20 January 2013

Surat keenam - Permen Kapas


Keenam kalinya untukmu, yang senyumnya tak henti kurindukan.

Hari ini hujan tidak tumpah deras seperti kemarin. Matahari kembali menyebar teriknya, yang kemarin begitu dinantikan banyak orang. Ah, senang sekali hari ini tidak ada yang mengeluh kepanasan. Ucapan syukur terkirim ke langit karena matahari sudah kembali.

Siang tadi aku membeli permen kapas. Seperti yang kau tau, aku penggila permen. Permen kapas adalah nomor dua yang aku suka, setelah permen karet. Banyak filosofi yang aku pelajari dari permen - permen itu.

Permen karet. Permen karet seperti cerminan kita menjalani kehidupan. Bentuknya yang lucu, unik dan beragam menganalogikan kehidupan yang terlihat penuh warna dan juga kebahagiaan. Namun apakah seperti itu? Kemudian kita akan semakin mencintai permen karet karena sama seperti permen lain, permen karet juga manis, menunjukkan betapa kehidupan kita pada awalnya terasa manis. Teruslah mengunyah permen karet, karena berbeda dari yang lain, permen karet tidak akan hilang. Ia tetap ada, namun rasanya tak lagi manis. Seperti kehidupan, kepedihan yang kita alami seolah seperti permen karet yang kehilangan manisnya, tetap ada di dalam mulut namun tak lagi manis. Kepedihan, juga akan ada dalam hidup kita, meski tak selalu kita inginkan. Setiap ada masalah, aku mencari permen karet. Setidaknya, aku tak terlalu sendu melewati kepedihan, karena nantinya, semua gelisahku akan aku buang bersama permen karet yang sudah lelah kukunyah.

Kemudian, permen kapas, yang baru saja aku beli. Lembut seperti kapas, dan manis. Bila permen karet mengajarkanku bahwa kepedihan suatu ketika akan datang ke hidup kita, maka permen kapas mengajarkanku cara lain bersyukur. Bentuknya yang selembut kapas akan melumer dengan cepat di lidah sesaat setelah kita menikmatinya. Persis seperti kebahagiaan, yang seringkali lupa kita syukuri keberadaannya. Meski sudah menghilang, permen kapas itu sudah menyatu dengan saliva kita, bukan? Jadi sebenarnya Ia masih ada, kan? Namun kita yang tak mau menyadarinya. Seperti kebahagian yang datang dalam waktu yang tak terduga, kemudian karena keberadaannya tak terlihat, kita menganggap bahwa kebahagiaan itu belum ada. HIngga pada akhirnya benar - benar lenyap, kita baru menyadarinya, terlambat.

Hai, kamu, yang menggemari permen kapas di urutan nomor satu.

Kamu mengajariku cara menikmati permen kapas. Yaitu dengan memakannya sedikit demi sedikit dan tunggu manisnya benar - benar hilang. Itu sungguh mengasyikan, katamu. Dan memang benar, kubilang kini.

Karena kebahagiaan sulit sekali ditemui, maka saat sedang bahagia, nikmatilah! Jangan tunggu kebahagiaan itu pergi dan penyesalan datang. - Katamu, suatu waktu.

Dariku, yang masih merindumu dan berharap kau segera kembali agar kita bisa menikmati permen kapas bersama!


Oleh 
Diambil dari http://upisufia.blogspot.com/2013/01/surat-keenam-permen-kapas.html

Surat untuk @twitter


Whats happening?

Itu pertanyaanmu ya? Selalu. Setiap membukamu aku ditanya seperti itu. Kamu kepo juga ya. Hehehe. Tapi aku belajar kepo dari kamu loh. Beneran deh.

Aku sih mau review aja nih. Aku pengen kamu tau gimana sejarahnya aku bisa suka sama kamu. Eh iya, dulu aku ngga cuma suka loh sama kamu. Aku suka banget. Kenapa? Karena masih ada “dia”. Ah, aku mau mention dia-pun ngga akan ngaruh. Kenapa? Aku di block! Hahaha.

Yaudahlah ya, anggep aja aku curhat. Abisnya kalo curhat di badanmu, ngga mungkin. Kamu kan Cuma nerima curhatan dalam 140 karakter aja toh? Nah. Makanya aku tulis surat ini.

Jadi ya, awalnya aku sign up iseng aja. Trus aku perhatiin gimana caranya mainin kamu. Oh ternyata gitu doang. Lalu aku mulai nemuin beberapa temenku yang udah sign up. Follower aku dikit sih. Tapi semuanya nyata. Dan ngga ada yang lebay berdrama :p

Aku juga nemuin banyak artis-artis, penulis-penulis favorit, dan beberapa temen lama (termasuk “dia”) yang ternyata asik juga diikutin kicauannya. Bahkan ada beberapa akun yang bener-bener ketemunya di timeline, dan masih keep contact sampe sekarang. Yang paling penting sih akun-akun lucu maupun garing yang kadang aku follow cuma gara-gara dia bisa bikin aku ketawa aja.

