10 February 2013

Untukmu yang Hari Ini Menikah


Satu tahun yang lalu, kita masih sangat bahagia, ucapan cinta bersilang halus di antara kita. Kau baru saja kembali dari dubai setelah sekian lama kita berhubungan jarak jauh. Jangan kau tanya betapa bahagianya aku saat itu. Wajahmu yang dulu tertambat di layar kaca kini nyata didepan mata. Kata katamu yang sering tersesat dalam sinyal lintas samudra kini jelas ditelinga. Dan genggaman tanganmu yang pertama takkan kulupa.

Teringat hari itu, kau berdeham kecil sembari merapatkan kerah jaket, meninggikan pundak dan melipat kedua tangan diatas dada menahan dingin yang menyusup perlahan. Kau bilang jika cinta maka tak perlu takut pada perubahan, tak perlu cemas jika kemudian tulangku mengecil dan kulitku mengeriput bak jeruk purut. Serta tak perlu menghindar saat lebih banyak urat amarah daripada belai halus kata rindu menguap diantara kita. 

Namun satu yang kau lupakan, cinta kita pada akhirnya selalu kalah pada keadaan. Cinta tak pernah semudah berdoa pada ilahi dan berucap siap menikahi. Sekalipun kita tertaut pada satu teologi, kau sebagai imam dan aku di shaf belakang. Tetaplah, cinta tak bisa dipaksa tak perduli betapa seringnya kau meminta sembari bersujud kepadaNya disepertiga malam. 

Ketika kamu berada jauh disana, disebrang samudra, melintasi benua dan negara, saya disini selalu setia. Meski wajahmu acap kali terlupa. Sosokmu melebihi aksara di kolom yahoo messenger, kau pembuka serta penutup hari hari yang dulu pernah sepi 

Kamu tau cinta tulus itu seperti apa? 

Seperti kita saat ini. Saling melepas satu sama lain demi kebaikan dan kebahagiaan masing masing. 

Hari ini, harus kulepas dirimu menikahi wanita lain. 

9 Februari 2013. Selamat Menikah, untukmu lelaki yang telah memberi banyak kenangan online maupun offline.


Oleh @sayamenulis
Diambil dari http://sayamenuliss.blogspot.com/

Untuk yang Istimewa


February 9th,

Ini hari ke duapuluh tujuh di proyek #30HariMenulisSuratCinta, dan surat ke duapuluh tujuh ini kuperuntukkan bagi orang-orang istimewa :)

Untuk Bosse @PosCinta,
Terimakasih tahun ini mengadakan proyek menulis surat cinta lagi. Lewat ini aku bisa menulis surat secara rutin kepada orang-orang spesial meski beberapa dari mereka tidak membacanya langsung karena terlalu gaptek untuk urusan internet. Sebut saja ayah dan ibuku, jadi Bosse pasti susah sekali mengantar surat kepada mereka ya. Bosse, lewat proyek ini pula aku bisa menyalurkan hobi menulis yang sudah terhenti sejak lama. Aku mulai produktif menulis lagi, dan itu cukup menghibur ditengah padatnya jadwal bimbel yang oh-so-tiring. Dari proyek ini aku bisa kenal orang-orang baru yang ternyata juga pandai-pandai menulis. Terimakasih, tahun depan adakan lagi ya!

Untuk GSM yang baik, @AXISgsm
Terimakasih banyak sudah mengapresiasi tulisanku di proyek ini dengan memberi voucher 100 ribu \^.^/ Perlu diketahui, super duper kaget aja gitu baca tab mention "Selamat @prayasti mendapat voucher Rp 100.000 dari @AXISgsm di #30HariMenulisSuratCinta."
Ah, AXIS memang GSM yang baik.

