27 January 2013

Malam Minggu Pertama


Untukmu, yang senyumnya masih kurindu.

Di tempatmu, gelap sudah menggeser petang sementara senja baru saja datang di tempatku. Malam minggu ini kau tengah larut dalam sibukmu di sana. Bicara tentang malam minggu, ingatkah kamu tentang malam minggu pertama kita?

Bulan Oktober lalu, aku begitu bahagianya sebab kamu menyempatkan diri ke sini, menemuiku. Aku menjemputmu di pintu kedatangan luar negeri bandara internasional Soekarno - Hatta. Dengan wajah lusuh usai kegiatan praktikum di kampusku, aku menjemputmu.

Aku tidak menyangka ternyata jam kedatanganmu dipercepat. Sehingga, tepat lima belas menit aku tiba, rombonganmu datang.

Kamu berdiri di sana.

Dengan kaus abu - abu.

Kemudian bergerak semakin dekat, di depan mataku.

Aku gugup, tentu saja.

Ini kali pertama kita bertemu secara nyata, mata bertemu mata, kemudian hati bertemu hati.

Saat itu, kau berdiri tepat lima jengkal dari tempatku berdiri.

Kau tersenyum.

Sementara aku membatu.

Begitulah pertemuan kita memeluk segala rindu.

Senja itu di hari Kamis, aku seutuhnya merasa memilikimu secara nyata. Sebab selama ini dunia maya terlalu asyik mempermainkan hati. Kemudian kita bertukar janji, untuk bertemu di hari sabtu. Iya, malam minggu pertama kita.

Waktu terasa begitu cepat membawaku ke hari Sabtu, tepat tanggal tiga belas Oktober tahun lalu. Kita bertemu, seperti muda - mudi lainnya. Kita bercengkrama, seperti muda - mudi lainnya. Saat itu mungkin aku terlihat begitu bodoh, karena sungguh, aku benar - benar gugup melewati malam minggu pertama kita. Sementara kamu begitu mahir mencairkan suasana.

Kemudian malam mendekap cerita kita, sesempurna malam menguapkan rindu kita.

Malam minggu ini, di surat ketigabelas, entah mengapa setiap detik di malam minggu tiga belas Oktober lalu begitu nyata di benakku. Sederhana saja, aku merindukanmu.

Hai, Kamu.

Malam minggu tahun lalu adalah malam minggu pertama dan malam minggu terindah, tapi tentu, bukan malam minggu terakhir.

Semoga waktu dengan cepatnya mempertemukan kita di malam minggu kedua, ketiga, dan malam minggu kesekian kalinya pada waktu yang tak ditentukan.

Sekali lagi, aku merindumu.

Dariku, yang malam minggu ini hanya bertemankan rinduku akan senyummu.


Oleh @upisufia
diambil dari http://upisufia.blogspot.com/

Kak Molly Si Teka-teki


Hai, kak Mol! Lagi apa, kak? Lagi sibuk ya? Oh, engga? Yaudah, baca suratku.

Sekarang udah seneng kan ada yang nulis surat buat kak Mol? Yang nulis emang penulis pula. Duh, emang aku penulis ya? Penulis ala ala sih iya. Hahahaha!

Mulai sekarang kak Molly jangan sedih lagi ya. Ini aku udah nulis surat buat kak Molly. Kak Molly harus tetap tersenyum dan memeperindah hari-hari followers kak Molly. Kan Molly Key Opinion Leader. Hehe…

Tau gak kak, aku nulis surat ini sambil dengerin lagu Dancing Queen-nya SNSD loh! Tau kan lagunya yang mana? Itu loh, yang liriknya “Girls! Generation~ Let’s dance~ Hit the beat and take it to the fast line! Yeeeaa~ Yeeeaaa~ Yeeeaaa~”

Etapi gak lagu itu doang sih, nih sekarang lagi dengerin lagu On My Own yang dinyanyiin sama Eponine. Sedih banget ya kak lagunya? Aku aja pengen nangis ngedengerinnya. Kak Molly pasti sedih juga kan pas ngedengerinnya? Pasti iya. Secara kak Molly kan hatinya lembut, gampang tersentuh. Sekalipun kak Molly terlihat jutek dan cool.

Aku sekarang ngerti kenapa kak Molly imejnya jutek dan cool kalo sama aku, kak Molly pengen menjadi satu teka-teki buat aku kan? Kak Molly pengen aku memecahkan setiap kode-kode yang kak Molly berikan ke aku kan?

Aku gak tau udah berapa kali kak Molly ngefollow dan unfollow aku. Sedih sih, tapi semenjak beberapa minggu yang lalu aku udah gak peduli lagi siapa yang follow dan siapa yang unfollow aku. Tapi anehnya ya, setiap kak Molly unfollow aku atau ngeDM aku, aku ketawa mulu loh. Kak Molly tuh lucu ya, bisa bikin aku senyum-senyum sendiri. Hehe…

Sekarang kak Molly udah block-unblock aku. Entahlah. Teka-teki yang kak Molly berikan semakin berat buat aku jawab. Orang-orang boleh saja berpergian dari Byzantium menuju Yerussalem, tapi mereka tetep memiliki setiap alasan dalam melakukan setiap perjalanan. Aku percaya kok, apapun yang kak Molly lakukan, ada alasannya.

Sekarang kak Molly udah bisa senyum lagi kan? Aku udah nulisin satu surat untuk kak Molly. Semoga kak Molly suka surat dari aku. Satu surat yang ditulis dengan sepotong siluet empuk dari gandum-gandum pilihan para penyair dari kuil Athena.

Maaf ya kak kalo ternyata timeline-ku gak seperti yang kak Molly inginkan. Paling tidak, beberapa kali dalam sekali hidupku, aku pernah difollow oleh @nisankubur―satu akun yang kerap didamba-dambakan para remaja dewasa ini.

Sekian dan terima kasih sudah membaca satu surat dari aku.


Teruntuk kak Molly tersayang.

Dari Irvan.


Oleh @vanatigh untuk @nisankubur
diambil dari http://irvanwiraadhitya.tumblr.com/

Dari Adinda, Untuk Kakanda


Hari ini 26 Januari 2013. Sengaja kutulis surat ini untuk kakanda Cokelat yang betapa sampai  hatinya mengkhianati kesetiaan adinda selama ini …

Berhubung kakanda telah mengkhianati adinda, maka mulai detik ini panggilan kita kembali bertransformasi menjadi aku-kau, ya? Oke. 1 … 2 … 3 …

Hai, kamu. Apa kabar? Rasanya sampai kemarin siang pun kita masih bertemu dan saling tertawa hangat, bukan? Sampai kemarin siang pun, kita masih bercengkerama bersama. Apa yang kita bicarakan kemarin? Tentang janji-janji masa depan terbaik. Tentang rencana kita selanjutnya. Masa depan kita berdua. Ah, bahkan aku kerap tersipu saat kauucapkan kata-kata indahmu yang ternyata semu itu.

Kau pasti kaget kan saat menerima pesanku tadi malam? Bahwa aku tidak akan menemuimu lagi—kecuali benar-benar terpaksa. Bahwa kita sebaiknya mengakhiri hubungan istimewa kita saja. Bahwa aku yang sebenarnya masih sangat mencintaimu, harus mulai mengikis rasa itu sedikit demi sedikit. Tiadalah kuasaku mencabut langsung semua perasaan yang telah tertanam kuat itu. Rasa cintaku bahkan sudah tertanam begitu dalam. Seandainya kau mau tahu.

Nah, pasti tadi malam itu kau kaget dua kali, bukan? Kau juga kaget kenapa aku bisa mengetahui semua busukmu, kan? Kau kaget karena aku tahu kalau kau telah  mengkhianatiku. Benar begitu? Apa kau mau tahu darimana aku mengetahui semua itu? Kalau iya, baiklah, akan kuberi tahu kau sekarang juga, melalui surat ini.

Sebut saja dia Dokter Gigi—karena memang begitu adanya. Di sore itu, ba’da Maghrib, selepas kaupulang, ibuku membawaku ke dokter gigi karena tiba-tiba gigiku sakit tak tertahankan. Lalu … lalu saat sang dokter menatap wajah piasku, ia akhirnya membeberkan semua rahasia busukmu! Dia bahkan tahu kalau kita berhubungan. Padahal aku belum memberitahunya tentang hubungan istimewa kita. Dia tahu begitu saja—selepas melihat gigi belakangku.

Apa dia bilang? Kalau sebaiknya aku berhenti mencintaimu. Kenapa? Karena—seperti yang sering kuulang dari tadi—kau mengkhianati tulusnya perasaanku! Tternyata kaulah satu-satunya penyebab gigiku sakit. Kaulah satu-satunya penyebab gigiku berlubang. Dan kau tahu bagaimana rasanya saat gigiku ditambal? Ngilu bukan main. Kau mengkhianatikuuuu, Cokelat!!! Kenapa kau tega sekali …? 

Seharusnya ini menjadi surat cintaku yang kesekian untukmu. Tapi biarlah kuredam dulu sedikit kebencianku yang sejak tadi malam sudah memuncak hingga ubun-ubun. Aku ingin surat ini tetap menjadi surat cintaku untukmu. Dan, ini yang terakhir. Bagaimanapun pengkhianatanmu, aku tetap ingin kita berpisah baik-baik. Aku tetap ingin saat kita bertemu lagi suatu hari nanti, senyum tulus yang terpancar dari wajah kita berdua. Aku akan berusaha. Aku yakinkan kau, aku akan berusaha.

Kau tahu? Gara-gara tingkahmu, aku harus rela uang jajanku dipotong hingga dua bulan kemudian, hanya untuk membayar kejujuran dokter gigi itu yang sudah berbaik hati menguak tabir kejahatanmu. Aih, bahkan dokter itu memberitahuku kepada siapa aku seharusnya move on, kepada siapa harusnya hatiku berlabuh. Kau mau tahu? Baiklah, dengan senang hati akan kuberi tahu: PERMEN KARET! Aku akan move on! Aku pasti bisa move on pada permen karet itu selamat tinggal, kakanda Cokelat. Selamat tinggal. Semoga aku selalu berbahagia, meski tanpamu….