Kamu kayak media serba ada gitu ya. Aku bisa tau apa aja hanya dengan menggeser jempol. Yang lucu-lucu, galau-galau, gombal-gombal, romantic-romantis, horror-horror, berita terkini, aplikasi terbaru, bahkan jenis makanan dan restoran yang sedang happening-pun aku bisa tau.

Lalu “dia” muncul. Aku suka. “Dia” ngga. Seketika itu juga istilah “PHP, galau, gombal, stalking, kepo, pencitraan, …. dan lain-lain” menjadi berkembang biak di kepalaku. Kamu yang bikin aku jadi kepo. Kamu yang bikin aku pengen stalking. Kamu yang bikin semua jomblo galau di malam minggu. Kamu yang ketika hujan banyak orang berpuisi tentang kangen. Ah, kamu kan penyebab semua ini.

Tapi tenang aja. Aku tetep suka kamu. Dibalik itu semua banyak kok manfaat kamu. Terutama kalo yang menggunakanmu adalah orang-orang bijak dan mau berbagi. Aku jadi ngerti tentang ini-itu. Paham ini-itu.Iya. Semuanya berkat kultwit. Dan yang lebih penting lagi, aku nemuin akun yang suka ngadain proyek nulis! Aaaaaak! Sukaaaaaa!

Dan iya. Sekarang aku cuma suka sama kamu. Ngga suka banget. Hehe. Terimakasih ya twit! Kalo ngga ada kamu mungkin aku udah mati bosen sama f***book. Mungkin pada masanya pun kamu akan tergantikan. Tapi kuharap tidak sekarang. Karena aku masih suka kamu. Walaupun kamu selalu nanya “whats happening?” dan aku pengen jawab “nothings happening but you”. Uwuwuwu :*


Oleh 
Diambil dari http://leletrash.tumblr.com/post/40901158209/surat-untuk-twitter

Langit Ke-Tujuh Untukmu


Haiiii @rintadita sayang…

Selamat ulang tahun lebih sehari selebtwit cantiikk…  Semoga segala ikhtiarmu selalu diberkahi Alloh… Aamiin…

Aku masih ingat, tahun lalu aku juga mengirimkan surat yang sama buat kamu. Saat itu, aku merindukan kamu untuk kembali ceria dengan penuh cinta. Aku ingin kamu menemukan cinta yang selama ini menjadi ingin di setiap pencarianmu.

Dan saat ini, aku mendapati kamu sebahagia layaknya kamu berada di langit ke tujuh. Aku mendapati kamu selalu ceria di setiap hari-harimu. Ada cinta yang telah mengisi relung-relung hatimu. Satu, tak akan lagi tergantikan dengan lelah yang berangsur membunuh rasamu. Kau tahu? Apa yang pernah aku lakukan di resepsi pernikahan Chicko itu sungguh sepenuh hati. Seingin-inginnya aku melihat kamu bahagia kembali setelah luka-lukamu kemudian berhasil kamu buang jauh-jauh :*

Bihihihiik… kamu pejuang cinta yang sangat dahsyat… Boleh kamu bagi caranya padaku? Kalau boleh aku hitung, kamu bisa sembuhkan luka-luka dalam waktu yang kurang dari setahun… Kemudian memeluk cinta yang selamanya… Aaahh.. aku juga mau…. 

Mmmmm… lalu apa kabar kamu sekarang? Rasa-rasanya, aku tak perlu banyak bertanya.. Bukankah perjalanan panjang ini tengah dimulai. Dimulai dengan penuh cinta… Semoga, kamu dan mamas bebeb selalu diberikan kesabaran dan semangat untuk menghadapi semuanya. Kalau kamu sedang sendirian, jangan sungkan mengundangku ke kandang gajah yang sudah tidak berantakan 

Kamu… boleh aku bilang sesuatu…? Aku selalu ingin melihat senyummu seperti yang di foto itu… Kita semua sayang sama kamu… mumumumu….



Aku,

teman sebangkumu :*


Oleh  
Diambil dari http://lunastory.wordpress.com/2013/01/19/langit-ke-tujuh-untukmu/

Titip suratku buat yang di dekatmu, Tuhan..


Hujan kali ini berhasil membawaku mundur, mengingat masalalu. Surat ke-6 buat yang di surga. Tetangga kecilku, muridku, keponakanku, adek kesayanganku. Aku merindukanmu dengan terlalu..