Last but not least, untuk tukang posku yang cantik, @ikavuje
Terimakasih kakak sudah mau meretweet surat-suratku dengan sabar, bahkan tidak hanya itu, kak Ika telaten membaca setiap surat dari akun PQRST yang masuk dan tak lupa memberi komentar. Kak Ika pantes jadi 1st winner of tukang pos award! (kalau ada, sih) Oh ya, satu hal yang membuatku senang, Kakak meninggalkan jejak di blogku "aku seneng kamu selalu semangat nulis, semoga menulis ini membuatmu jadi ketagihan dan susah untuk berhenti :D" seketika aku merasa sangat bersemangat menulis. Lagi dan lagi. Terimakasih :)

Sebelum surat keduapuluhtujuh ini kuakhiri, aku mau usul supaya tahun depan proyek menulis bersama ini diperpanjang jadi 100 hari atau 365 hari, ya Bosse hahaha *senyum perangko* :)))

Salam,
Laras.


Oleh @prayasti
Diambil dari http://ramuan-kata.blogspot.com/

The Way I Love You


Untuk gadis manis yang sedang sinis kronis,



Ah, jangan kira aku tidak paham sindiranmu. Aku mungkin hanya diam saat kamu menggumam pelan-namun-tidak-cukup-pelan-sehingga-aku-bisa mendengarnya, “30 Hari Menulis Surat Cinta udah mau abis, tapi ga ada yang ngirimin aku surat. Bales kek suratnya. Dikirimin surat melulu, bales ga pernah.” Jangan kamu kira aku tidak menghargai surat-surat yang sudah kau tulis untukku selama 30 Hari Menulis Surat Cinta. Kamu tidak tahu kan, aku mencetak semua suratmu untukku sebanyak 3 lembar; satu kutempel di dinding dekat tempat tidurku, yang satu lagi kutempel di meja kerjaku, dan yang terakhir kumasukkan ke dalam binderku.

Kamu pernah bilang, “my writings and I are two different entities. Usually people would only fall in love with one of them, not both. You choose.” Kamu sadar tidak, bahwa aku mencintai keduanya? Kamu dan tulisanmu. Kamu mengirimkan cintamu lewat deretan aksara yang membentuk untaian kalimat penuh makna. Kamu menyentuh hatiku melalui jari-jarimu; bukan melalui sentuhan fisik, tapi melalui susunan kata yang kau ketik. Aku tidak bisa memilih salah satu dari kamu atau tulisanmu. Sekarang kamu harus meralat ucapanmu, tambahkan “except my partner of life. He loves my writings and I both.”

Kamu mungkin sudah muak dan bosan bila aku bilang bahwa aku tidak bisa menulis sepertimu. Maka dari itu aku tidak bisa membalas surat-surat yang kamu kirimkan melalui deretan huruf dan untaian kata yang sama. Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkan cinta. Kamu mungkin piawai dalam kata-kata dan mampu menangkup cinta untuk kau kirimkan padaku melalui barisan kalimat. Aku tidak. Namun bukan berarti aku tidak bisa mengungkapkan dan mengirimkan cinta padamu. Cintaku terungkap, terwujud, terkirim, dan terasa oleh ratusan hal-hal kecil yang kulakukan setiap hari yang mungkin luput dari perhatianmu.



Cintaku terungkap dari caraku menyanyikan lagu “Beautiful Mystery” dari musisi kesukaanmu dan mempersembahkannya khusus untukmu.

Cintaku terangkum dari caraku membiarkanmu memutar lagu kesukaanmu berulang-ulang sepanjang perjalanan kencan kita, meskipun aku bosan setengah mati.

Cintaku terasa dari caraku yang berkerut was-was setiap kali kamu memakai salah satu koleksi sepatu stilletomu, meski aku tahu kamu terbiasa melangkah dengan hak tinggi, aku tetap berjaga-jaga di belakangmu kalau-kalau kamu kehilangan keseimbangan.

Cintaku terkirim dari caraku membiarkanmu melanglang toko buku berjam-jam lamanya tanpa protes sedikitpun.

Cintaku terwujud dari caraku mendukung peranmu sebagai masculine woman dalam hubungan kita dan hanya tertawa tak menanggapi saat mereka mengomentari kita; “itu sih ceweknya yang macho.” Atau; “itu pasangan Ken-Barbie. Pas banget, si Ken(nissa) dan Barbie (sebut namaku).”