Tertanda,

Aku yang hampir move on.


Oleh @ulyauhirayra
diambil dari http://ulyauhirayra.wordpress.com/

Mas Mantan


Halo, mas mantan…

Apa kabar?

Uh, rasanya basa-basi menjadi wajib ya buat warga Negara Indonesia? Saya suka sih, basa-basi… Dan uh, saya agak menyesal tak bisa membahas lebih lanjut apa-apa aja yang jadi kewajiban ngga penting warga Negara ini. What? Iya, biasanya kan kita suka membahas hal-hal beraroma sosial budaya macam itu. Kamu tau bangetlah kalo saya ini begitu hobi ngobrol, terutama sama kamu.

Dan kamu pasti baik-baik saja ya? Ya, kamu akan selalu baik-baik saja. Dengan atau tanpa saya. Tanpa perlu kamu tahu, saya yang tanpa kamu tak kan pernah baik-baik saja. Ouch, maaf. Barusan saya lebay.

Hmmm, mas mantan yang baik tapi tega mutusin saya, saya mau bilang kalo saya kangen kamu loh. Ih emang saya aneh, masih aja bisa kangen sama orang yang jelas-jelas nyakitin saya. Tapi mau gimana lagi, saya kangen.

Beberapa hari yang lalu kita ketemu ya? Bukan, bukan ketemu dengan sengaja emang. Tapi Tuhan lagi ngajakin kita becanda kayaknya. Gimana ngga? Setelah kita putus dan lost contact beberapa bulan, kita ketemu. Di tempat kita pertama ketemu, sekaligus tempat kita biasa ketemu! Aaaaakkkk! Oke, maaf. Barusan saya lebay lagi.

Tapi saya merasa ada konspirasi semesta deh pasti. Dan lalu, terimakasih sudah mau menegur saya duluan. Sekalipun basa-basi dan masing-masing dari kita terasa kaku. Saya senang. Setidaknya tak ada beku sakit hati saya disitu, semua meleleh tanpa sisa. Lenyap ke dalam senyum dan jabat tangan kita.

Saya tadinya ngga mau lihat kamu sih. Tapi apa daya, kamu udah tepat di depan saya. Apa? Saya gagal move on? Ngga tuh. Saya malah belum mulai move on :p

Dan saya tak henti bersyukur pada Tuhan. Karena ketemu kamu? Oh bukan. Tapi karena ketika saya ketemu kamu, kamu lagi ngga sama pacar baru-mu :))

Pokoknya satu yang saya mau pesen sama kamu mas. Lain kali, kapanpun ketemu saya, kamu boleh basa-basi nanya apapun. Tapi tolong jangan tanya “Bagaimana move on-mu?”. Jangan. pokoknya jangan. Kenapa? Karena saya….. Eh, ada UFO!!!

Sekian dulu ya, mas mantan. Ini surat kedua buat kamu sih. Surat pertama berjudul sama akan kamu temukan kalo kamu ngacak-ngacak tumblr saya. Atau bisa ke blog #30harilagukubercerita. Tapi kamu ngga akan baca juga sih. Wahahaha. Wong saya ndak berani mention kamu kok :D

Salam selimutan di musim hujan,

Saya, mantanmu.


Oleh @_lele19
diambil dari http://leletrash.tumblr.com/

Ini Tentang Bokap


Hai. Anggep aja kita udah kenal lama. Anggep aja kita memang ditakdirkan sebagai sahabat sejak dalam kandungan. Gue udah cerita segalanya sama kalian. Semua tentang hidup gue. Kecuali tentang bokap. Maka dari itu, lewat surat ini, gue mau cerita. Tentang bokap. Semua tentang bokap. Segalanya.

Tahun ini, tepatnya tanggal 15 Maret nanti bokap umurnya genap 47. Terbilang tua memang. Udah mau kepala lima ternyata. Udah seharusnya ngerasain kebanggaan yang berasal dari anak-anaknya. Tapi sayangnya belum. Gue belum bikin bokap bangga. Tapi gue narsis aja. Gue yakin bokap bangga punya anak kayak gue. Dan adik gue, tentunya. Bokap gue itu hebat. Kuat. Seumur-umur gue tinggal sama dia, gak pernah gue liat bokap marah sama gue. Gak pernah ngomong kasar, gak pernah maki-maki gue, gak pernah main tangan sama gue. Inget banget waktu kecil dulu, gue suka manjat jemuran, sembari dipegangin bokap. Makan alpukat bareng bokap. Bahkan tiap sebelum dia berangkat kerja, dia selalu nyempetin buat ngajak gue muterin komplek naik motor capungnya. Nyesel ya gak banyak memori masa kecil yang bisa gue inget. Tapi kamera merekam segalanya. Tersusun rapi dalam album foto.

Btw, gue manggil bokap dengan sebutan “Abi”. Denger cerita dari nyokap katanya dulu manggil “Bapak”. Terus gak tau kenapa bisa berubah. Bokap gue ini baik banget. Tiap minta duit pasti dikasih. Meskipun dikasihnya besok. Atau lusa. Atau bulan depan. Pokoknya selalu ngasih. Tapi Alhamdulilahnya gue pengertian. Jadi gak melulu tiap apa-apa minta duit ke dia.

Bokap gue ini sederhana banget orangnya. Kalo lagi makan di luar rumah, jarang gue liat bokap pesen makanan duluan. Pasti nungguin anaknya yang pesen. Atau nungguin sisa makanan anaknya. Iya, sesederhana itu. Bokap ikhlas pake sepatu yang harganya tigapuluhlimaribu sementara anak-anaknya pada pake yang empatratusribu. Bokap rela nggak ganti tas kerja sampe itu tas rusak sementara anak-anaknya tiap minggu gonta-ganti tas. Iya, sesederhana itu. Sampe suatu ketika nyokap pernah bilang, "Tuh cari suami yang kayak abi. Dikasih makan sama nasi dan sambel pun gak akan ngeluh". Iya, sesederhana itu.

Bokap gak pernah ikut campur mengenai masalah pendidikan gue. Bukannya gak peduli. Tapi gue yakin bokap tau gue punya pilihan yang pas. Dan ada nyokap yang udah ngebimbing. Ketika gue memutuskan untuk nerusin SMA di Jakarta, bokap meng-iya-kan. Ketika gue memutuskan untuk kuliah ambil Psikologi, bokap men-monggo-kan.

Bokap gue ganteng. Dikarenakan dia seorang lelaki. Udah itu aja sih.

Gue yakin gak cuma bokap gue yang bisa hebat kayak gini. Bokap kalian pasti sama hebatnya. Bahkan lebih hebat lagi. Mungkin ada yang mikir juga “Ah semua bokap-bokap juga pasti ngelakuin apa yang lu tulis dalam surat ini”. Tapi gue gak peduli, guys. Kali ini gue subjektif banget. Pokoknya bokap gue paling hebat.

Buat para cewek-cewek, mulai sekarang berdoa deh biar anak-anak kita nanti dapet ayah yang gak kalah hebat dari bokap kita. Supaya anak kita bangga. Dan gak malu cerita ke semua orang perihal ayahnya.

Sekian. Salam metal untuk bokap-bokap kalian di manapun berada!


Oleh @ulfaground
diambil dari http://ulfarizkiana.blogspot.com/

Yang Tersakiti


Maaf, selama dua tahun belakangan ini aku tak memperhatikanmu. Aku sering menyakitimu. Padahal aku tau, lukamu belum sembuh benar.

Maaf, aku sering tak mendengarkanmu. Padahal aku tau, kau tak mungkin menjerumuskanku dalam kesalahan yang sama.

Maaf, aku terlampau egois. Sehingga sering kali aku menggoreskan luka baru di tengah lukamu yang belum kering.padahal aku tau, untuk menyembuhkanmu butuh waktu yang sangat lama.

Hati, cepatlah kau sembuhkan lukamu. Aku sudah lelah untuk mencoba menyembuhkan lukamu. Semakin aku berusaha, semakin kau tersakiti. Pun, aku sudah lelah meminta tolong kepada mereka untuk menyembuhkanmu. Mereka tak cukup memahamimu dan aku terlampau bodoh mempercayakanmu kepada mereka.

Jadi, kali ini aku akan mempercayaimu penuh untuk kau sembuhkan lukamu sendiri. Aku yakin kau bisa.

Cepatlah sembuh, hati. Seseorang disana telah menunggu untuk merawat dan menjagamu.  

Salam,
Pemilikmu



Oleh @oriin_
Diambil dari http://orindmorind.blogspot.com/2013/01/yang-tersakiti.html#links

Lihat, Aku Selalu Memerlukan Mama


Dear Mama… 
Sebenarnya aku bingung mau menulis surat ini seperti apa. Begitu banyaknya kesempatan dan waktu yang aku punya untuk bisa mengucapkan terima kasih dan rasa cinta yang begitu dalam buatmu karena kita tinggal serumah, tapi kadang aku merasa malu untuk mengungkapkannya. Begitu banyak waktu yang kita habiskan saat malam tiba tepat ketika aku pulang ke rumah setelah bekerja atau sebelum aku kembali pergi ke kampus atau ke kantor, tapi sepertinya aku hampir tak pernah mengucapkan kalau aku sangat menyayangimu.

Dear Mama… 
Maaf ya kalau aku bahkan sama sekali tak pernah lagi mencium tanganmu lagi ketika aku mulai beranjak remaja setiap kali aku mau pergi berangkat sekolah, kuliah, ataupun bekerja. Entahlah Ma, aku rindu masa-masa itu lagi. Menyalam tangan Mama, lalu pamit. Yang aku lakukan sejak remaja sampai sekarang usiaku sudah 23 tahun hanya pamit lewat bibir. Aku minta maaf untuk itu Ma…

Dear Mama… 
Maaf kalau aku kesannya selalu jarang punya waktu untuk ngobrol dengan Mama. Bahkan kesan yang aku berikan ke Mama kadang seperti aku enggan berbicara dengan Mama. Maaf kalau Mama merasa aku seperti malas berkomunikasi dengan Mama. Tiap kali aku pulang ke rumah aku sudah terlalu lelah dan sangat malas untuk berbicara. Itu sebenarnya alasannya Ma. Tapi aku tidak pernah mengungkapkannya. Yang ada aku hanya diam dan Mama jadi kesal melihat aku seperti acuh tak acuh.