Desember 2012: tepat seribu harinya kau pergi. Cah Bagus, aku mengirimkan surat ini untukmu. Banyak hal ingin kuceritakan tentang keluargamu, tentang diriku, dan teman sepermainanmu..

Cah bagus, adekku tersayang, bagaimana kabarmu disana? Semoga bisa beristirahat dengan tenang disamping Tuhan ya. Amin, doaku selalu menyertaimu malaikat kecilku..

Dua tahun sudah kau pergi meninggalkan dunia, meninggalkan keluarga, meninggalkan orang-orang yg kau cinta. Cah bagus, keluargamu disini baik semua. Ayah dan Ibumu masih bekerja di warung kecilnya setiap hari, tidak ada yg berubah semuanya masih seperti dulu. Oh iya, kakakmu sekarang sudah sukses kerja di Jakarta, dia sukses mengubah hidupnya, meraih masa depan di kota metropolitan. Senang bukan, mendengar semuanya baik-baik saja, tapi alangkah baiknya bila kau juga ikut merasakan kebahagiaan mereka :’)

Aku disini juga masih sama cah bagus. Masih mendoakanmu setiap hari, masih sering merindukanmu juga. Keadaanku sekeluarga sehat wal’afiat. Aku sekarang juga sudah bekerja sama seperti kakakmu. Bedanya, aku masih tinggal di kota ini. Aku bekerja di dua tempat juga, dan salah satunya adalah tempat kursus matematika. Disini aku banyak menjumpai anak-anak kecil sepertimu, mungkin seumuran denganmu. Bagaimana temanmu disana? Semoga menyenangkan ya dek.

Terakhir, aku ingin menyampaikan pesan dari Clarissa teman sekelasmu dulu. Dia baru masuk SMP tahun kemarin loh, dan masih senang dengan teman barunya. Kita sering bercerita tentangmu dulu, yang suka jahil sama dia, yang bandel tapi lucu, yang tidak bisa ngomong huruf ‘R’ dan banyak lagi. Semua teman SDmu dulu sudah menginjak bangku SMP sekarang, banyak yg berubah juga. Masih ingat dengan Zola? Iya sahabatmu, dua minggu kemarin dia baru di sunat hehehe.. dia baru mau masuk SMP tahun ini.

Adekku aku sempat kecewa dengan diriku sendiri. Tentang firasat yang kuterima sehari sebelum kecelakaan tragis itu. Bodoh memang tak bisa merasakan sesuatu yg aneh waktu itu. Entah hari itu semua hal memang terasa janggal, kau pergi mengajak Zola sholat maghrib bersama di Masjid. Padahal jarang sekali sholat di Masjid. Aku masih ingat sore itu kau bilang padaku “besok mau kiamat mbak, makanya mau sholat” sambil tertawa kau lari  masuk kerumah dan mandi. Ah bagus, sampai sekarang masih kusesali kejadian sore itu. Harusnya aku bisa lebih peka dengan firasat itu.

Sudahlah, tak perlu disesali ini semua kehendak Tuhan. Sudah dulu ya dek, kita sambung lagi cerita tentang kita dulu disurat berikutnya. Bacalah suratku ini, jawablah di mimpi. 

Satu lagi..

“Firasat itu terkadang memang benar, kita harus peka pada kejadian sekitar”

Selamat beristirahat, malaikat kecilku Bagus Dwi Prasetyo :)



Kakakmu Tersayang


Oleh 
Diambil dari http://satuankata.tumblr.com/post/40888346649/titip-suratku-buat-yang-didekatmu-tuhan

Tiada Kesan Tanpa Kehadiranmu


Bukan, ini bukan undangan ulang tahun anak-anak SD itu.