Cintaku terlukis dari caraku ikut mengelus-ngelus kucingmu untuk membuatmu senang, meskipun aku mengidap asma dan bulu kucing adalah salah satu pemicu asma.

Cintaku terlihat dari caraku menurutimu yang menyuruhku untuk menon-aktifkan twitterku karena kamu merasa dimata-matai dan tidak bebas, meskipun jelas aku punya hak untuk membuat akun twitter.

Cintaku teraba dari caraku membantumu mengeluarkan segala uneg-unegmu dengan cara se-profesional mungkin, untuk membuatmu merasa lebih baik dan tidak lagi memusuhi realita.

Cintaku tertuang dari caraku mengantarmu bolak-balik ke Simpang Lima saat kamu kuajak ke kampung halamanku, meski aku tidak tahu apa yang begitu menarik dari Simpang Lima sehingga membuatmu ingin terus-terusan ke sana pagi, siang, sore, malam.

Cintaku tertulis dari caraku pasrah tak melawan saat kejahilanmu timbul dan kamu ingin mendandaniku dengan “peralatan lenong”mu; apalah itu segala nama alat make-up yang tidak kuketahui, dan mengambil fotoku yang super aneh setelahnya, dan mengirimnya ke teman-temanku.

Cintaku tersampaikan dari caraku mengirimimu parikan-parikan (pantun jawa) yang disambung-sambung dengan penggalan-penggalan lirik favoritmu dari lagu-lagu Owl City.

Cintaku tercurah dari caraku melahap semua masakan coba-cobamu sampai habis, meskipun kamu membubuhkan garam banyak-banyak ke dalam masakanmu dan mengganggap semua orang penikmat asin garis keras sepertimu.



Ada banyak cara bagi setiap orang untuk mengungkapkan cintanya. Aku harap dengan cara-caraku tadi (yang tentu saja masih banyak lagi dan tidak bisa kusebutkan satu per satu), kamu telah mendapatkan balasan untuk surat-surat yang kau kirimkan padaku.

Cintaku tidak terungkap dalam kata, namun tetap merasuk dalam jiwa.



Peluk cium

Pacarmu yang meminjam otak dan jemarimu untuk menuliskan ini semua


Oleh @sneaking_jeans
Diambil dari http://menyingsingfajar.wordpress.com/

Sakit Jiwa


Kepada, David..

Rindu memang keparat. Hatiku tak pernah bisa berhenti mengingat. Segala hal yang kaubuat. Detik yang terlewat. Sial. Aku semakin menginginkanmu.

Dua tahun lalu, kita terakhir bertemu. Kau masih setia mendampingingnya. Kau duduk di sisinya. Membelai rambutnya. Vid, kenapa kau tak pernah memperhatikanku? Hampir tiap waktu aku mendatangimu. Pagi, siang, sore, bahkan malam. Aku rela menyita waktuku agar bisa melihatmu, bersamanya.

Kini, kau tak pernah lagi datang ke sini. Menginjakkan kakimu ke tempat nista ini. Namun, cinta telah memilih tuannya—perempuan yang aku rawat jiwanya itu.

Rindu memang keparat. Aku dipaksa bertahan dari sakit jiwa akibat mencintaimu dalam diam.


Oleh @shandyputraa 
Diambil dari http://anotherdidhurt.tumblr.com/

Untuk Kalian, Kesayanganku


Aku mencintai kalian lebih dari yang kalian tahu. Aku mencintai kalian sejak kecil hingga kalian sudah beranjak dewasa seperti sekarang ini. Setiap kali aku mengatakan, aku sayang kalian. Kalian pasti menjawab, “Ih kaka lebay deh”. Padahal aku benar-benar menyanyangi & mencintai kalian. Aku mengenal kalian bukan hanya dalam hitungan bulan. Tapi aku mengenal kalian dalam hitungan tahun. Sejak kalian baru dilahirkan ke dunia sampai detik ini. Dulu ketika kalian masih kecil, aku selalu mengikat rambut kalian. Aku selalu memakaikan baju kalian. Aku selalu menyuapi kalian ketika makan. Aku selalu memasak untuk kalian. Tapi sekarang kalian sangat jauh dariku. Tak ada satupun sms yang kalian balas ketika aku menghubungi kalian. Tak ada satupun telepon yang kalian angkat ketika aku menghubungi kalian. Ketahuilah sayang, aku sangat ingin bersama kalian seperti dahulu.