Ma… 
Aku sangat bersyukur dan bangga bisa punya perempuan sepertimu. Sangat kuat, tegar, dan tak pernah terlihat lemah di mataku. Bahkan ketika menangis, secepat mungkin air mata itu akan Mama hapus seolah tak pernah jatuh setetes pun.

Mama memang tidak pernah cerita seperti apa dulu Mama waktu sekolah. Apakah Mama pernah juara atau paling tidak selalu mendapat nilai 10. Yang aku tau, Mama selalu mendukung aku dan adek-adek untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Mama selalu mengingatkan aku dan adek-adek untuk tidak pernah lupa mengerjakan PR. Bahkan di saat aku sedang menyusun skripsi saat ini, Mama tak pernah lupa mengingatkan aku untuk jangan lupa makan kalau sedang mengerjakan skripsiku. Kadang aku kesal karena aku merasa aku bukan lagi anak kecil yang harus diingatkan untuk hal-hal sepele seperti makan. Tapi nyatanya? Lihat, aku selalu perlu Mama kan…

Dear Ma…
 Makasih karena Mama tak pernah bosan mengingatkan aku untuk ini-itu. Maaf kalau kadang aku pernah membentak Mama karena Mama berulang-ulang untuk mengingatkan hal yang sama. Aku sadar itu Mama lakukan karena Mama tidak ingin ada sampai yang salah kulakukan. Tapi aku malah sering kali menyebutnya sebagai kecerewetan yang tak ada hentinya.

Mama yang selalu mengalah… Terima kasih karena kadang untuk debat-debat yang sangat menyebalkan, Mama selalu diam dan mengalah. Padahal aku yang salah. Ahh, aku sungguh menyesal Ma. Aku tau usiamu sudah bertambah tua, tapi aku selalu lupa dan tak sadar kalau suara yang keras dariku akan semakin mengurangi umurmu. Aku mau minta maaf untuk itu. Kita sering berdebat sebenarnya karena hal-hal yang sepele dan itu pun sebenarnya karena aku yang keras kepala. Lihat, untuk hal sepele sekalipun, aku tetap memerlukan Mama kan…

Ma… Aku sudah hampir 5 tahun bekerja. Tapi uang yang kudapat dari kerja kerasku sangat sedikit kuberikan buat Mama. Kadang hanya membelikan Mama majalah tanaman karena Mama sangat suka dengan tanaman. Atau membelikan Mama sepatu pansus karena aku tau Mama sangat suka dengan model pansus. Ma, maaf ya kalau selama ini gaji yang aku dapat hanya aku pakai untukku. Untuk beli baju baru, untuk makan, untuk hang out, untuk jalan-jalan ke luar kota, untuk beli barang-barang yang kadang mungkin tak aku perlukan sama sekali. Bahkan untuk membeli netbook tahun lalu pun Mama masih kurepotkan.
Ahh, anak seperti apa aku ini. Sudah bekerja tapi masih saja merepotkanmu untuk membeli perlengkapanku. Padahal Mama sama sekali tak pernah memakai netbook-ku. Tapi Mama tau betul kalau aku sangat membutuhkan netbook dan lagi-lagi Mama yang turut campur untuk mencari biaya supaya aku bisa segera memiliki netbook saat itu, tak peduli apa harus meminjam uang entah dari mana. Maaf kalau kesannya aku seperti anak yang tak tau balas budi ya Ma.. Untuk urusan perkuliahan dan pekerjaanku saja aku masih harus melibatkan Mama. Lihat, aku selalu memerlukan Mama kan…

Dear Mama… 
Waktu Mama sakit, mungkin aku tidak seperhatian Mama ketika aku sakit. Saat sakitpun Mama masih mengupayakan diri untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang bisa Mama kerjakan. Aku ingat betul, yang Mama inginkan dari Tuhan itu cuma kekuatan dan kesehatan. Mama pernah bilang kalau, “Mama bukan mau memanjakan kamu dengan mengerjakan hampir seluruh pekerjaan rumah. Mama tau kamu sangat lelah di luar sana waktu bekerja atau kuliah.” Tapi untuk menyimpan pakaian yang sudah Mama setrika atau mengucapkan terima kasih pun aku jarang. Maaf ya Ma…

Ma, sebenarnya aku selalu memperhatikan Mama.. Maaf ya kalau aku kelihatan seperti tak pernah perduli dengan lebih banyak diam di rumah. Aku pernah dan sudah bilang kan, itu karena aku lelah, jadinya aku malas untuk bersuara. Makasih karena Mama selalu paham untuk hal tersebut.

Dear Mama.. Aku rasa aku akan memerlukan Mama seumur hidupku. Aku perlu doa Mama, aku perlu campur tangan Mama, aku perlu omelan Mama, kecerewetan Mama, bentakan Mama, semuanya Ma. Dulu, aku selalu berpikir kalau aku sudah besar aku tak akan memerlukan Mama terlalu banyak. Nyatanya aku tetap perlu Mama dalam segala hal. Untuk menyiapkan makan siang yang akan kubawa ke kantor saja pun aku sering tak sanggup. Mama yang menyediakan. Aku juga malu karena sampai saat ini Mama masih lebih sering mencuci piring dari aku. Aku selalu beralasan lelah kalau melihat tumpukkan piring. Maaf ya Ma kalau kesannya aku mencari Mama ketika aku perlu saja.

Ma… Kalau untuk hal-hal kecil dan terkesan sepele saja campur tangan Mama sangat berarti, apalagi untuk laki-laki yang akan menemani aku nanti. Ma, ada banyak hal yang ingin aku ceritakan dengan Mama. Tapi aku sangat malu dan sepertinya aku memang susah berkomunikasi dengan Mama ya? Maaf ya Ma, kalau aku lebih sering memilih teman-temanku untuk mendengarkan semua ceritaku ketimbang Mama. Aku merasa bingung harus seperti apa kalau aku menceritakannya dengan Mama.

Tapi lewat surat ini, aku ingin Mama tau… Kalau beberapa waktu lalu, iya, beberapa bulan lalu, aku, anak gadismu sedang berada dalam lingkaran keterpurukan yang luar biasa. Seharusnya aku mencari Mama untuk menceritakan semua yang aku rasakan. Mulai dari sakit hati, patah hati, luka hati yang semakin menganga, ya semua Ma. Tapi aku malah bungkam. Maaf Ma, lagi-lagi aku hanya bingung mau seperti apa dan mulai dari mana untuk menceritakannya.

Mama ingat soal Jefry kan? Aku rasa Mama tau seperti apa perasaanku dengan dia tanpa kuceritakan panjang lebar. Tapi aku tidak akan membahas soal Jefry panjang lebar di sini…

Aku hanya ingin bercerita ke Mama kalau saat ini aku benar-benar membutuhkan sosok seorang laki-laki yang bisa melindungi dan berbagi dengan aku. Aku benar-benar memerlukan seseorang yang bisa kupeluk saat aku sedang terpuruk, seseorang yang bisa memarahi aku kalau aku sering sepele dengan hal-hal kecil, seseorang yang bisa mengelus kepalaku dan berkata, “Kamu yang sabar ya,” saat aku kena marah oleh bosku, seseorang yang bisa menemani aku setiap malam untuk mengerjakan sripsiku yang masih belum selesai atau pekerjaan kantor, seseorang yang bisa mendukung pendidikan dan karierku, seseorang yang mau memberikan bahunya tanpa bertanya apapun saat aku benar-benar sangat lelah dan ingin menangis, seseorang yang mau memeluk aku dari belakang atau mengizinkan aku memeluknya dari belakang, seseorang yang mau meminta aku untuk membuatkan makan siangnya, seseorang yang.. Apa yang kusebutkan tadi terlalu banyak? Ya aku butuh laki-laki seperti itu Ma…

Dear Mama… Akhirnya aku sadar aku akan selalu memerlukan Mama. Aku tentu belum pintar memilih. Bagaimanapun Mama duluan dari pada aku. Mama pasti tau bagaimana seharusnya seorang perempuan memilih. Ma, saat ini usiaku memang sudah 23 tahun, tapi aku belum bisa memutuskan pilihanku. Aku perlu Mama, aku perlu doa Mama. Maaf, aku bukan hanya perlu, aku sangat butuh doa Mama. Karena kalau dengan kekuatan dan cara hatiku bertindak, aku takut aku gegabah.

Ma, ada yang mau kutanyakan. Aku kadang tak tau apakah permintaanku terlalu banyak atau seperti apa. Yang aku minta dengan Tuhan soal laki-laki yang aku inginkan itu sebenarnya tidak banyak. Tapi entahlah menurut Mama. Aku biasanya meminta agar laki-laki itu adalah laki-laki yang mencintai Tuhan lebih dari apapun, bukan hanya pikirannya yang cerdas tapi juga hatinya, laki-laki yang tidak hanya bisa memuji aku tapi juga memarahi aku kalau aku salah, laki-laki yang bisa menjadi teman terbaikku dalam hal apapun, laki-laki yang bisa membuat aku utuh sebagai perempuan ketika aku di sampingnya, laki-laki yang tidak hanya mendukung aku tapi juga membutuhkan dukungan dariku.

Aku perlu dan aku membutuhkan laki-laki itu sebagai seseorang yang istimewa dalam hidupku Ma. Tenang Ma, aku tidak akan menduakanmu saat aku bertemu dengan laki-laki itu. Mama juga tidak perlu khawatir aku tidak memerlukan Mama lagi kalau nanti aku bertemu dengan laki-laki itu. Karena aku akan selalu memerlukan Mama.