Hai,
@desisiechi
@dugongmul
@astrianingrm
@cenditia

Bagaimana tidur kalian? Pasti nyenyak, kan? Memang tak ada yang lebih nyaman dari kasur sendiri.
Ini surat cinta untuk kalian.
Perjalanan panjang telah kita lalui.
Tiga ratus delapan kilometer jarak Surabaya - Yogyakarta kemarin malam terasa singkat ya. Berbeda dengan sebelumnya, Yogyakarta - Surabaya yang makin menghitung detik makin lambat jarum detik berdetak.
Doa-doa lebih banyak diterbangkan untuk kita dan perjalanan kita.
Bertemu orang asing, singgah di tempat yang belum pernah kita kunjungi, menjadi sesuatu yang menyenangkan sekaligus membuat deg-deg-an. “Hati-hati”, begitu pesan orang tua dan teman-teman lain melepas kita.
Empat hari yang berkesan.
Sungguh ini pertama kalinya aku (dan kalian juga, ya kan?) menjelajah beberapa tempat luar kota, maksudku bepergian sendiri tanpa biro perjalanan dengan rute Yogya - Surabaya - Pasuruan - Bromo - Probolinggo - Situbondo (Pasir Putih) - Surabaya - Yogya. Singgah di stasiun dan terminal, mencari matahari terbit dan tenggelam, sempat kesal dengan sopir bis dan angkutan, hingga mungkin merepotkan beberapa orang.
Dan liburan kita telah usai.
Kembali ke tanah rantau berarti kembali berkutat dengan prioritas, kembali meneruskan yang tertunda, kembali merajut mimpi.
Terimakasih untuk liburan yang singkat, padat dan pasti lekat di ingat. Mari kembali menabung, kembali membuat waktu senggang, kembali melakukan perjalanan.

Diambil dari http://shandikapuri.tumblr.com/post/40880053984/tiada-kesan-tanpa-kehadiranmu

Ayah, coba lihat


Ayah, aku sudah pandai menulis. ini suratku untukmu.
Ayah, coba lihat. 
Ibu selalu termenung di setiap senja, di depan teras rumah kita. katanya senja itu banyak kenangan tentang cinta kalian.
Ibu selalu merenung dan matanya selalu basah, setiap senja, selama 13 tahun terakhir, sejak engkau pergi.
Katanya senja juga merupakan waktu kepergianmu.
Aku belum pernah tahu bagaimana rasanya kehilangan cinta sejati, aku hanya bisa rasakan kesedihan setiap melihat ibu selalu duduk di teras, memandang taman yang di penuhi oleh tetes-tetes sisa air hujan, lalu matanya juga dipenuhi tetes-tetes air mata.
Aku bilang pada Ibu, untuk lupakan semua barang peninggalanmu, lupakan kenangan tentangmu. namun Ibu bilang, sekarang Ayah cuma bisa hidup dalam kenangan kami, dan tak ada yang bisa menggantikan posisimu, Ayah. Itukah cinta sejati yang sesungguhnya?
Kalau saja aku bisa meminta pada Tuhan, aku ingin tukarkan jantungku padamu ayah. Agar aku saja yang ke surga. Agar kau tetap menemani ibu di teras setiap senja, sepanjang masa.
Sayangnya jantungku harus menyaksikan air mata Ibu setiap harinya, dan itu sakit.


Oleh  
Diambil dari http://chairanidzalika.blogspot.com/2013/01/ayah-coba-lihat.html

Awal yang (Sedikit) Terlambat


Aku selalu ingat awal saat kita bertegur sapa. Ya. Setelah sekian lama tak bertukar kabar, ternyata Tuhan masih berbaik hati memberikian kesempatan itu lagi. Konspirasi semesta, beberapa orang bilang, sedangkan sebagian besar menyebutnya “keberuntungan” , apalah namanya itu pun, aku tak begitu ambil pusing, toh, aku tetap berterimakasih pada-Nya untuk kesempatan ini.
      Pertemuan kembali ini seakan men-trigger ingatanku, ah ya, bahkan beberapa keping kenangan pun menari-nari di pikiranku saat jemari ini menekan tuts-tuts kecil di keyboard. Terlalu banyak malam yang terlampaui, terlalu banyak hari yang pergi, dan terlalu banyak kisah yang terlewati, tapi, bukankah kita masih punya banyak waktu untuk berbagi, bukan?. Itupun jika kau masih mau mengulangnya kembali denganku.
        Banyak yang ingin kuceritakan, tentang hidup, tentang harapan, tentang apapun, termasuk, tentang cinta dan, kita. Jadi, kita mulai dari mana kisah ini? Ah, masih ada 24 hari lagi untuk menulis semuanya, setidaknya ceritaku. Chapterku. Doakan saja Tuhan tetap memberi kemampuan pada aku yang malas ini, lagipula bukankah sudah jelas, judulnya pun “Awal yang (sedikit) Terlambat”.

Yogyakarta, 19 Januari 2013

N. B.: Holaaa :)


Oleh  
Diambil dari http://www.ndobaeudajah.blogspot.com/2013/01/30harimenulissuratcinta-hari-ke-6.html

Senja Untuk Semesta


Kepada senja yang selalu mempercantik semesta.

Kulihat akhir-akhir ini kau jarang menampakkan keanggunanmu. Ah iya, sekarang musim hujan, pantaslah kau terlihat muram belakangan ini.
Senja, bisakah hari ini kau muncul dengan cantik? Ada seseorang yang ingin aku hibur hatinya. Dia akan membaca suratku seusai berkutat dengan tugas-tugasnya. Aku harap ia senang membacanya. Berikan kehangatan pada sorenya yang melelahkan. Boleh?

