Aku pun pernah percaya, selayaknya aku mengawasi stellarium menanti rasi bintang kejora menampakkan batang hidungnya.

Aku pernah meredakan egoku untuk sedikit memahami semua rumus fisikamu yang membingungkan. Logikamu mengajariku berpikir bahwa cinta adalah saat ketinggian hatiku selalu jatuh di hadapan gravitasi pesonamu. Dan memang benar, tidak dapat ku sangkal walau awalnya terasa tak masuk akal.

Atas nama sastra, aku berkata bahwa aku bahagia saat kau dan aku mempuisikan perasaan tanpa sela. Atas nama sastra, aku memaksamu memaknai peribahasa yang tiba-tiba terkata kala cinta sedang ranum-ranumnya. Atas nama sastra, aku membuatmu percaya bahwa kita akan selalu bersama meski perbedaan selalu melekat tak hanya saat saling bergenggaman dan dekat.

Aku juga sudah banyak mengatasnamakan sastra demi cinta kita. Baiklah, aku ralat juga; cinta aku yang gila.

Aku selalu gila dengan perasaan mabuk kepayang bagaikan sehabis menelan buku-buku Kahlil Gibran. Seharusnya aku percaya perkataanmu tentang kegilaanku pada sastra lah yang nanti akan menyulitkanku pada akhirnya. Aku pernah berdusta bahwa aku akan selalu mencintaimu tanpa syarat, seperti saat aku sedang menyelam dalam tumpukan buku dan tak kembali bertahun-tahun lamanya, meski sebelumnya telah ku baca semua akibat. Aku pun selalu ingin membuatmu percaya, bahwa dustaku ini akan menjadi nyata hingga habis masanya.

Kau pun pernah memaklumi tingkahku dan melupakan hitunganmu demi belajar kata-kata mutiara bersamaku. Apakah menyenangkan pernah saling melempar celotehan yang sebelumnya bahkan terasa asing bagimu? Katakan, paksaku kala itu.

Atas nama cinta, kita membiarkan fisika dan sastra berbagi cerita. Atas nama cinta, kita mengecewakan mereka dengan hitungan dan perkataan yang seharusnya tak pernah ada. Atas nama cinta, kita mengusik hitungan yang sengaja dipermasalahkan dan bahasan yang awalnya tabu diperbincangkan. Ternyata kita tidak lebih dari sepasang kekasih yang menangis bersama demi mempertahankan kecintaan dan kebutaan kita masing-masing pada fisika dan sastra.

Aku tidak mengapa sudah menjadi yang lalu bagimu. Seperti kau yang tak pernah mengapa pernah melukai hatiku dengan hitunganmu. Setahuku, dari dulu cinta tidak hanya satu, tapi selalu dua, bukan tiga. Cinta tidak untuk diri sendiri, pun tak pantas terbagi. Kalau pun aku harus mencintai fisika yang tidak mencintai sastra sepertiku, pasti bukan dirimu. Kau pecinta fisika yang gagal memahami hitungan matematika dasar kelas satu. Ternyata fisika dan sastra tidak sama dengan kita. Terimakasih sudah mengajari sastra menilai massa benda. Setidaknya, aku pernah mencintaimu. Pernah.

Si Sastra


oleh @tiaratirr
diambil dari http://tiaratirr.blogspot.com

Mantan Aku yang Itu

Apa ada kalimat pembuka sebuah surat selain halo, hai, dan apa kabar?
Kesannya kok aku terlalu basa-basi ya sama kamu
Atau sebuah pembuka "Apa kamu inget aku?" itu juga kesannya kok ya nggak percaya diri banget sih untuk diinget sama seorang kamu.
Atau sekedar kata-kata , "Ini sasa, mantan kamu dulu."
Tapi terlalu Terkesan bangga banget ya jadi mantan kamu.
Bisa juga , "Gimana udah dapet pacar baru?"
Kok terlalu perhatian ya?

Duh... Kamu jangan sebel dulu...

Aku bukannya gengsi,
Tapi hanya sekedar menimbang-nimbang sapaan yang biasa aja biar bisa nyapa kamu.
kok kayaknya ribet banget ya..
Ya, ini aku yang masih diliputi gengsi yang nggak tahu kapan bakal sembuhnya.