Aku akan selalu memerlukan Mama dalam hal apapun. Baik untuk pesta pernikahanku nanti, maupun saat aku sudah berkeluarga. Aku pasti akan selalu memerlukan Mama. Aku mau Mama juga berperan dalam pesta pernikahanku yang sederhana nanti. Mama ingat kan kalau Mama selalu bilang kalau Mama masih ingin hidup bahkan ketika aku sudah punya anak dan berkeluarga nanti? Aku juga akan meminta itu dengan Tuhan nanti.

Untuk pernikahanku nanti, aku mau gaun putih gading. Tapi bolehkan aku yang memilih modenya? Aku mau gaun yang bisa memperlihatkan punggungku dengan indah. Mama bisa kan menjahit gaun seperti itu? Kalau pun tak bisa, Mama bisa kan menemani aku mencarinya bersama calon suamiku nanti?

Dear Mama… 
Maaf ya kalau sampai saat ini aku masih belum bisa mengenalkan siapa laki-laki itu. Makanya kubilang aku perlu doa mama. Kalau Mama bertanya siapa pacarku, nanti, aku pasti akan mengenalkannya dengan Mama. Dan kalau Mama bertanya di usia berapa aku mau menikah, nanti di usia 26 atau mungkin 27 tahun. Dan mama tak perlu cemas atau bahkan khawatir, sekali lagi aku mau Mama tau kalau aku akan memerlukan Mama sampai kapanpun.

Ma… Mama jangan terlalu lelah ya.. Jaga kesehatan, sering-sering minum vitamin. Aku janji setelah ini aku akan menghabiskan waktu lebih banyak lagi untuk Mama. Aku akan bercerita apapun, semua dengan Mama. Nanti, waktu aku menikah, aku mau Mama yang mengurus semuanya. Maaf kalau aku baru berani mengungkapkannya lewat tulisan kalau aku sangat sayang dengan Mama.

Peluk hangat Putrimu

Oleh @Judika_judik
Diambil dari http://judikabm.tumblr.com

Sudah Dua Tahun ya, Bu?


Untuk Ibu di sana.

Bagaimana rasanya di sana? Sudah damai kah, Bu?

Semoga sudah yah.

Ima kangen sama Ibu. 

Kangen. Kangen. Kangen banget.

Kangen tiap Jumat - atau setidaknya seminggu sekali - nengokin Ibu.

Kangen masakan rendang yang rasanya beda sama rendang lainnya. Cuma Ibu yang bisa bikin rendang kaya gitu. Duh, nyesel deh ga sempet belajar resep rendangnya 

Kangen ngobrol sama Ibu. Ah, Ibu tetep asik diajakin ngobrol walaupun umurnya udah jauuuuh beda sama Ima. #uppss

Ah, Ibu ga ada duanya!

Walaupun udah tua, Ibu masih bisa baca, ngeliat orang, ngejahit, tanpa kacamata. Keren!

Walaupun udah tua, Ibu masih inget dan bisa ngenalin semuaaaa cucunya.

Walaupun udah tua, Ibu bisa inget semua tanggal ulang tahun cucunya.

Ibu, kado terakhir buat Ima November 3 tahun yang lalu masih Ima simpen. Ga akan Ima apa-apain. 

Bu,

Ga terasa udah 2 tahun Ibu pergi dari kita.

Sepi di rumah, Bu. 

Tapi Ima yakin, Ibu terus ada di deket Ima. Ibu jagain Ima.

Ibu selalu ada di deket anak dan cucu Ibu.

Ibu adalah nenek terhebat, terbaik, tergokil yang pernah kita punya.

Tenang di sana yah, Bu.

Doa kami selalu ada buat Ibu.

Ima kangen Ibu.

Love you.

- cucu yang kangen rendang buatan Ibu -

Oleh @imaadew
Diambil dari http://imaadew.tumblr.com

Adakah yang Lebih Nyata dari Sebuah Kita?


Selamat sore sayang,

Semoga sayang kan tetap berada linimasa hari, berbahagia untuk semburat jingga di pelupuk langit senja. Sayang, aku merindumu. Kau tahu bukan? Surat ini kukirimkan untukmu seperti janjiku pada diri sendiri, setiap ganjil hari. Biarkan rindu yang menggenapi jeda diantaranya. Aku harap pun surat ini menjadi jawaban atas getirmu pada setiap malam.

Sayang, berhentilah tertawa jika hatimu yang kudapati sedang menangis di pojok ruang. Aku mengerti bagaimana kau menutupi pori per pori kesedihan yang berulang, dengan candaanmu yang menjulang. Tidak banyak yang bisa ku buktikan, bahwa kaulah satu-satunya lelaki yang kusayang. Tetapi, percayalah. Jika semesta kan selalu berputar pada porosnya, mengikuti hukum alam. Ikutilah alurnya hingga berporos pada sebuah kita. Percayalah, ada sebuah kita disana!

Betapa aku mengerti kekhawatiranmu untuk sebuah kita. Meskipun waktu bukan menjadi pegangan kita, namun waktu pula yang terkadang mengganggu bahagia yang kita coba rangkai setiap harinya. Betapa kita saling mengerti bahwa kita telah lama mengenal jauh-jauh hari sebelum hari pertama pertemuan kita. Menyayangimu, seperti menyayangi orang yang telah lama ku kenal. Nampaknya semesta mengkontradiksi atas kepercayaan kita untuk sebuah doa-doa; yang telah lama tak lagi kita percaya. Semesta mempertemukan kita sebagai dua anak manusia yang (pernah) tak lagi percaya akan cinta. Jawaban untuk setiap tanya masing-masing diri, ternyata saling mengenapi di senyum masing-masing bibir. Ah, sayang. Bagiku pertemuan kita bukanlah sebuah misteri, ini hanyalah sebuah suratan takdir di mana cinta memang harus berpulang pada masing-masing tuan. Dan sebuah kita, adalah rumah bagi masing-masing cinta.

Sayang, hapus sudah semua rinai hujan di pinggiran hati. Hatimu terlalu basah untuk kupijak. Bagaimana aku menari di dalamnya?

Hati-hati yang telah usang, tak mungkin layak untuk kembali bercinta. Tak usah hiraukan mereka yang datang diantara rintik-rintik hujan pada parkiran temaram sebuah malam penuh kenangan. mereka telah mati sayang. Datanglah ke pemakaman; di mana hati-hati yang telah membusuk kukuburkan. Seperti hukum alam rimba. Siapa yang terkuat, ia lah yang menang. Dan kau tahu persis, betapa mereka telah lama mati jauh-jauh hari sebelum pertautan cinta bertakdir atas nama sebuah kita.

Sayang, bukankah kita sama-sama kembali pada titik nol? Titik awal dari sebuah kebahagiaan; yang pernah jauh-jauh kita dustakan. Seperti seorang bayi yang terlahir suci. Sebuah kita adalah reinkarnasi sebuah kehidupan sakral yang menjadi penentu masa depan. Sadarkah kau sayang, betapa langkah kecil yang kita buat sekarang kan berpengaruh besar untuk masa yang akan datang?

Kau adalah sebuah kini yang ku tanam dengan hati-hati agar berbuah manis akan sebuah masa depan. Pupuk bernamakan cinta selalu ku tabur tiap detiknya pada ladang sebuah kita, ku berikan air kehidupan bernama rindu agar tiada tandus berani menghampirinya. Dan aku percayakan matahari sebagai Tuhan untuk membiarkan ladang ini bersemi tiap musimnya. Tak perduli musim apa, bagiku ladangku ladang yang kuat. Tak kan mengenal layu dalam sebuah musim.

Sayang, aku bukanlah wanita yang bodoh mengorbankan sebuah masa depan untuk sebuah masa lalu; yang kutahu telah lama mati di pemakaman sebuah desa bernama kenangan. Aku tak kan membiarkan diri terhanyut jika tak berhilir padamu. Bukan pula wanita bodoh yang percaya akan sebuah bayang-bayang maya di belakang, jika nyata kutemukan tepat pada kedua bola matamu. Tepat di depanku. Aku melihatmu sebagai satu-satunya rumah yang kupercaya, untuk ku titipkan kebahagiaan pada masing-masing ruang. Dimana aku melihat sebuah kita pada beranda belakang rumah. Aku percaya, jika perlahan ku isi rumah itu, menikmati sore di beranda belakang rumah dengan segelas teh di tangan dan punggungku di pelukanmu, tak kan lagi sebuah mimpi belaka. Sebuah kita, sebuah masa depan yang nyata.

Sayang, jagalah dirimu baik-baik disana. Bosankah kau kuperingatkan, untuk menjaga investasi kebahagiaan masa depanku baik-baik? Aku tak kan pernah bosan mengingatan kau untuk menjaga rumah itu baik-baik. Tak usah lagi getir jadi buah bibir dalam permainan pikiranmu di halaman depan. Kau adalah tuan untuk hati yang kupunya. Sebuah masa depan yang nyata. Biarkan kau dan aku menjadi pondasi yang kuat untuk rumah sebuah kita, di masa depan. Jangan pernah biarkan hujan membawa masuk kenangan pada sudut-sudut jendela. Kunci rapat-rapat setiap sela yang mungkin menjadi lorong bagi parasit-parasit yang mencoba menghancurkan rumah sebuah kita.

Jika ragu masih menghiasi sudut-sudut ruang, tanyalah pada masing-masing diri, adakah yang lebih nyata dari sebuah kita?

Tertanda,

Wanita Sore.

Oleh @iiTSibarani
Diambil dari http://iitsibarani.wordpress.com

Apa Kabar?


Hai! kamu apa kabar?
Iyaa, kamu yang berjaket biru.

Kiranya sudah berapa tahun aku tidak bertemu denganmu? Hmmm sekitar hampir dua tahun mungkin ya? Kapan ya kita terakhir bertemu? Menjelang ujian kelulusanmukah? Yang waktu itu aku dengan malu-malu bersembunyi di belakang kelas ketika kau masuk kelasku, untuk meminta izin kepada semua adik kelasmu untuk menempuh ujian. Haha konyol.