Kalau kalian bilang, "kami sibuk  ka". Harusnya kalian berfikir, aku juga sibuk disini. Tapi aku hanya ingin sekedar mengetahui kabar & perkembangan kalian. Sekarang, aku ingin bertanya kepada kalian, kapan ulang tahunku ? Pasti kalian lupa kan ? Padahal daridulu aku selalu ingat ulang tahun kalian. Sedihnya, kalian selalu ingat ulangtahun teman-teman kalian dan kalian juga sering memberi mereka kado, sedangkan tidak untukku. Apakah kalian sadar ? Setiap kalian tertidur, aku selalu membelai wajah kalian & mengusap lembut rambut kalian serta tak jarang aku mencium kalian hingga kalian terbangun & berkata, "Ih kaka ngepain sih cium-cium?". 

Apakah kalian ingat ketika kalian bertanya, "Sebentar lagi kaka kuliah, kira-kira kita masih bisa kaya gini ga ya ka sampai nanti kaka udah nikah ?" Dengan yakin aku menjawab, "Tentu bisa sayang, aku sangat mencintai kalian". Tapi sepertinya itu hanya intermezzo saja. Buktinya sekarang kalian semakin menjauh dar iku. Aku tau kalian sudah dewasa. Sudah tidak layak jika kalian berbagi cerita kepadaku. Tapi ketahuilah sayang, keluarga adalah orang yang paling mengerti kalian ! Ketika kalian di tinggalkan teman-teman kalian. Aku janji aku akan selalu ada untuk kalian. Ketika kalian sedang ada masalah, aku janji aku akan membantu semampuku. 

Aku hanya ingin kalian paham. Aku sangat mencintai kalian seperti mencintai adik kandungku sendiri walaupun aku d’takdirkan terlahir sebagai anak tunggal. Aku minta maaf kalau selama ini, aku memiliki banyak kesalahan kepada kalian. Hanya surat kecil ini sebagai media ungkapan hatiku kepada kalian, semoga kalian dapat mengerti. Walaupun mungkin pada akhirnya kalian tetap menganggap rasaku berlebihan kepada kalian. Tapi tak apa asalakan kalian bisa tahu kalau aku benar-benar mencintai kalian.


Oleh  @Putriaryaa
Diambil dari http://aditiaputriarya.blogspot.com/

Hati yang Kemarin


Selamat malam kamu, pemilik senyum terindah dan perasaan hebat, betapa bangganya aku (pernah) memilikimu. Mungkin sang malaikat izrail iri melihat "kita", hingga dia mengambil paksa dirimu dariku.

Tapi sudahlah, apa kabarmu disana? semoga kamu tidak sedang kesepian, apa kiriman hadiahku sudah sampai? maaf jika hanya sedikit, kesibukanku membuatku lupa mendoakanmu. Tapi aku janji mudah-mudahan sampai kapanpun, namamu selalu ada dalam doa tiap-tiap ibadahku.

Tenanglah kamu di sisi-Nya , mungkin disanalah tempat terbaik untukmu. Sedikit lucu ketika dengan bodohnya aku selalu menantimu seperti biasa,datang menemui aku ditempat yg biasa kamu bilang rumah rindu.

Sudahlah, beribu kata pun tidak sanggup mengutarakan betapa rindunya aku pada sosokmu. Mati dan tenggelam kamu dalam hatiku,selamanya.