Mau nanya kabar kamu tapi kamu pasti tetep makan walau nggak ada yang ngingetin "Jangan lupa makan ya..."
Mau nanya kamu masih inget sama aku apa enggak, tapi kebencian kamu ke aku, nggak mungkin kan bikin kamu lupa aku...

ati-ati lho, benci sama cinta bedanya dikit doang...

Apa kamu masih sering stalking timeline aku? Tapi kayaknya udah nggak soalnya kamu udah ngeblock akun ku .. cih.. Kamu sama childishnya sama aku..
Apa kamu masih sering tidur pagi? Ah pasti masih sering banget.
Terus, gimana kuliah kamu? aku bentar lagi wisuda, kalo kamu? *ngampet ngguyu*

Terus, Katanya kamu hacker ya?
Pasti iya, soalnya dulu pernah ngehack hati aku. Sampe aku tergila-gila, untung nggak gila beneran sampe masuk Ghrasia.
emm emm emm, kamu masih sering nyepik sama modusin cewek nggak? Kalo udah enggak aku jadi ragu apa yang make akun twittermu itu beneran kamu.

emm... Kamu yang (pernah) aku sayang
kamu yang (pernah) bikin aku galau karena dateng dan pergi sesuka hati
kamu yang (pernah) sering banget bikin aku kesel
Maafin aku ya..

Maaf karena nggak pernah ngehargain usaha kamu
Maaf karena nggak pernah ngehargain diri kamu
Maaf karena lebih susah di temuin dari pak SBY
Maaf karena nyia-nyiain banyak kesempatan untuk memperbaiki diri
Maaf udah nyia-nyiain kesempatan yang kamu kasih

Maaf kalo gengsiku lebih besar dari keinginanku
Nanti, kalo kamu udah maafin aku dan nggak block aku lagi, bilang ya..

oleh @sasazhi
diambil dari http://alleenzhia.blogspot.com

Kepada Anda (Khusus Wanita)

12:52, 8 Menit menjelang jam 1 tepat.

Selamat siang bagi kawan di sana, pendamping hidup yang belum teraba, pemilik perasaan yang sama sekali belum tersangka.
Di saat apapun nanti, bila anda mendapati tulisan ini lewat di sepasang netra lentik anda. Jangan sungkan untuk tersenyum.
Baca, senyum, dan aminkan saja.
Karena siapa tahu, kamu membaca ini adalah awal bagi kita untuk menjadi suatu cerita di misteri masa depan nanti.
Sekali lagi, jangan ragu untuk senyum ketika mendapati surat ini, aku sudah mewanti-wanti

P.S : Oh iya, yang boleh senyum baca surat ini hanya boleh kaum hawa saja! Khusus wanita!

Salam

SC

oleh @sunoesche
diambil dari http://essayoflove.blogspot.com

Untuk Tukang Pos

Hai kak @ikavuje hari ini aku mau nulis buat tukang posku aja deh, tapi aku nulisnya bukan pakai @pensiil ya namanya juga di blog gak mungkin pakai pensil, ehh @maafbercanda biar gak terlalu serius aja. Mungkin sudah beberapa orang menuliskan surat untukmu ya, suratku ini juga surat biasa karena aku tak @crezative merangkai kata seperti @penjahithuruf tapi semoga kau bersedia @merelakan sedikit waktu untuk membaca surat dariku ini. Sekedar saran, coba baca surat ini @mendekati @cahaya_sore sambil makan @semangkasegar, mungkin rasanya akan seperti tersambar @P3TIR atau malah menjadi ingin @pipis. Entah.

Melalu surat ini aku hanya bisa mendoakan semoga kebaikan selalu menyertaimu, tak perlu menjadi superhero seperti @_supermomo atau @popokman cukup menjadi orang biasa layaknya @nyonyapejabat atau mungkin @sutradaratop, tetap semangat menyampaikan surat cinta kami kepada @PosCinta ya, dan diberkati kehidupan cintanya dengan lelaki yang mempunyai akun twitter mirip denganku.