Bagaimana kehidupanmu? Apakah kamu masih sering berpetualang? Naik ke gunung? Ahhhh aku hanya bisa berharap mungkin ada waktu yang paling indah aku bisa bertemu denganmu dan menjelajah pegunungan, seperti hobimu. Mendaki Mahameru mungkin? Gunung Rinjani saja sudah kau taklukkan apalagi Mahameru ya? Atau mungkin kau bisa mengajariku mendaki, karena kau tahu aku awam mendaki. Hmmmm, mungkin.
Atau mungkin kita akan berpetualang, menjelajahi Indonesia. Menikmati sunset di pantai, menunggu matahari terbit di pegunungan dan bersyukur betapa kita dilahirkan di dunia yang begitu indah.

Kapan kelulusanmu? Apapun itu, setiap doaku kuselipkan namamu. Kau akan sukses seperti yang kau inginkan.

Ah andai ya waktu itu aku mengenalmu dekat. Andai....
Seberapa panjang ya bisa menulis surat untukmu? Ah engkau memang bukan suatu objek yang bisa aku deskripsikan melalui rangkaian kata. Berapapun kata yang tertulis tak akan pernah bisa mendiskripsikanmu.
Selamat berjuang untuk tugas akhirmu. Sampai berjumpa kembali di waktu yang paling indah.

-am-

Oleh @insyirahanwari
Diambil dari http://insyirahanwari.blogspot.com

Selamat Tanggal Dua Puluh Lima


Ibuku tersayang,
Selamat ulang tahun, selamat bertambah banyak angka di usiamu. Cium cium yang banyak untukmu.

Ibu, tahun ini tahun pertama kau berulang tahun tanpa ibumu lagi, tanpa ada eyang yang ternyata masih mengingat harimu, juga hariku meski lupa hal lainnya.

Apakah ibu tahu? Ketika melihatmu kehilangan ibumu. Aku takut jika posisimu saat itu adalah aku. Aku tidak mau kehilanganmu, ibu terbaikku. Ya, apapun dan bagaimana pun dirimu, kau tetap akan menjadi ibu terbaikku meski tak pernah kau dengar itu langsung dari bibirku. Kau tahu aku, kau kenal aku yang tak sekalipun pernah berekspresi melalui lisan seraya menatap matamu. Tapi yakinlah, segala yang kulakukan dalam hidupku adalah demi kebanggaanmu memiliki aku.

Ibu, terima kasih kini kau sudah semakin mendukungku dengan segala hal yang kulakukan. Dukunganmu meringankan langkahku menuju impianku. Aku ingin berbuat banyak untuk orang lain dengan kemampuan yang kumiliki dan percayalah aku tidak lupa dengan diriku sendiri untuk memberikanmu menantu. Lalu cucu. Tapi mungkin bukan sekarang. Aku masih ingin menggapai awan dan melihat dunia. Mohon restunya.

Jaga kesehatanmu selalu. Jangan semua ingin kau selesaikan sendiri.

Salam sayang penuh cinta selamanya,
Mbak Ika
Anak sulung yang akan membuatmu bangga!

Oleh @hotarukika
Diambil dari http://www.theothersideoffireflies.blogspot.com

Dari Tanah Untuk Hujan


Teruntuk hujan.

Rasanya aneh sekali ya aku menulis surat semacam ini. Mengingat kita tidak pernah bercengkerama atau setidaknya saling menyapa. Padahal hampir setiap hari –atau bahkan bisa berkali-kali dalam sehari—kita berjumpa dan tentu saja masing-masing dari kita menyadari pertemuan ini.

Kita tidak hanya berjumpa. Lebih dari itu. Bahkan kau senantiasa menyentuhku dengan tanganmu yang dingin itu atau menjatuhkan sekujur tubuhmu yang juga dingin padaku yang awalnya kering. Kau membuatku basah, entah dengan perlahan-lahan dalam wujud gerimismu atau dengan secepat kilat dalam wujud deras.

Ini memang takdirku, harus selalu bersedia dibasahi olehmu.

Mungkin kau boleh bilang bahwa aku adalah makhluk paling mengenaskan di dunia. Aku membiarkan manusia-manusia dan hewan-hewan yang konon diciptakan dariku menginjak-menginjakku, berlarian, dan menghantamku sesukanya. Namun, mungkin karena terbiasa atau terlalu bahagia, aku tidak pernah merasakan sakitnya.

Iya. Meski terkadang terlihat menyedihkan, aku bangga kok dengan keberadaan dan peranku ini. Setidaknya aku memiliki banyak manfaat untuk mereka. Salah satunya adalah karena aku, mereka memiliki sumber kehidupan. Coba saja jika tidak ada aku, akan hidup di mana tumbuh-tumbuhan? Jika tidak ada aku, tumbuhan tidak akan hidup, maka manusia pun akan mati kelaparan. Peranku keren kan? Haha, sesederhana itu, aku bangga pada diriku, Jan.

Kembali pada kita ya.

Aku sering bertanya-tanya, bagaimana rasanya jatuh menimpaku? Apa kau selalu jatuh dalam keadaan bahagia? Atau malah berduka? Kau selalu tampak apa adanya. Basah dan dingin tanpa ekspresi lain. Atau mungkin karena kau terlalu malu untuk menampakkannya. Begitu kah?

Aku pun tidak mengerti mengapa aku selalu ragu untuk memberanikan diri menyapamu, lalu menanyakan hal itu padamu. Aku selalu berdiam di tempatku, memandangimu turun dari langit yang tidak pernah kuketahui seberapa jauhnya, selanjutnya kubiarkan kau jatuh menghantamku, membasahiku sesukamu. Haha, mungkin memang beginilah takdir kita. Kita terjebak dalam siklus yang telah ditetapkan. Kau selalu jatuh menimpaku, dan aku, selalu senang hati untuk menangkapmu.

Oh ya, terima kasih karena selalu membuatku basah sehingga aku dapat menjalankan peranku.

Kutunggu balasan kabar darimu, Jan.


Yang senantiasa menangkap jatuhmu,

Tanah.

Oleh @itashn
Diambil dari http://mengusang.wordpress.com

Tukang Pos yang (Katanya) Bawel

Halo juga @ikavuje

Salam kenal (juga) dari aku yang selalu menaruh surat di kotak posmu setiap hari kecuali hari saat menulis surat kaleng. Tidak, kamu tidak berisik. Malah aku suka pada ke-berisik-anmu. Karenanya, aku menjadi penasaran atas surat yang kau beri komentar di akhir tweet. Oh, iya, aku tak ketularan semangat menulis dari yang kau sebarkan, tapi aku terjangkit. Semangatmu bagai virus yang memacuku untuk tetap semangat dalam menulis surat.

Perihal aku yang—mungkin—terlalu rajin dalam menulis surat, aku hanya ingin membiasakan diri dalam menulis. Aku rasa, aku memiliki waktu yang lebih banyak dari teman-teman yang lain, maka dari itu aku tak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku juga merasa sangat wajar jika aku bisa mengikuti program #30HariMenulisSuratCinta dan #DuaHati secara bebarengan. Karena saat ini aku belum memiliki aktifitas yang mampu menyita beberapa jam dari 24 jam yang Tuhan beri padaku. Aku baru saja mengundurkan diri dari pekerjaanku di bidang pertelevisian. Mungkin, jika aku masih bekerja, aku tak akan mungkin bisa menulis tanpa absen satu hari pun. Karena bekerja di pertelevisian menyita seluruh waktuku. Dalam sehari, aku bisa bekerja lebih dari 15 jam, tentunya kamu bisa bayangkan betapa lelahnya, kan?

Sama seperti dirimu, aku pun bingung untuk memanggilmu dengan sebutan apa? Ika? Atau Vuje? Well, kamu bisa memanggilmu dengan sebutan apa pun yang kamu mau. Teman-temanku ada yang memanggil Shandy, Viking, Pitak, ada juga yang memanggil Adipati. Yap, kata beberapa orang, aku mirip Adipati Dolken.

Akan aku usahakan untuk datang dalam acara gathering poscinta tanggal 17 Februari. Sudah aku tulis dalam kalenderku. Tenang saja, aku penasaran untuk bertemu dengan tukang pos P, Q, R, S, T yang (katanya) bawel dan berisik itu.

Aku selalu berusaha dan belajar untuk lebih baik lagi dalam menulis. Terlebih berusaha dan belajar untuk mencintaimu. *aiiih mati, salah ketik*

Baiklah, semoga kita dapat bertemu di acara gathering nanti. Jangan pernah lelah untuk menjadi tukang pos kami.

Salam terhangat untuk semua hari-harimu.



oleh @shandyputraa untuk @ikavuje 
diambil dari http://anotherdidhurt.tumblr.com

Maaf Ukhti :')

Kepada wanita paling beruntung, calon makmummu kelak
 
Assalamualaikum ukhti

Sebelum aku melanjutkan isi surat ini, aku ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada ukhti bahwa hari ini, detik ini, aku begitu mengagumi calon imammu. Ya, laki-laki yang mungkin saat ini masih mencari ilmu bersamaku, tapi kutau kelak dia akan menjadi imam yang begitu mengagumkan bagimu.

Aku percaya, dan sangat percaya bahwa ukhti adalah bidadari yang Tuhan kirimkan untuk mendampingi laki-laki yang saat ini tatapnya masih membuatku membeku, yang disetiap kedipnya terhembus nama Sang penciptanya. Aku juga yakin, ukhti pasti seribu kali lebih sholehah dariku. Untuk itu aku yakin, kelak ukhti bisa mendampingi dan menemani laki-laki yang tidak pernah bosan menyeru nama-Nya.

Ukhti, sekali lagi aku minta maaf karena sebelum hadirmu, aku sudah terlanjur terperangah tak berdaya setiap kali calon imammu itu melengkungkan senyuman kearahku. Aku tak pernah kuasa menahan degup jantungku saat wajah imammu basah terbasuh air wudhu. Dan sekali lagi aku juga terlalu mengagumi calon imammu saat tongkat kepemimpinan ada digenggamannya. Maaf ukhti, ini salahku.