Oleh @vzrL
Diambil dari http://sandihanafi.blogspot.com/

More Than Friend


Dear my more than friend.
Aku mau kamu tahu kalau aku tulis surat ini untukmu. Sudah berapa lama kita berteman?
Aku sih lupa, tapi buatku kamu itu lebih dari teman, lebih dari sahabat. Kamu itu my more than friend.
Banyak banget yang udah kita lalui bertahun-tahun, sejak September 2010 sampai sekarang. Aku benar-benar jatuh cinta pada hatimu hei perempuan cantik. Ribuan kesalahan aku buat dan aku selalu kecewakan kamu, tapi kamu selalu siap menerima aku apa adanya, selalu mau terima aku lagi sebgai temanmu.
Kita sering banget berantem ya,
Aku pernah berbuat salah. Aku sering batalin janji ke kamu. Waktu itu aku janji mau main kerumah tapi tiba-tiba nggak jadi, aku batalin. Padahal semua orang rumah sudah menunggu kehadiranku. Serius, aku bukan sedang ingin mepermainkan kamu. Aku benar-benar membatalkannya karena suatu hal yang bahkan aku nggak bisa jelakan di surat ini. Dan sejak kejadian itu, kita menjauh, dan tak ada alasan yang bisa merekatkan hubungan baik kita.
Kamu pernah berbuat salah. Kamu kan tahu komitmen kita, kalau sedang kesal ya ungkapin langsung, jangan main belakang dengan menjelek-an kita di depan orang lain. Pertama kalinya aku kecewa karena kamu pernah kesal sama aku dan kamu cerita kepada orang (yang kebetulan) tidak suka padaku. Sejak itu aku dijauhkan di lingkungan kita, dan herannya kamu menjauh dari lingkungan kita.
Kita pernah berbuat salah. Saat kita tiba-tiba menjauh karena hal yang tidak tahu apa penyebanya, dan hampir dua semester kita tak saling menyapa. Aku semakin sibuk pada organisasi, dan kamu semakin sibuk pada pekerjaaanmu. Hilang komunikasi.
Mereka pernah berbuat salah. Saat aku terpancing beberapa teman untuk menjauhimu. Saat kamu akhirnya pernah membicarakanku di depan beberapa teman. Sekejap tembok besar memisahkan kita.
Sampai akhirnya kita kembali akur, yang aku pun tak tahu bagaimana bisa kita akur lagi.
Semua kenangan itu, cuma pernah aku alami bersama kamu. Melalukan banyak hal bodoh, hal jelek, hal yang bahkan orang lain tak mau lakukan. Hanya denganmu, aku sanggup berjalan yang jauhnya tak dapat diukur. Sanggup melakukan hal yang sebenarnya aku enggan melakukannya.
Kamu itu teman pertamaku dikampus, teman pertama yang membuatku semangat kuliah, teman pertama yang sanggup buat aku kecewa karena hal sepele, teman pertama yang bisa buat aku menolak mengatakan ‘tidak’, teman pertama yang menyadarkanku bahwa cita-cita bisa diraih dari tempat mana saja, teman pertama yang mengingatkanku utuk berdoa sebelum makan, teman pertama yang buat aku sadar oleh suatu hal tentang penjagaan diri melalui ceritamu tentang cincin gereja yang kau pakai… semuanya serba pertama bersamamu. Tapi kamu tidak pernah sadar ya, aku anggap kamu seperti sahabat. Aku rela kamu tak mau anggap aku siapa-siapa, tapi aku mau orang lain Tahu, kamu itu istimewa buatku.
Maafkan semua kesalahanku ya, aku tak bisa berjanji tak akan mengulanginya, tapi aku akan berusaha untuk memperbaiki kesalahanku.

Peluk cium,
Teman Pertamamu di kampus.


Oleh @unidzalika
Diambil dari http://chairanidzalika.blogspot.com/

Andai Kau Di Sini


Untuk Yussi.

Hai, semoga kabarmu baik. Sebaik aku selalu, yang meski sedang tak baik keadaanku, seketika baik saat sapamu padaku tertuju.

Ada yang ingin kuberitahukan meski tak kau tanya. Sebab bagiku ini membahagiakan, dan aku bisa jadi sangat sedih jika saat bahagiaku kau tak ada. Karena itu melalui surat ini, aku ingin membaginya, denganmu yang lebih dulu selalu bisa memberiku bahagia.