Turunkan titik-titik gerimismu siang ini dan berhentilah saat kau akan mewarnai langit dengan warna oranyemu. Karena aku selalu suka kau yang muncul setelah hujan turun. Selalu menghasilkan pelangi yang lebih berwarna. Selalu indah.

Senja, tetaplah mewarnai semesta dengan anggun ya.. :)


Oleh 
Diambil dari http://ceritadikalahujan.blogspot.com/2013/01/senja-untuk-semesta.html

Untuk yang Sudah Menemukan Penggantiku


Jumat, 18 Januari 2013
Untuk yang Sudah Menemukan Penggantiku
Kepada kamu yang sudah menemukan penggantiku,


Apa yang harus aku mulai terlebih dahulu? Menyapamu? Menanyakan kabarmu? Atau menanyakan menganai pacar barumu? Ah untuk apa aku harus berpura-pura baik di surat ini jika sesungguhnya aku kecewa dan terluka. Luka ini kamu biarkan semakin menganga dengan apa yang kau lakukan bersamanya dan aku mampu melihat apa yang kau lakukan.
Tapi jauh di lubuk hatiku memang aku tak bisa memungkirinya bahwa aku memang masih mengharapkanmu diam-diam. Aku sangat terluka ketika mengetahui kamu yang kemudian berputus asa dan menyerah pada kita. Iya memang itu sudah terjadi sengat lama namun tak pernahkah kau sadari luka yang menganga ini? Kau sakiti berulang kali seolah luka yang kau sirami air cuka dan membuatnya semakin pedih. Iya aku minta maaf mengenai aku yang menaruh harapku padamu, tapi ini ulahmu. Aku tak tahu bagaimana menghentikannya.

Kadang aku bertanya, mengenai keikhlasan, sudahkah aku melakukannya selama ini? Melakukan ini pada apa yang terjadi pada kita, sudahkah? Aku tahu aku belum melakukannya. Pernahkah suatu hari aku dibayangi rasa takut? Takut akan kehilangan sesuatu? Takut semua yang semula adalah milikku kemudian menghilang? Iya aku pernah merasakan ini semua, dan terjadi padaku karenamu tentunya. Aku pernah merasa takut akan kehilanganmu dan kamu pergi, sesuatu yang paling menakutkan dan membanyangiku pada akhirnya memang harus terjadi. Tapi apapun yang aku lakukan, semua takkan mampu merubah setiap hal yang terjadi. Memang waktu sudah berubah, waktu terus berjalan, semua tidak akan tetap sama selamanya. Bahwa waktu itu merubah semuanya, itu yang harus selalu aku ingat untuk semua yang telah pergi meninggalkan hidupku, termasuk kamu. Sudahkah diriku ini ikhlas dengan segala hal yang hilang dari hidupku? Belum, aku belum menjadi orang yang seperti itu, merelakan suatu hal untuk pergi itu membutuhkan waktu yang lama. Tidak akan semudah membalikkan telapak tangan tentunya. Terkadang kita akan menjadi seseorang yang terlalu takut untuk meninggalkan semua yang akhirnya harus hilang, andai hati dan perasaan tak pernah berperan dalam hal seperti ini, mungkin tak akan ada rasa sedih dan takut untk merelakan. Eh  maaf, disini maksudnya aku, bukan kita. Karena aku tak pernah tahu apakah kau pernah merasa takut akan kehilangan atau tidak.

Ya, maksud dari surat ini bukan untuk memintamu kembali, aku hanya ingin mengatakan ini saja padamu. Bahwa kehilanganmu adalah hal yang paling menakutkan yang selama ini ada dalam benakku. Bukankah selama bersamamu, aku sudah mengatakannya berkali-kali, entah puluhan atau mungkin ratusan. Dan bahkan kau yang menenangkanku dengan janjimu yang katanya takkan hilang dari kehidupanku dan takkan pergi. Tapi beginilah yang terjadi adanya. Waktu yang memisahkan kita mungkin, tuhan masih belum mengizinkan kita untuk bersama dalam waktu yang lama. Tuhan berkehendak lain terhadap kita. Bukan aku yang menyerah dengan kita, tapi kamu. Aku berusaha sekalipun aku lelah, tapi aku berjuang untuk jauh dari kata meenyerah. Namun tidak dengan kamu.

Baiklah, maafkan kata-kata ini. Jika kamu membaca surat ini hingga selesai, selamat kamu memenuhi keinginanku. Selamat malam, berbahagialah dengan penggantiku.

