15 January 2013

Winter Child


Hai! Apa kabarmu? Tentunya baik, dan akan selalu jauh lebih baik. Salam dari kotaku untuk kotamu. Begitu pun dari aku untukmu, berjuta-juta rindu kutitipkan lewat angin musim penghujan di awal Januari ini. Ingat, jangan terlalu kerap menghabiskan waktu di luar rumah, dinginnya udara dapat membuatmu sakit―dan itu akan membuat doa-doaku untukmu terasa sia-sia. Oh ya, aku lupa! Tak ada yang sia-sia, termasuk perkenalan kita.

Kamu tahu? Ada banyak cerita yang ingin kubagikan, namun sayangnya ini belum waktunya. Beribu kalimat telah kurangkai rapi untuk kupaparkan di hadapanmu, berjuta raut wajah telah kukemas sebagus mungkin untuk menyambutmu. Aku rindu kamu, sama seperti sebelum-sebelumnya.

Sudah berhari-hari―atau mungkin berminggu-minggu kita semakin jauh. Bukan kita, mungkin lebih tepatnya kamu yang semakin menjauh. Kamu tahu satu hal lagi? Aku masih di sini, berdiri dan mempertanyakan kesalahan-kesalahan apa yang telah aku lakukan. Ah, sudahlah.

Bagaimana di kotamu? Musim penghujan juga kah? Aku di sini kedinginan. Hampir setiap pagi yang kutemui hanyalah genangan-genangan sisa hujan tadi malam. Udara lembab ini semakin meneror hatiku, ia memunculkan berjuta-juta pertanyaan yang tak seharusnya pernah aku pikirkan.

Apakah aku jatuh cinta kepadamu? Sepertinya tidak.
Lantas, kenapa aku kerap merindukan dan memikirkanmu?
Entahlah, yang aku tahu, aku senang memikirkanmu. Ada banyak hal yang bisa membuatku tertawa hanya dengan memikirkanmu. Aneh.

Kamu yang bersih dan terang benderang.
Kamu yang terlahir di musim penghujan.
Kamu, Winter Child.

Tak peduli musim apapun yang ada, kamu selalu terang benderang.

Oh ya, aku minta satu lagi.
Jika kamu ingin pergi, perbaiki hatiku terlebih dahulu. Paling tidak, jangan biarkan aku bertanya-tanya sendiri seperti orang tolol.

Inilah surat cinta pertamaku di bulan ini. Semoga kamu membacanya.


Oleh: @vanatigh
Diambil dari http://irvanwiraadhitya.tumblr.com/

No comments:

Post a Comment