Kali ini sederhana sebab dari mengapa aku begitu merasakannya. Aku sudah bisa bawa mobil sendiri. :)

Dua hari kemarin aku akhirnya memutuskan, memberanikan diri untuk mantap belajar menyetir. Memang aku tak punya mobil seperti yang kau tahu, tapi cukup beruntung ada teman yang mau meminjamkan dan merelakan mobilnya untuk aku bawa dalam satu kemungkinan mobilnya akan rusak sebab bisa saja menabrak. Tapi syukurlah tidak.

Dua hari kemarin baju di punggungku basah karena keringat yang keluar sebab tegang untuk pertama kali duduk di bangku kanan memegang setir, menekan gas, memainkan kopling karena jalanan macet, juga membunyikan klakson saat pengendara motor seenak jidatnya menghalangi jalan. Tapi akhirnya aku bisa.

Dua hari kemarin adalah hari di mana aku di tiap detiknya terus memikirkanmu. Ketakutan akan kecelakaan di jalan, yang bisa saja membuatku mati hingga akhirnya tak sempat mengaku di hadapanmu bahwa benar masih kau yang kuingat pertama saat pagi seperti ini, juga yang kuingat terakhir sebelum terlelap seperti tadi malam.

Andai kau ada di sini, akan kuajak melewati jalanan Kota Bandung dengan aku di bangku kanan dan kau bisa melakukan apapun di bangku kiri. Duduk sambil kuyakin kau akan tersenyum atau panik lalu marah saat tiba-tiba mesin mobil mati sebab tegang yang terasa karena aku belum terbiasa.

itu saja saat ini yang ingin kuberitahukan, semoga tak mengganggu saat surat ini sampai padamu.

Ami,

Bandung, 9 Februari 2013.


Oleh @_FHMY
Diambil dari http://aksarabicara.tumblr.com/

Sibuk


Hallo sayang,

Maaf beberapa waktu terakhir ini aku teramat sibuk di kantor. Maaf seminggu ini aku hanya bisa pulang ke rumah satu kali. Maaf aku hanya bisa menelponmu barang dua menit. Karena benar saja, menjelang pemeriksaan oleh pusat segala yang ada di kantor berubah sensitif. Setiap orang terlihat pesimis. Bahkan mereka terpaksa menyeduh kopi manis agar pikirannya tak selalu kritis. Kusut memang. Tapi pecayalah, aku akan pulang dengan setumpuk rindu-rindu yang sudah tak sabar ingin kau peluki satu persatu.

Bagaimana anak-anak kita? Selama aku tidak di rumah mereka tetap manis bukan? Jika mereka tanyakan di mana papanya, jawab saja aku ada di sekitar sini. Sedang membuat kejutan. Ah semoga mereka mengerti. Ketika pulang aku ingin mampir sebentar ke toko mainan di tengah kota. Akan aku belikan beberapa mainan baru untuk anak-anak kita. Aku yakin pasti sebenarnya kau melarang jika aku terlalu sering membelikan mainan. Tak apa, Sayang. Selama kita bermain bersama mereka, aku percaya mereka akan paham apa arti mainan yang sebenarnya.

Oh ya, apakah pagimu masih seceria seperti biasanya? Aku harap begitu. Suaramu dari telpon pagiku selalu menggambarkan itu. Sekarang kau tidak perlu repot menyeduhkan aku kopi. Kau bisa lebih lama bersama anak-anak. Sarapan dan minum susu bersama. Di sini, aku seduh kopiku sendiri. Dan tidak lebih nikmat dari seduhanmu. Rasanya tak hanya pahit. Tapi banyak sekali disesapi rindu. Asapnya menjelma wajahmu. Gelasnya seakan rindu usapan lembut tanganmu.