Salam

@rizton_ “tanpa esian”



Ps : Terima kasih buat semua akun yang aku kutip di atas.


oleh @rizton_ untuk @ikavuje
diambil dari http://ungubirumuda.wordpress.com

A Single Love Letter to the Half of Me

Dear Love,

Hello Love. How are you doing? At this time, you must be in the office, helping your parents. It’s been two weeks since your leaving me, again. But, never mind Love, I can understand it as it gets easier every year. I thank you for your coming here, spending your time with me and my family. It’s such a great days spent with you, Love.


Dear Love, I kind of miss you today so here I compile and write some of the best things I love during your coming. Don’t get bored reading it, okay?

1. I could meet you everyday. You said that you were very happy just by seeing me. Hey, I’m feeling that way too love.

2. I could hug your arms.

3. You dropped and picked me up from office.

4. We walked on foot together to my university.

5. You waited for me in front of my uni to fetch me after classes. I remembered when my friends yelled at us because you were right there standing in front of my uni, waiting to fetch me.

6. We were sitting as I lazily dried up my hair after shower and you helped me dried up them with the towel.

7. You never let me wait for you as you were always very on time. I remembered once you drove very fast from your auntie home, and when I asked you why, you simply said that you didn’t want me to wait for a long time.

8. You helped my mum making cookies while I was working.

9. You asked me to hold your hand tightly.

10. I caught you several times contemplated me, as you said you would like to see my face as long as you could.

11. You always asked me to drink plenty of water as you know I am always too lazy to take some drink while working.

12. You called my phone to wake me up in the morning. I can wake up by myself actually but I always love letting you do it.

13. Do you remember when we were in the car and suddenly you asked me if I felt cold with the air con? Then you also said that you didn’t have any cloth to put on my hands to make me warmer, like what you did during our high school time. I smiled and I was glad that you still remember those ‘high school days’, Love.

14. You spent time with my family. I’m glad that you can adapt with my family as they like you too.

15. My sister was very kind and dear to me by lending you her daily used car.

16. You slept in my home on Saturday so we could go jogging the next morning.

17. I met two of your Sydney’s friends and they’re in fact very lovely and funny.

18. You opened the car’s door for me several times and I just couldn’t resist smiling inside.

19. We made breakfast together. Remember the chocolate toast bread, noodles, half boiled eggs?

20. You lent me your shirt and kind of force me to, when I stupidly wore wrong costume while helping my boss’ party. It’s too big actually but I enjoy wearing it.

Well Love, there are much more things to say. Oh and do you notice that some of them are the things you usually do to me, near or far away, every single days of our lives? The truth is I’m very comfortable with all of them.

Dear Love, did you feel the winds blow your face this morning? It’s me, saying good morning with hugs and kisses. I sent them through the clouds and winds. Take a good care and have a lovely day, Love.



With Love,

Half of You <3

530

oleh @Ping_Sylph
diambil dari http://sylfiapatricia.tumblr.com

Tentang Dia yang Pergi

Dear Kamu,
 

Aku iseng hari ini, ingat kamu dan tanpa disadari aku mengingat kata "pergi"



 
Foto by tonca

 Definisi pergi yang kutemukan dari Google,

    1. 1 berjalan (bergerak) maju: ia -- ke kamar mandi; ia -- ke pasar; 2meninggalkan (suatu tempat): ia sudah -- dr sini; 3 berangkat: setelah mengunci pintu rumah, dia -- ke tempat kerjanya; pukul lima pagi ia -- ke stasiun; -- ke alam baka, ki mati; -- datang ada yg datang dan ada yg pergi; bolak-balik; hilir mudik; -- haji pergi menunaikan ibadah haji; naik haji; be·per·gi·an v berjalan jauh: tiap hari Minggu banyak orang ~ ke luar kota; ke·per·gi·an n 1 hal pergi; keberangkatan; 2 ki kematian; hal meninggal dunia: ia menangisi ~ anaknya ke hadapan Allah