Dari aku, yang sudah kau temukan penggantinya…


Diambil dari http://penenunkata.blogspot.com/2013/01/untuk-yang-sudah-menemukan-penggantiku_18.html

Weker Biotik


Semalam, untuk pertama kalinya aku melihat kunang-kunang. Berterbangan di tepi kolam seperti kilauan permata hijau. Kemudian hilang bersembunyi dibalik rerumputan. Dari tempat ku duduk, kunang-kunang itu terlihat begitu cantik. Berpendar hijau ditengah pekat malam.
Aku tengah larut dalam canda ketika tau-tau kau muncul dihadapanku. Kita bertemu lagi, weker biotik. Setelah sekian lama nggak pernah bertatap muka, akhirnya Tuhan mempertemukan kita (lagi). Ah, kota ini benar-benar kecil. Kadang temenku punya teman yang berteman dengan temanmu dan akhirnya disitulah kita semalam, duduk di meja yang sama, tapi tidak dalam keadaan "berteman". Karena kau bersama temanmu dan aku bersama temanku. Rumit nggak sih? Nggak juga kan yah. Hahaha..
Lama nggak bertemu sepertinya kau nggak banyak berubah, masih sama seperti beberapa tahun lalu saat terakhir kali kita bertemu. Aku jadi rindu saat kau memanggilku Ros, Rosa Gallica. Dan kau, kau weker biotik, karena kau selalu membangunkanku pagi-pagi sekali. Tapi itu dulu, lama sekali. Setelah kau tiba-tiba menghilang. Kemudian kau kembali dengan penjelasan -setelah sekian lama- . Tapi semua rasa itu telah menguap bersama waktu.
Yah begitulah, kadang kita menyukai seseorang, kadang hanya sementara, kadang terlambat, kadang waktunya yang nggak tepat. Dan kau, kau termasuk yang terlambat. Ah tapi sudahlah, aku membahas ini hanya karena kita bertemu secara tidak sengaja semalam. Mari melanjutkan hidup :)

Oleh 
Diambil dari http://ilrow.blogspot.com/2013/01/weker-biotik.html

Semoga Engkau Bahagia


Teruntuk kamu,

Sepertinya saat ini aku sudah tidak berhak lagi untuk sekedar mengatakan ‘Apa kabar?’ atau bahkan ‘Aku merindukanmu’ haha.

Maaf aku tidak bisa menemuimu langsung, dan lagi-lagi mengirim surat kepadamu.

Aku sepertinya sudah terlambat untuk mengajakmu berbicara empat mata membicarakan perasaan kita –atau mungkin hanya aku– yang telah mengalir hampir tiga tahun ini. Aku takut salah bicara yang malah membuat hubungan kita hancur berantakan. Aku hanya takut kehilangan rasa nyaman darimu. Aku takut kita tak lagi bisa bersenda gurau hingga larut malam, berkeluh kesah, dan membicarakan hal-hal yang tidak penting.

Tapi justru ketakutankulah yang mengakibatkan hal lebih buruk terjadi. Waktu telah merenggut semuanya. Mungkin kau sudah terlalu lelah dengan ujung kisah kita. Mungkin kau telah kehilangan semua kenyamananmu bersamaku. Dan mungkin kau telah lelah menunggu tanpa berujung kepastian.

Hubungan kita mulai renggang. Bahkan kita pernah tak bertegur sapa seharian. Dan kau tidak memberi kabar dengan cara apapun. kau selalu menghindar bila aku terlihat akan menyapamu atau sebagainya. Aku tahu ini semua salahku. Aku yang yang terlalu tebal membentengi hatiku untuk jatuh cinta lagi.

Dan disaat hubungan kita merenggang, Dia datang. Dia membawamu bangkit bersamanya. Dia mulai mengisi hari-harimu dengan senyum dan tawa. Dan dia membuatmu lupa akan aku.

Tapi aku akan baik-baik saja, ya setidaknya di hadapanmu. Aku hanya ingin minta maaf atas semua sikapku. Aku minta maaf karna telah menyakitimu begitu rupa. Terhitung dari detik ini, aku melangkah keluar dari kehidupanmu. Dan aku harap kau bahagia.

Tertanda.

Aku yang pernah mencintaimu begitu rupa.


Oleh 
Diambil dari http://fairlyinsanegirl.wordpress.com/2013/01/18/semoga-engkau-bahagia/

Surat #DuaHati @hannaahan dan @riirinuli


Langit Tak Pernah Sama

*surat cinta ketiga untuk @riirinuli

Selamat Malam, R..

Kali ini mungkin kita sedang menulis di bawah langit yang sama dalam rentang waktu yang berbeda.
Tapi langit tak pernah sama, R.
Kau berkreasi dengan kalimatmu saat siang, sementara aku saat malam menjelang.