Selama di sini, soreku selalu monoton. Hanya gedung tinggi. Dan langit yang tak begitu seksi. Senjanya ada, tapi seakan tak terlihat. Semuanya hilang rasa ketika aku sendiri. Dan benar saja, hadirmu memang seharusnya untuk melengkapi. Setelah kau menerima surat ini, buatlah secangkir teh kesukaanku. Karena saat menulis pun aku sedang merindukan seaduk demi seaduk the hangant buatanmu.

Salam.


Oleh @ulfaground
Diambil dari http://ulfarizkiana.blogspot.com/

Kepada Puan Bershio Ular


Hi,

Besok Sin Cia. Ini tahunmu bukan? Tahun Ular, mereka menyebutnya. Seperti semua berkata di setiap hari raya, maka aku katakan padamu: semoga menjadi berkat.

Puan bershio ular, apa kabar rambut ular di kepalamu. Masih selalu nyalang di keras kepala jawaban dari tanyaku yang selalu kaubalik amarah tanya.

Ah sudahlah… mengingatmu aku semakin rindu.

Puan bershio ular, tak kau tanya kabarku? Juga tattoo ular berkepala dua di punggungku? Sesekali malam aku masih bermimpi tentangmu yang seekor ular berkepala dua. Satu kepala mendesis nyalang jantan, satu kepala berkerling betina.

Siapakah kamu, Puan?
Tetapi aku cinta. Sebenarnya siapapun dirimu, sebab tak ada tanya menjadi sebab : ini cinta.

Puan bershio ular. Besarkah nyalimu, katakan siapa kepalamu yang lain. Adakah dia tak malu-malu; tak enggan pula menuliskan puisinya tanpa percik kemarahan?

Puan bershio ular, belum juga kau pahami? Perlukah kubuka penutup di kepalamu agar serempak mendesis setiap kau ingkari diri, hati-hati nanti kau terluka sendiri. Pernahkah dipeluk ular? Tentu belum.

Puan bershio ular, berdamailah pada dirimu sendiri. Terimalah dulu siapapun dirimu. Sebelum kau mengingin orang lain mengerti dirimu apa adamu.

Kini Puan bershio ular. Semaumu pahami tentang cinta di luar sarang belukar.

Dari
Puanmu bertattoo ular di punggung


Oleh @_bianglala
Diambil dari http://pelangiaksara.wordpress.com/

Dari Aku, untuk @hollynobody..


Untuk band favorite yang telah mencuri hatiku dari sejak pertama kali mendengar lagunya, Hollywood Nobody! Kenapa kalian keren sekali? Kenapa kalian membuatku jatuh cinta? Kenapa kalian itu lagu-lagunya keren? Kenapa kalian kalo perform bikin nagih? Kenapa vokalisnya suaranya super duper ekstra merdu dan menyejukkan hati? Kenapa kalian mencuri hatiku sehingga aku jatuh cinta pada kalian... Kenapa kenapa kenapa? Hihihi jatuh cinta aku pada kalian :>

Iya sih memang aku telat tahu tentang kalian, aku baru tahu tentang kalian di tahun 2011, ini memang telat banget, tapi lebih baik telat kan daripada tidak sama sekali? Pertama tahu kalian di rekomen dari temen dan aku coba denger single pertama kalian yaitu "Kiss The Pain Away" karena nggak tahu harus dapet lagunya darimana, aku cari downloadnya via google.. Maafin download bajakan pengen beli cd nya udah habis dimana-mana karena telat suka sama kaliannya dan pada akhirnya punya lagu-
lagu kalian karena dikasih kecengan ehehehe 
ehehehe sambil modusan gitu deh ;p Setelah dapet lagu kalian dan aku dengerin, oh my god i can't stop to repeat it all day long dan makin jatuh cinta Aku racuni orang-orang biar denger Hollywood Nobody juga, dan mereka harus tahu bahwa
kalian keren!

