15 January 2013

Jendela


Dear Perempuan Berkerudung Hitam.

Maaf sebelumnya atas kelancangan saya menulis surat ini untuk anda. Pun saya tidak memaafkan diri saya. Sayangnya, saya lebih tidak memaafkan jika saya tidak menulis surat sederhana ini. Surat ini akan tetap sederhana sampai anda menerimanya. Sayalah yang menjadi istimewa.

Saya melihat anda dari seberang jalan yang sibuk, saat ini pun saya melihat anda. Sayangnya, wajah anda yang perupa sering tertutup badan kendaraan yang lalu lalang. Seandainya jalanan ini tidak sesibuk ini, saya yakin, saya tidak harus menghabiskan waktu sampai seharian untuk memandang keluar jendela.

Saya pernah mengambil foto anda, untuk kedua kali maafkan kelancangan saya. Ini demi karier saya, saya harus menghemat waktu dan berkerja lebih banyak daripada memandang anda. Semenjak kedatangan anda di seberang jalan, atasan saya banyak komplain tentang produktivitas saya yang menurun drastis. Saya ingin sekali tidak menyalahkan anda, tapi kenyataannya, memang andalah yang bersalah. Begitupun dengan terjadinya surat ini, adalah kesalahan anda.

Saya butuh pekerjaan saya untuk perut saya. Saya butuh melihat ke jendela dan menemukan anda, untuk hati saya. Atasan saya tidak pernah perduli dengan hati saya, begitu juga karir saya tidak berpihak pada hati. Semoga anda tidak seperti mereka.

Saya tidak tahu nama anda. Saya menamai anda “Embun”. Mata anda yang besar dan indah yang memberi nama itu. Menangislah, anda akan tahu mengapa nama itu baik untuk anda.

Kerudung anda yang hitam, membuat warna kulit anda mencolok pengelihatan saya. Bisakah sesekali anda memakai warna lain?

Sesampainya surat ini pada anda, saya akan keluar dari jendela untuk menghampiri anda. Saya akan bawakan sepasang sandal halus untuk kaki anda. Saya tidak suka melihat anda menyiksa mereka dengan sepatu hak tinggi anda.

Sekali lagi maaf kelancangan saya

- Perempuan di balik Jendela -

No comments:

Post a Comment