15 January 2013

Kepada N; Di antara Aku dan Kau Kopi Bukanlah Anestesi

Dear N,

Seseorang yang belum berani aku sebut seluruh namanya. Barangkali memang demikian caraku untuk sementara waktu mengungkapkan, tak bisa langsung membiasakan diri melontarkan maksud atau melibatkan sesuatu yang belum sepenuhnya aku ketahui secara persis.

Bagian lain dari tubuh surat ini ada perihal yang kuberi nama “Pelukan-pelukan tanpa Lengan”, ialah semacam kalimat ucapan selamat datang bagiku, kepadamu aku menyambut.

Awalnya memang, percakapan di antara kita tak sengaja terjadi, aku pun tidak menduga sebelumnya ada sesuatu yang membuat kita sama-sama terhubung melalui entah apa itu namanya, mungkin kebanyakan orang-orang disana menyebutnya dunia maya.

Surat ini aku tujukan buat kamu, sebagaimana aku mengartikannya seperti jembatan penghubung yang menyampaikan beberapa pesan untukmu. oh, iya, apa kabarmu disitu? hampir lupa aku menanyakan ini. Namun sebenarnya seringkali aku melihat keadaanmu disana tanpa pertemuan langsung, kita pernah saling menyebut, juga setiap hari aku melihat kamu melintas di linimasa.

Malah semakin hari, aku menjadi sangat penasaran denganmu, jujur saja. Ini yang kerap aku rasakan.

Mungkin sedikit pengantar disini, yang aku ketahui, kamu salah satu seorang penikmat Kopi dan suka sama coklat dan pink. Kadangkala ada saja kata kunci yang bisa menyatukan pikiran dan hati, meskipun jarak tidak mau peduli dengan itu. Aku pun sama halnya sepertimu, setiap hari selalu bisa menyempatkan barang sejenak untuk sekadar menikmati secangkir Kopi hangat. Memang, untuk saat ini temanku yang terdekat adalah Kopi dan semenjak meliburkan diri dari Kampus, aku sering mengisi waktu dengan menulis Puisi, aku sangat suka itu.

Kabar yang tersiar dari media dan banyak orang mengatakan Kopi memang bisa menciptakan suasana yang menyenangkan atau bahkan di antara kita dan mereka sepakat dengan pernyataan Kopi bisa memperbaiki “mood”. Benar atau tidak, aku memang merasakannya, setiap kali ada beberapa hal yang membebankan pikiran, setelah sesaat menikmati untuk satu cangkir saja bisa membuat kebahagiaan, serasa hal-hal yang rumit di pikiran hilang seketika, apakah kamu juga sepakat dengan hal itu?

Nah, kali ini semacam aku ingin mengumpamakan; “Di antara Kita Kopi Bukanlah Anestesi” dari situ aku belajar bahwa Kopi bukanlah pembius disaat kita ingin melupakan segalanya, ia hanya obat sementara waktu saat kita lelah dan stress, maka aku tidak sepakat jika kita berhenti disini, dengan ini aku menyambutmu dan ingin terus menerus mengatakan “Selamat Datang” buat kamu. Tiada lelah untuk bercakap-cakap walaupun sumbu usia nantinya berhenti lebih dulu.

Baiklah, yang terkahir ini semoga di antara kita tidak pernah selesai untuk saling menjaga silaturahmi, aku tak berharap dan bahkan berlebihan dalam menyampaikan pesan. Kita sama-sama sedang menuju perjalanan masing-masing dan berusaha menjadi apa yang kita harapkan, jika Tuhan berkehendak, mungkin saja suatu saat kelak kita dipertemukan dan bisa lebih mengenal dengan jelas dalam percakapan langsung.

Salam Hangat,

Dari Prabu.

Teruntuk N.


Oleh @penyaircafe
Diambil dari http://penyaircafe.wordpress.com

No comments:

Post a Comment