Tapi tenang ukhti, aku tak akan merebut calon imammu yang menjadi kebanggaanku itu, karna pada saat kau membaca surat ini mungkin kau telah hidup bahagia bersamanya, dan aku bersama imamku sendiri.



oleh @sintaokt - 
diambil dari http://sintaoktaviana.tumblr.com

My Dearest Arin

My Dearest Arin Kirana Sari

Mengingat masa 12 tahun yang lalu, di malam cerah dengan kilau purnama kamu hadir di tengah tengah kesederhanaan keluarga kita.

Arin Kirana Sari

Begitu aku memberimu nama, entah kenapa aku memberimu nama itu… aku hanya merasakan, kamu harus memiliki nama itu. Sebenarnya aku ingin memberimu nama Wulan… untuk menggambarkan purnama yang menerangi mu saat kamu menghirup nafas dunia untuk pertama kali  nya. Tapi kehadiranmu sendiri sudah seperti purnama. Karena itu aku tidak merasa perlu memberimu nama Wulan lagi.

Jadilah, nama itu yang ku berikan, emak dan bapak menyerahkan sepenuhnya proses pemilihan namamu padaku. Di tangan gadis kecil berusia yang kurang lebih sama denganmu sekarang… aku menemukan nama itu.

Ah… Dek… Seandainya kamu tahu kelakuanku dulu…. Aku begitu membencimu, kasih sayang emak dan bapak serta mas… semua tumpah padamu. Karena itu aku membencimu… tidak adil.. begitu kataku dulu, aku juga butuh di perhatikan… kenapa Cuma kamu yang di limpahi kasih sayang. Aku juga butuh….

Tapi seiring waktu berjalan dan kebersamaan kita yang emak paksakan untuk terjadi. Emak memaksaku memangku kamu… memaksaku membantu menggendong kamu, ah emak… dulu aku setengah mati kesal saat Engkau melakukan itu… tapi keterlibatanku atas dirimu membuat aku mulai sadar… kamu masih bayi… emak mengajariku dewasa dengan lebih mengutamakan kamu dari pada aku. Karena kamu masih butuh pertolongan dalam hampir semua hal.
Sejak kehadiran kamu, keuangan keluarga kita mulai surut… ah aku menolak percaya takhyul bahwa kehadiran anak baru membawa pengaruh baru dalam ekonomi keluarga. Aku tidak percaya itu… aku menolaknya untuk membelamu, lihatlah… kamu begitu manis, kulit putih emak yang kamu warisi membuatmu terlihat sehat dan montok. Kadang aku iri padamu… kenapa kulit coklat bapak yang ku warisi, dan bukan kulit putih emak. Iri kenapa wajah tegas emak yang ku warisi.. dan bukan wajah imut bapak dengan segala kelebihannya. Yang membuatku makin bangga memilikimu sebagai cerminan sempurna dari kedua orang tua kita.  Aku melihatmu tumbuh dengan baik, meski di tengah kehidupan keluarga kita pas pas an. 

Susahnya kehidupan keluarga kita membuatku harus mengubur keinginanku untuk mengenyam pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Ah… impianku terputus… seandainya aku tidak merasa begitu kasihan pada emak dan bapak yang sudah menyekolahkanku sampe ke batas kemampuan mereka, aku pasti akan meminta mereka menyekolahkanku lebih tinggi lagi. Tapi aku mencoba sadar diri ketika itu… masih ada kamu… dan kamu juga butuh pendidikan, bagiku cukup segitu saja.

Aku akan survive… aku akan berjuang sendiri mulai saat itu, sekaligus berusaha memastikan kamu tidak usah harus merasakan apa yang aku rasakan. aku ingin kamu mendapatkan semua yang kamu inginkan. Semua yang kamu butuhkan… mbak mu yang tidak begitu sempurna ini akan mengusahakannya untukmu.

Dek… mbak tau kamu tidak bisa membaca tulisan ini, karena perangkat telekomunikasi yang kamu pakai masih jauh dari bisa di pakai untuk membaca tulisan ini, tapi aku tahu… teman teman mu mungkin ada yang membacanya. Semoga mereka menyampaikan apa yang ingin aku katakan ini padamu.

Sebuah permintaan maaf… dari ku, kakak yang dulu menjanjikanmu surga. Tapi hanya mampu memenuhi satu dari kebutuhanmu yang berjuta juta. Betapa inginnya mbak membelikanmu apapun yang kamu inginkan… membelikanmu tablet seperti yang di pakai teman temanmu, membelikanmu motor baru yang bisa kamu pamerkan di hadapan mereka yang suka pamer kekayaan di hadapanmu, mengajakmu jalan jalan ke tempat yang bisa kamu ceritakan dengan bangga kepada teman temanmu di sekolah.

Tapi mbak tidak punya daya, mbak harus membantu emak… mencukupi kebutuhan mbak agar  mbak tidak harus menadahkan tangan meminta bantuan emak. Mbak sedang berusaha dengan yang mbak bisa untuk mencukupi kebutuhan sekolahmu yang lebih penting. Mbak sedang berusaha sekuat tenaga memastikan masa depan yang lebih cerah untukmu, agar kamu tidak usah merasakan  betapa sakitnya mengubur cita cita yang setinggi langit demi karena sebuah keterbatasan.

Maafkan mbak dek… kadang kadang mbak galak sama kamu, membentak bentak Cuma supaya kamu mau membantu emak membersihkan rumah, marah marah Cuma karena kamu pulang telat dari sekolah, memarahimu karena kamu menghabiskan uang saku mu untuk jajan. Dan tidak menyisihkan sedikitpun untuk di tabung. Mbak dulu juga melakukannya… melakukan apa yang kamu lakukan sekarang, mbak juga sama dengan mu… ngambek kalo Emak sudah mulai memarahi mbak dengan hal yang sama yang mbak gunakan alasan untuk memarahimu. Sekarang setelah agak dewasa mbak tau… emak melakukan itu untuk mengajari Mbak tanggung jawab.

Mbak melakukan itu juga untuk membantu mengajarimu, mempersiapkanmu menjadi orang yang mbak harap bisa menjaga emak nanti kalo mbak sudah tidak berada di tengah tengah kalian lagi, mbak sudah dewasa dek… suatu saat mbak akan menikah dan sibuk dengan kehidupan keluarga mbak sendiri. Mbak harap… saat itu kamu bisa menjadi harapan emak. Menjadi penjaga emak dan bapak yang sudah renta.

Mbak akan menjadi penopang untukmu. Mencoba memenuhi semua kebutuhanmu. Mengusahakan masa depanmu sebaik yang kamu inginkan. Mbak tahu… mbak bukan superhero. Tapi mbak ingin… suatu saat ketika kamu mengingat mbak… kamu akan tersenyum karena mengingat kasih sayang mbak… yang tidak mampu mbak ungkapkan dengan kata kata.
 
Setelah sekian banyak kekecewaan yang mbak berikan untuk emak dan bapak, mbak hanya berharap kamu tidak melakukan salah satu di antaranya dek… mbak hanya berharap kamu mendengar apa yang mbak katakan. Agar kamu tidak harus terjerumus ke jurang yang sama tempat mbak terjatuh.

Dulu mbak jatuh ke sana karena mbak sama sekali tidak tahu tentang itu, mbak jatuh kesana karena mbak tidak tahu kalau jurang itu menyakitkan. Tapi sekarang ada mbak yang menuntunmu… ada mbak yang mengingatkanmu. Ikuti mbak bilang…. Dan kamu akan baik baik saja.
 


oleh @princesrei
diambil dari http://backstagecorner.blogspot.com

(Beri Judul Sesuka Hatimu)

“When (s)he lays you down, I’m not just dying inside
It just don’t feel right, cause I can’t love you more than this”

Yah sepertinya penggalan lirik lagu di atas sudah cukup menggambarkan bagaimana dan apa yang saya rasakan, ya walaupun liriknya sedikit saya tambahin sih. Sepertinya saya juga tidak perlu memberitahumu, atau bahkan bercerita, saya yakin kamu pasti sudah tau. Kalaupun saya bercerita tak cukup satu halaman Microsoft word, dan saya yakin kamu pasti akan bosan jika membacanya. Ah saya terlalu berlebihan, terlalu berharap, mana mungkin kamu mau baca cerita saya?

Hai.. gimana kabar? Baik kan? Nggak nyangka juga ternyata sekarang kita udah dalam satu peta lho. Yah, you-know-lah, nggak perlu juga saya jelasin secara frontal begitu. Toh, kamu pasti udah ngerti kan apa yang saya maksud? Oh iya, maaf ya, saya tanya kabarmu, karena seharusnya saya nggak berhak buat tanya kabar. Ah, entahlah!

Gimana di sini? Udah mulai terbiasa lagi kan? Udah lama nggak ngerasain udara di sini apa membuat kamu jadi alergi? Hahaha, nggak kan ya? Begitulah udara, di sini, di sana, beda bro! Kalo di sini lagi musim penghujan, udaranya pasti dingin banget, pengennya di kamar pake selimut tebel, trus enak banget tuh kalo makan mie rebus pake telor! Nah, kembali ke topik utama! Ya kalo di sini lagi hujaaaann terus, nah di sana belum pasti hujan kan? Bisa aja panas. Eh ya nggak tau juga, kan saya belum pernah ke sana *sotoy banget lu, Sin!*

Eh! Sstt, sstt! Kamu baru aja ultah kan ya? Selamat ya, selamat nambah umur! Inget lho, berarti kesempatan kamu hidup di dunia udah berkurang satu tahun :D inget-inget terus tuh yang ada di atas! I wish you’ll always get the best ya. Itu doa saya buat kamu. Sorry banget saya nggak ngucapin ultah langsung, banyak alasan yang membuat saya memutuskan untuk nggak ngucapin langsung. Dan akhirnya cuma berani lewat sini, lewat surat yang nggak mungkin kamu baca ini.

Ya udah, gitu aja sih. Segini aja udah cukup, nggak mau lebih-lebih. Cuma mau nyapa aja, pengen tau gimana keadaanmu, dan mau ngucapin ucapan ultah yang nggak bisa saya ucapin langsung.