Aku suka perumpamaan mu, bahkan amat menyenangkan dan dibaca terasa nyaman.
Kita, ya kita semua yang se- guru dan rajin menimba ilmu ini punya formula sama, semoga tak rusuh.
Terima kasih karena selama ini kamu telah menemaniku juga mencari dasar dari segala ilmu dan pengalaman baru.

Friendship isn't only about hearing but also listening.
Listen, i have something to tell.

Hari ini, entahlah rasanya beberapa hari terakhir ini banyak hal yang mengusikku dari rasa nyaman.
Ah ya, itu lah sesuatu yang mungkin sepagian ini sudah kita buru untuk segera memulainya.
Aku bahkan masih belum mengerti hendak mulai dari mana.
Membayangkan ke depannya saja sudah membuatku tak kuasa untuk meneruskan imaji ku.
Entahlah hari ini, masih kusimpan semangat membaraku, entah untuk sampai kapan.
Semoga tak terlalu lama aku surut, sehingga saat masa pasangku aku segera berkarya.
Semoga di saat- saat terakhir ini apa yang pernah terjadi selama hampir 4 tahun ini akan segera sempurna.
Sebentar lagi.
Yang pasti, tak akan pernah ada akhir jika tak ada yang pernah dimulai.

Sampai jumpa di tahapan hidup selanjutnya.
Kali ini mungkin kita akan mengambil jalur yang berbeda, dengan jenis penelitian yang berbeda, tapi langkah kita akan selalu sama saat bersuka, bersusah payah, dan saling menyemangati satu dengan lainnya.
Kau mulai, aku mulai.
Selamat berjuang buat mu.


Yang akan selalu menantimu dan diriku berfoto bersama menggunakan toga ber-strip oranye,
HS.

Oleh: @hannaahan untuk @riirinuli
Diambil dari: http://hannasiahaan.blogspot.com/

---

Can You Imagine?

Suratku yang ketiga untuk Hanna Suryadika

Hai kawan, kini aku sering disorientasi tanggal dan hari, mungkin kamu perlu mengingatkanku sesekali :)

I Listen to you, dear.
I can imagine about your dream and my dream, our dream. Kita berfoto bersama, di hari wisuda yang sama dengan pakaian yang sama pula. Indah dan mengharukan dibayangkan, tapi itu pasti bisa menjadi kenyataan.

Aku suka membayangkan bagaimana kehidupan kita nantinya setelah lulus. Kau pernah mengatakan ingin tinggal di Bandung, dan aku sempat berkata Bogor sebagai kota tinggalku kelak. Tapi dimulai dari sini, Kota Surakarta, kita, aku dan kamu mulai membangun identitas diri yang baru.

Ingatkan kamu akan kelakar kita tentang "bapaknya anak-anak" atau "ibunya anak-anak"? Geli rasanya membayangkannya. Kita nanti akan memiliki kehidupan sendiri dengan membangun rumah tangga. Ahh, kau pasti tau bahwa sudah banyak anganku tentang keluargaku kelak. Akupun tahu, kau juga begitu.

Menginginkan yang terbaik untuk anak kita menjadi tujuan kita bersama. Pendidikan yang terbaik, kursus yang terbaik, dan yang pasti kehidupan yang terbaik baik mereka. "Aku nanti ingin anakku les ini, les itu". Haha, sudah ada dalam benak kita saat ini, walau itu mungkin masih 5, atau 7 tahun lagi.

Kau pernah mengatakan bahwa kita (kamu, aku, ichi, momo, ayu) akan jadi wanita karir dan ibu rumah tangga yang baik. Aku juga berharap demikian. Sebagai wanita kita tak hanya ingin merawat rumah dan keluarga juga, kita punya mimpi-mimpi lain lewat jenjang karir kita. Aku juga masih mengingat jelas quotemu yang maha dahsyat "Jangan sampai kita jadi istri yang berbakti pada suami, tapi lupa berbakti pada orang tua." Akan selalu kuingat Hanna.

Selamat Berjuang buat kamu, dan kita (ayu, ichi, momo, aku, dan kamu), perjuangan kita tak akan pernah berakhir kawan :)


Surat balasan dari @riirinuli untuk @hannaahan
Diambil dari: http://ririnwahyuyw.blogspot.com/





Surat #DuaHati @adityalenggah dan @wardaniema


What If?

To: wardaniema@gmail.com
Subject:

Oke, Em. Its done! Its fix. Sial!

Dira gak mau nerusin pernikahan kami. Argh!

We had a fight a couple minute ago. I swear to God, I yell at her so loud. I never did that before.