Definisi pertama yang menggerakkan tanganku untuk menulis, yaitu berjalan (bergerak) maju.
Jika dipikir, semua yang pergi adalah hal-hal yang bergerak - maju, bukan mundur atau menghilang.
Mereka yang pergi, mereka yang bergerak maju tanpa mengajak kita.
sehingga akan ada rasa ditinggalkan, perlukah bersedih? jika ada yang pergi?
Apakah seharusnya senang karena dia telah bergerak maju,
bukankah maju berarti baik,
bukankah maju berarti dia menemukan kesenangan?
bukankah maju berarti telah siap untuk tidak mundur?
sehingga pada akhirnya pergi berarti bergerak-maju untuk baik yang akan menemukan kesenangan dan tidak  akan mundur.

 
foto by emsvangoth
 

Kawan, dia yang pergi mungkin bukan tidak kembali,hanya saja dia enggan untuk kembali karena dia telah bergerak - maju.
Kawan, dia yang pergi akan tetap pergi meski kita menahan tangannya.

Kawan, kamu juga harusnya telah juga pergi, bergerak maju dengan dan tanpa mengajak siapapun bersamamu.
Kawan, kamu juga harusnya telah juga pergi, menemukan kesenangan dan tidak mundur untuk kembali.

Semua akan tentang kedatangan dan kepergian,
ketika akhirnya nanti kamu berhenti, pastikan kamu telah cukup menikmati setiap kesenangan akan tawa, duka, airmata juga senda gurau dunia.

Dia yang pergi, atau kamu yang pergi akan sama saja.
 

Posted 8th July 2012 by sarah firdausy

oleh @sarahfir
diambil dari http://singlelogic.blogspot.com

Ini Lho, Film Favorit Saya

Teruntuk ‘semacam Aditya Pratama’…

Bonjour, monsieur semacam Adit! Comment allez vous? Lihat nih, semacam Tita udah bisa bahasa Prancis kan? Dikit-dikit sih.. Semacam Tita kangen banget lho sama semacam Adit. Kapan-kapan semacam Tita ke tempat semacam Adit lagi ya? Ajakin semacam Tita dinner ke tempat yang so sweet, semacam Tita janji deh nggak akan ngerengek minta pindah tempat ke M*D. Oh iya, semacam Tita pengen banget ke Eiffel (lagi). Kalau semacam Tita ke tempat semacam Adit, ajakin semacam Tita ke Eiffel ya, jangan lupa buatin lagi cincin dari bunga. Semacam Tita suka banget sama cincinnya, meskipun besoknya cincinnya jadi layu.

Oh iya, hampir aja semacam Tita lupa. Semacam Adit dapet salam dari semacam Uni dan semacam Nanda lho. Semacam Adit juga dapet salam dari semacam Kak Alan, katanya semacam Adit disuruh main ke tempat semacam Tita dan semacam kak Alan. Hihihi, semacam Adit kangen kan sama semacam Tita? Kalo udah libur, main ke sini ya, ke tempat semacam Tita.

Ya udah, segini aja surat dari semacam Tita. Semoga semacam Adit sehat selalu dan lancar kuliahnya ya. Oh iya, semacam Adit jangan bosen nungguin semacam Tita ya…

Salam rindu,
‘semacam Ristita Inggrid’


ps : kenapa semacam Adit dan semacam Tita? Karena saya bukan Tita, saya cuma berandai-andai gimana kalo saya jadi Tita, dan ini dia yang saya tulis :D Hahaha saya kangen sama karakter Adit dan Tita. Pokoknya yang udah pernah dan udah sering nonton film Eiffel I’m in Love pasti ngerti deh!


nb : Eiffel I’m in Love adalah film favorit saya sejak SD, dan sampai sekarang masih jadi number 1, karena ceritanya ‘aduhai’ banget. Oh iya, FYI nih, kalau yang udah nonton Eiffel I’m in Love, belum lengkap kalo belum nonton Lost in Love, karena Lost in Love adalah lanjutan dari Eiffel I’m in Love. Dan kalian juga nggak akan rugi kalau nonton kedua film tersebut, karena ada Eiffel-nya! Hahaha. By the way, saya bikin surat ini sambil dengerin soundtrack Eiffel I’m in Love *nggak ada yang tanya*

*baca surat ini sambil dengerin lagu ini, dijamin langsung pada kangen sama film ini! hahaha

oleh @sintrooong
diambil dari http://agustinasss.blogspot.com