Salam hangat,
Dari orang yang kini sedang merasakan udara yang sama denganmu.


oleh @sintrooong
diambil dari http://agustinasss.blogspot.com

Voo Doo Avocado

Untukmu yang selalu kucandui,

seperti sudah lama ya kita tak bertemu, seperti sudah lama ya aku tak menikmati lembut tubuhmu, seperti sudah lama ya aku tak mencium aroma tubuhmu. Yaaa seperti sudah lama. Ingatkah kamu terakhir kita bertemu? Kamu dibawa mama dari Jogja. Dan seperti biasa… mataku berbinar begitu menatapmu. Aku begitu mengagumi bentuk tubuhmu itu, sejenis Micky di Bogor. Aku begitu mencanduimu, bisa dibilang kamu itu my drugs.

Aku lupa kapan pertama kalinya aku begitu mengagumi aroma dan rasa tubuhmu. Sudah lama sekali, sepertinya saat aku masih di taman kanak-kanak dulu. Kemanapun yang aku cari pertama kali itu pasti kamu. Karena kalo aku sudah dibiarkan berdua bersamamu, aku bisa tiba-tiba diam, memandang, dan menikmatimu, yaaa… teramat sangat menikmatimu. Dan karena kalo aku sudah dibiarkan berdua bersamamu, aku tidak usah diberi apapun lagi. Kamu itu seperti baby sitter yang bisa menenangkan aku dalam sekejap saja.

Tapi kamu tau apa, aku terkadang suka benci kalau kamu dibiarkan berhadapan denganku dalam keadaan yang belum seharusnya. Aku benci saat kamu menyodorkan pahitmu padaku. Padahal kalau kamu belum siap berhadapan denganku, aku mau kok menunggu. Menunggu sampai kamu menjadi seperti apa yang aku mau. Menunggu sampai kamu menjadi seperti biasanya yang aku harapkan. Kamu benar-benar membuat gila nanarku. Kamu seperti punya kekuatan sihir yang bisa membuatku berubah seketika, entah berubah jadi tiba-tiba senang, sedih, benci, marah, diam, petakilan, atau apapun itu.

Ah avocado, aku begitu mencanduimu. Kamu itu my drugs dan kamu itu punya voodoo.

Aku tau!
Mungkin kamu anugrah kenikmatan yang diberikan Tuhan untuk lidahku. Yummm…

Entah sampai kapan aku akan begitu mencandui dan mengagumi rasa nikmatmu.

Salam nikmat,
dari pecandu setiamu.

oleh @rahmasly
diambil dari http://rahmasulistya.blog.com

Surat atau Curhat?

ini surat untuk adek kak rey tercinta, dek qa. :D

selamat pagiii. ~

apa kabar dek? baikkah? kebo? eh, kibo? haha. semoga sehat. ah, tidak terasa sebentar lagi sudah UN saja, tak lama menyusul, kau pasti akan secepatnya pergi merantau. ya, aku akan di tinggalakan. ><

dek, hampir 2 tahun sejak kepergian kak qi merantau nun jauh ke cikarang, ngk terasa kita menghabiskan waktu lebih lama bersama. aku ingin menghilangkan kesalah pahaman diantara kita. karena aku tidak bisa melupakan kata-kata ‘you’re not happy if I’m happy’ yg keluar dari mulutmu. hai! kau melupakan fakta bahwa aku kakakmu? mana mungkin aku tidak bahagia ketika kau bahagia. ingat saat kita pergi ke panton? dan kau mengulangi kata-kata itu lagi. faktanya aku hanya sedikit bersedih. coba pikirkan kembali, sudah berapa banyak waktu yang kau habiskan dengannya? sedangkan denganku? tapi tak mengapa, mungkin pun aku akan melakukan hal yang sama bahkan mungkin lebih bila aku berada di posisimu. :)

jadi, bagaimana dengan teman-teman terbaikmu? tentu mereka selalu berada disisimu bukan? ah, aku menjadi lebih tenang. titip salam untuk teman-teman terbaikmu. semoga mereka sukses juga. :)

untuk masalah hatimu yang entah bagaimana sudah di segel oleh laki-laki berambut kribo itu. haha. jangan segan-segan meminta pendapatku/curhat denganku. sekarang aku tidak galau lagi, aku pasti bisa membantumu. *pede setengah mati. haha. ><

jangan ngambek-ngambek baca suratnya yaaa. :D

with love,

your sister.


ps: semoga bangau-bangau kertasmu benar-benar dapat menerbangkanmu ke Yogya. ~ 


oleh @RaihanDL
diambil dari http://warnawarniharapan.tumblr.com

Senjaku, Kamu.

Kepada Lelaki yang Sempat Ku Miliki.

Teruntuk, Kamu.

Maaf bila ternyata surat ku mengagetkanmu. Maaf bila kotak surat di depan Rumah mu terganggu dengan adanya surat dari ku. Dan maaf bila aku meminta dan membuang waktumu untuk menerima surat ini, walau memang sudah dari awal ku tahu, surat ini tak akan sempat kau baca. Tapi aku mohon, kali ini saja. Bisa tolong luangkan waktumu yang berharga itu untuk membaca surat ku yang tak berharga ini? Semoga “iya” yang terucap dari bibir manismu.

Di surat ini, aku tak akan membuka lembar kisah dan kenangan kita dulu. Karena aku tahu, kamu sudah menutupnya rapat-rapat, tapi aku belum.

Kamu apa kabar? Ku harap selalu baik, walau tanpa aku. Aku juga baik. Ah, kenapa aku berkata begitu, tak penting buat mu, kan? Iya aku tahu.

Aku hanya ingin tahu tentang kabar mu sekarang. Seperti yang ku dengar, katanya kamu sudah mendapat pangganti ku? Selamat, kalau begitu. Aku senang mendengarnya. Ternyata Pepatah yang berkata “Kamu juga akan ikut bahagia jika orang yang kamu sayangi berbahagia walau bukan bersama kamu” benar adanya. Aku merasakannya sekarang. Aku bahagia jika kau bisa menemukan pengganti ku yang lebih baik. Aku bahagia karena kau akan di jaganya baik. Aku bahagia jika kau bahagia. Apapun itu.

Penyakitmu, gimana? Kamu sudah sembuh? Ingat kata Dokter, jangan sering mengisap batang kecil berapi tu lagi. Rokok akan membuat mu semakin sulit melawan penyakitmu. Duh, Aku rasa tak perlu lagi mengingatkan mu tentang ini. Toh, sudah ada Dia, kan? Maaf, aku lupa.

Oiya… Ibu mu baik-baik saja, kan? Wah aku kangen Ibu mu, sungguh. Yah mesti lebih kangen anaknya sih hehehe. Aku kangen sama masakannya, apalagi dengan Sayur Asemnya, duh! Tolong sampaikan salam hangat ku buat Beliau, yah. Juga permintaan maaf karena sudah tak pernah lagi mampir ke Rumah. Akhir-akhir ini aku sibuk memikirkan tentang pekerjaan baru ku. Tapi kalau sudah ada waktu senggang, aku pasti mampir. Hmm, kalau aku ke Rumah mu, berarti ketemu kamu juga, yah? Kamu tak keberatan, kan? Ku harap, tidak.

Sekiranya hanya ini yang ingin aku sampaikan lewat surat sederhana ini. Kamu jaga diri baik-baik. Jangan kecewakan Dia, yah. Semoga tak pernah ada kata sesal telah melepas ku.

Dari Aku, yang pernah kau panggil “Sayang”.

oleh @Rhieryy
diambil dari http://nurulfajriyahd.tumblr.com

It's All About The Time


Mungkin sudah saatnya, jari-jari kita disatukan oleh cerita dan dua cangkir teh hangat. Hariku, harimu, bertemu dalam kubangan rindu.

Mungkin sudah saatnya, pagutan kata tidak tersendat di udara. Kata menjadi partikel yang kita hirup di ruangan yang sama.

Mungkin sudah saatnya, kita berhenti di sebuah titik. Lalu menjalani hidup dalam sebuah garis takdir, berdua, sampai nafas tak ada lagi.

@noichil



Oleh @noichil
Diambil dari http://noichil.wordpress.com/2011/10/06/its-all-about-the-time/

Untuk Pasukan #13HariNgeblogFF


Dear pasukan #13HariNgeblogFF,

Lewat surat ini, saya mewakili admin mengucapkan terima kasih kepada kalian. Rasanya tidak berlebihan jika saya memutuskan untuk mengucapkan terima kasih. Tidak ada kata terlambat untuk mengucapkan terima kasih bukan?

Dengan keikutsertaan teman-teman dalam mainan seru ini, makan mainan bisa menjadi milik kita bersama. Lewat mainan seru ini juga, kita bisa saling mengenal, lewat tulisan. Bahkan, secara tidak langsung dan tanpa kalian sadari, kalian telah membantu memacu saya untuk konsisten menulis selama 13 hari. Meskipun, tidak rutin setiap hari, tapi setidaknya berkat semangat menulis yang kalian tularkan, selama 13 hari saya bisa menulis 13 flash fiction berjudul “13 Days*.

Satu hal penting yang ingin saya sampaikan pada kalian adalah “Saya cinta kamu, sebab kamu cinta menulis”.

Akhir kata, terima kasih dan mohon maaf jika atas kecerewetan saya saat berusaha mengingatkan teman-teman untuk menulis. Saya melakukan itu karena saya hanya ingin kita bisa sama-sama konsisten menulis di blog.

Tetap semangat menulis!

Salam kece,

@momo_DM

Surat ini untuk kamu:
- @adit_adit
- @iipche
- @_raraa
- @ilestariw
- @danissyamra
- @I_am_BOA
- @plut0saurus
- @jecii
- @nunoorange
- @TaufanSamudra
- @irfanaulia
- @ara_damiril
- @tdsamudra
- @hauranazhifa
- @shantyadhitya
- @naazta
- @sinyaak
- @auliaully
- @rulachubby
- @desikly
- @SyahwiSyahwi
- @PsstBee
- @Ryana_Maryana
- @sihijau
- @HemanonaV
- @idrchi
- @aa_muizz
- @acturindra
- @MeyDM
- @DatuDwija
- @Rohmah_
- @ChiThut
- @wulanparker
- @ManDewi
- @mishavira
- @wittata
- @noichil
- @OdetRahma
- @WahyuSN
- @sweetdonath
- @anissarizki
- @aiyuubunda
- @aiyuum
- @riniebee
- @mazaya_LH
- @desvianwulan
- @RuriOnline
- @nonagarfield
- @ichandfay
Dan yang lain yang mungkin kelewatan, I love you all!