Aku gak tahan lagi, Em. I want to be a nice guy, but i cant. I'm so mad at her.

Sial!

Ceritanya nanti saja ya. Lagi gak bisa mikir apa-apa sekarang.

Damn!

Oleh: @adityalenggah untuk @wardaniema


---



What If?

to : aditya.lenggah@gmail.com
subject :


What?!! are you sure? ini aku ga ngerti deh, kalian batalin rencana pernikahan atau cuma postpone? he? gimana sih dit, aduuuuh yang bener ah, jangan becanda deh.

ini ya dapet berita koq ya ga nyenengin gini, udah Jakarta banjir hebat eh kamu kebanjiran juga. Pokoknya begitu baikan cerita ya, jangan emosi dulu. Pasti ada jalan




Surat balasan dari @wardaniema untuk @adityalenggah
Diambil dari: http://miftachaliq.blogspot.com/

Surat #DuaHati @starlian dan @egbertz


MY EX BF’S GAY


Dear Vari,
It’s been a month we didn’t talk, didn’t text or chat. Hey kamu dimana?

Sabtu kemarin saya datang ke acara pernikahan seorang teman.





















Cantik ya teman saya, mirip Brandy yang penyanyi itu. Namanya Attire. Bukan tentang Attire atau Nathan, suaminya, yang saya mau ceritakan. Jadi saya datang ke Gereja ditemani Clint, yeah who else. Sebelum acara pemberkatan dimulai, I met Julian with his boyfriend. Yes, B-O-Y-F-R-I-E-N-D.

Pagi itu, hanya kami berdua mungkin dari para tamu undangan yang terlihat awkward. Tapi bukan Agnes namanya kalau tidak bisa mencairkan suasana. Saya pun datang menghampiri dia dan pacarnya, Rowan, memeluknya seperti seorang teman. Saya tersenyum padanya dan dia mencium pipi saya sambil berbisik “Hey, beautiful ex”. Saya pun mengenalkan Clint. Mereka bertiga cepat akrab. Sebelum pulang dari acara pemberkatan, saya menjawil tangan Rowan dan berpesan pada mereka untuk tidak menggoda Clint, apalagi berusaha naksir.

Saya cerita ke Ibu di rumah kejadian di pesta pemberkatan Attire, dan bukannya fokus pada persoalan Julian beliau malah meminta saya untuk mengikuti jejak Attire.

Pernikahan. Mungkin tidak cocok untuk saya. case closed.

Itu saja. Jadi apa kabarmu, bocah Barcelona?

PS: Dengerin lagunya Caley Rose deh, My EX BF’s Gay, seru. Hahahahaha


Oleh: @starlian untuk @@egbertz


---

Comforting Sounds

Hi Nes,

Saya selalu di sini. Surat kamu salah satu penyambung saya dengan keadaan yang lain.
Tampak cocok sekali temanmu yang menikah dengan pasangannya, yes she's beautiful.
Tapi saya tidak menyangka kamu akan bertemu dengan Julian.
Semoga dia baik - baik saja melihat kamu dengan Clint. Atau semoga dia baik - baik saja melihat Rolan dengan Clint.

Ah, pernikahan. Banyak yang mengidamkan, banyak juga menolaknya.
Dan diantaranya mungkin banyak yang ragu.
Saya juga tidak mau membicarakan hal - hal mengenai pernikahan saat ini.

Saya belum sempat cerita, kemarin saat perjalanan ke sini saya sempat berkenalan dengan beberapa orang.
Yah, perjalanan Jakarta - Barcelona tidak sebentar. Dan menghabiskan waktu dengan diam hanyalah salah satu pilihan. Ada Andreu dan temannya Marc. Mereka habis berlibur ke pulau Komodo.
Ada juga Diana, Clara, Ariadna & Marc. Mudah - mudahan saya tidak salah menulis nama mereka.
Saya akan bercerita mengenai mereka di surat saya selanjutnya. Tampaknya saya menemukan teman - teman baru dalam perjalanan ini.

Nothing is pure anymore but solitude

Biarpun begitu saya masih sempat menghabiskan waktu dengan kesendirian. Apalagi dengan mendengar Mew - Comforting Sounds

Saya kemarin berkunjung ke daerah Montjuïc, bahkan dengan suhu yang tidak terlalu dingin pun saya benar - benar menikmati pemandangan kota Barcelona.
Dan keindahannya membuat saya terpaku, sehingga lupa mengambil foto.
Tenang saja, nanti saya akan kesana lagi.

ps : ada banyak lagu yang harus saya dengarkan hahahaha



Surat balasan untuk @starlian dari @egbertz
Diambil dari: http://lubang-hitam.blogspot.com/