Oleh @momo_DM
Diambil dari http://bianglalakata.wordpress.com/2013/01/26/untuk-pasukan-13haringeblogff/

Untukmu, Mesin Penenun Hujanku.


teruntukmu, kemeja biru, mesin penenun hujanku

ini suratku, ketiga belas ku, ke-enamku, untukmu


hujan sekarang
apa itu tanda kau sedang bahagia?


kau, mesin penenun hujan bersenyum matahari

senangkah?
tiap retas tak terbalas oleh tanah, yang meski acuh, basah merekah?

bolehkah aku menunggumu?
walau tiap waktu datangmu selalu saja, dengannya, sendu dan rindu

aku bertanya padamu, dalam diam, meluncur bersama tetes mu di kisi-kisi berembun kala siang
bayangku-kah?
motori gerigi aus-mu, mesin penenun hujanku?

kau tetap saja diam, tak berbalas,
tak berkata tidak , mungkin, atau ya

sadarkah kau, mesin penenun hujanku?
tiap sepersekian-mili-giga-sekon-mu terantuk batuan, menjumpai bumi, yang mungkin kau rindukan
aku, merasakan sengat rindu yang teramat kurang ajar
menggeletar disana, diwaktu yang pernah kita ada bersama?

kau, mesin penenun hujan ku
yang begitu acuh dengan waktu kuasamu, kapan kau ingin berputar mendesis menguap berkeretak dalam diam
yang begitu statis dengan arus mu yang tak kenal arah balik
yang begitu angkuh, kukuh ingin berdiri sendiri, tanpa indahkan ku, disini, ingin bersamamu jemput mimpimu


terimakasih untuk tiap ketidakpedulianmu untukku
terimakasih untuk tak sekalipun melewatkan waktu turunmu di kisi jendela lusuh itu

terimakasih,
selamat tinggal :)



Oleh @nobinopita
Diambil dari http://novitaandyani.blogspot.com/

Titipan Untuk Selingkuhanmu.


Selamat pagi, sayang..
Boleh aku titip sesuatu ke kamu, selain hatiku?
Tolong sampaikan ini pada perempuan selingkuhanmu:
"Jika kita tidak bahagia dengan apa yang kita punya, kita tidak berhak merebut punya orang lain hanya agar kita bahagia."
Kamu mau sampai kapan kebahagiaan kita dirusak olehnya?
Selamat malam, sayang..

Ps. Apa Tuhan sudah bilang ke kamu kalau aku masih cinta kamu?


Oleh @meyrzashrie
Diambil dari http://meyrzashrie.blogspot.com/2013/01/titipan-untuk-selingkuhanmu.html

Apa Kabar Hatimu?


Dear kamu @lemari_es sobat sepuluhriburupiah, 
iya kamu yang masih tenggelam dalam kubangan masa lalu.

Apa kabar hatimu?
Masih membara seperti dahulu? Atau sudah meleleh kalah dalam @lemari_es dan membeku seperti es cream yang sering kita buat dahulu?

Siapa yang menyangka semuanya akan sekacau ini, siapa kira firasat yang sering aku ceritakan padamu dulu berakhir tanpa kesan apapun karena orang ketiga, tapi baiklah seperti yang pernah kubaca ditweet seseorang yang lupa siapa, katanya, “jangan salahkan orang ketiga, peluk kalian yang berongga.” kataku jangan pula menyalahkan jarak, karena “Jarak hanyalah kata untuk memisahkan duniamu dan dunianya.” Bagaimana rasanya kehilangan sesuatu yang telah termiliki ribuan juta detik? Sakit dan Sulit tentunya. Tapi tenang saja karena menurut buku yang pernah aku baca mengalami “kehilangan adalah bagian dari kembali kepada menemukan. Tapi jangan pernah kaulupa, kau tak akan pernah kekurangan cinta.” Amin :))

cint(T)a kejam dan aku juga pernah berulang kali mengalami kegagalan, tapi kamu harus tahu “Tidak ada jaminan kamu tidak akan pernah tidak sakit hati
atau kecewa. Tetapi setidaknya merasakan pahit manisnya cinta akan membuat kamu merasa ‘HIDUP’. Love will find you, if you try!

Jadi?
Sekarang bagaimana semuanya? Segala keputusan memang ada ditanganmu, be wise lah untuk hatimu. Kalau memang dia layak mendapat kesempatan untuk kesekian kalinya, aku mendukung, semesta ikut berdoa untuk kalian. Aku sebagai sahabatmu hanya akan bilang “be carefull”, tapi setidaknya aku sudah mengingatkanmu. Tapi jangan salahkan aku bila suatu saat terjadi lagi, mungkin kita akan menangis bersama lagi sembari aku sibuk menyeka air matamu dan memelukmu.

Sekarang sedang berada di zona mana kamu dan dia? Sudah kembali kah?


Ditulis oleh : @dhiny_mayvi untuk @lemari_es
Diambil dari http://dhinymayvi.tumblr.com

Randomly Random


26 Januari 20xx
10.30 KST (Korea Sanaan dikit Time)


Teruntuk, @ajeng_yf @raismansodikin @sartikakusuma @cutinong

Anyyeong yereobuuunnn~~
Gimana kabar hari ini jeng, mon, tik, nong? Engggg... Tunggu sebentar ya tetep disini jangan kemana-mana, mau buatin teh buat Yonghwa dulu ya. Cangkeman~~

*datang kembali dengan membawa teh untuk yonghwa, lalu yonghwa duduk disamping nemenin istrinya nulis surat*

Gimana kabarnya kalian? Jeng, tau gak sih kemarin gue liat Jun.K lagi sama cewek di depan jalan Daegu!! itu siapa jeng? Gue gak sempet negor soalnya gue sama Yonghwa lagi buru-buru mau jenguk mami mertua. Biasalah menantu kesayangan. Jeng, sekarang harga tanah di Daegu berapa deh per meternya? Gue mau beli tanah nih disana, segenggam aja sih dulu. Lumayan kan nabung, beli segenggam terus segenggam lagi, lama-lama jadi bukit kan. Eh bentar ya jeng, ada tamu nih... Tunggu~

*datang lagi dengan Jonghyun, Jungshin dan Minhyuk*

Ternyata adik ipar yang pada dateng hehe.. Eh Moooonnnn... Kemarin katanya batal ya liburan ke laut china? Gue denger-denger katanya sekarang lo lagi ngurusin visa mau ke laut jawa, lo mau pindah mon kesana? Mau ngajak siapa? Your destiny Yoona atau Mommy Hyosung? Eh apa Bora? Raina? Nana? Ah~ taulah lo mah banyak banget sih. Jadi cowok tuh mesti setia dong. :p Oh iya, by the way lo pindah ke laut jawa naik apa? Elang berbelalai atau lumba-lumba berbulu? 

Tika sama Inong apa kabar nih? Masih pada terobsesi sama adik ipar gue gak? Ah~ sayang banget tau si Jonghyun itu udah jadian sama Sulli. Lagian sih kalian malu-malu kucing. Tik, masih sering telat tik? haha makanya pinjem elang emon aja tuh biar cepet. Ngomong-ngomong si Junho kok bisa sabar banget ya tik sama lo? Pasti Junho nikahin lo pas dia lagi ketawa deh, jadinya dia merem kan tuh gak ngeliat lo. Pas dia melek lagi, yaudah apa boleh buat. Inong gimana nong sekarang masih sama Taecyon? Tau gak sih nong, kemarin masa ya gue dinyanyiin Never Let You Go sama Seulong. Ah~ untung disitu ada Yonghwa kalo gak mungkin gue udah luluh nong.

Eh kapan nih kita ketemuan lagi? Terakhir kan waktu si Jun.K ulang tahun itu kan. Kalo mau ketemuan jangan dadakan ya kasih taunya, jet gue kan lagi dicuci salju. Ngeringinnya itu lho yang lama, soalnya stock kanebo gue lagi abis. Apa mau ketemuan ditempat gue? Kebetulan sih kemarin gue udah berhasil membeli kroya. Kesini transportnya gampang kok, nanti lo naik aja pesawat jurusan korea yang via malaysia terus ke hongkong china jepang taiwan amerika inggris jerman belanda, nah nanti lo turun aja deh dipertigaan antara korea utara sama korea selatan, nah disitu deh kroya. Gimana? Mau gak? Pasti ajeng demen deh nih ketemu jungshin. Tika sama inong tapi jangan sedih ya kalo nanti jonghyun sama sulli. Emon kalo dateng ajak yoona jangan segala bawa seohyun lho. 

Eh kayaknya suratnya sampe sini dulu deh, gue udah ditunggu yonghwa nih dia mau silahturahmi nih sama junhyung. Duh gue degeun-degeun nih. Doain ya biar mereka pada gak berantem. Tapi kayaknya sih engga. Mungkin yonghwa mau nitipin gue ke junhyung soalnya dia kan mau world tour tuh. Jangan lupa dibales suratnya ya. Udah gue selipin perangko balasan tuh. Dan kalian harus jawab tebak-tebakan ini, siapa nama artis korea yang namanya kalo diucapin permainan jadi berhenti sementara? Cewek. Hayo siapaaa?

Jaljaaayoooo~~!! ^^
Tertanda,
Istri Yonghwa.


Note: Thank you for the laughter that you gave. I'm glad to know and be your friend. Hopefully we can still laugh together. I hope you are also happy to be my friend~


Ditulis oleh : @ddLylaa untuk @ajeng_yf @raismansodikin @sartikakusuma @cutinong
Diambil dari http://dnqifthi.blogspot.com