Di tengah rasa penasaran ingin lihat kalian live perform seperti apa, di twitter kalian bilang bakal ngadain konser pada tanggal 18 Februari 2012, yang diberi nama Midnight In Hollywood, yang
katanya bertema tentang tahun 20-an. Aaaaah ini nggak boleh dilewatkan, segera cari temen
untuk dateng ke Midnight In Hollywood. Nanya temenku yang biasa nemenin ngegigs katanya
nggak bisa, banyak yang menawarkan diri tapi pada akhirnya ngga jadi.. Sampe aku bikin sayembara di twitter "siapa yang mau nemenin aku dateng ke Midnight In Hollywood? Aku bayarin deh tiketnya" ada yang nanggepin tapi ujung-ujungnya nggak jadi, malah jadi nya sama orang yang pertama kali aku ajak itu. Mana was-was tiket presale udah abis takut tiket ots juga habis tapi ternyata
keberuntungan berpihak pada kami.. 
Pergilah kami sekitar pukul 5 sore dan tiba di IFI pukul 6.15 dan masih harus menunggu untuk beli tiket sampe akhirnya, hai dunia aku dapat tiket konser Midnight In Hollywood! Hahahaha. Setelah itu nunggu open gate sekitar jam 7 apa jam 8, sempet lihat ada merch dan cd tapi lagi nggak bawa uang jadi nggak bisa beli dan aku patah hati
uh ka Diantra cantik banget, ka Iru juga! Kalian cantiknya kebangetan, kalo lagi perform selalu keren juga, aku terhanyut huehehehe. Ka Romy, ka Dendy dan ka Upenk juga keren banget, udah gitu ganteng-ganteng.. ngga ngerti lagi sama kalian kenapa segitu kerennya.. Lebay nggak sih ini? Nggak lah namanya juga orang jatuh cinta *lho*

Tapi, Midnight In Hollywood jadi moment paling berkesan untuk aku, ini pertama kalinya aku nonton kalian perform secara live. Setelah itu, menonton kalian seolah menjadi kebutuhan untuk aku dan menjadi kesenangan pribadi yang nggak boleh terlewatkan, intinya.... aku kecanduan nonton kalian perform. Nggak boleh kelewat selama itu ada di Bandung dan keadaan memungkinkan, sih.
Btw pernah 2x loh aku nonton kalian sama kecengan, selain menikmati alunan musik yang indah dari kalian, aku pun senang karena nonton kaliannya bersama orang yang aku sukai dan juga menyukai kalian, kami menyukai kalian. 
Waktu di gasibu kita rela hujan-hujanan nonton kalian, nggak rugi sih, abis jadinya malah romantis hahahaha *curhat lagi* :">

Pada akhirnya aku dan temenku itu suka banget sama kalian, kita berdua walaupun cewe kadang rela jabanin nonton kalian walaupun ampe tengah malem. Aku cekokin dia semua lagu Hollywood Nobody.... Hahaha, alhasil dia pun suka. Btw, aku sama temenku ini kalo kalian perform suka sibuk salting sendiri kalo liat ka Romy, kita berdua suka melting hihihi pokoknya aku suka semua hal
tentang Hollywood Nobody. Aku mau dong Midnight In Hollywood lagi, semoga album kedua cepat
rilis, cepet ada jadwal manggung di Bandung dan mau nonton kalian banget.

Yes, i do love Hollywood Nobody.
Keep Calm and I Love Hollywood
Nobody.
Sincerely, your biggest fan :-p

Oleh @maharanifilen kepada @hollynobody
Diambil dari http://penenunkata.blogspot.com

Besok


Selamat pagi, sayang..
Entah apa yang kita bicarakan dua hari ini.
Entah aku harus senang atau sedih, yang pasti aku masih merasa sakit.

Besok kamu harus mengambil keputusan, memilih aku atau dia.
Besok mungkin hari terakhir aku menunggumu. Atau mungkin hari pertama aku mulai mencari, mengejar, mendengar, menerima, dan menyelami hati yang lain. Hatiku sendiri.
Tidak, sayang.. Aku tidak berhenti mencintaimu. Aku hanya akan berusaha melakukan salah satu dari dua hal terakhir yang belum aku lakukan untukmu selama tiga tahun ini.. Ikhlas.
Dan seandainya waktu sudah kujalani namun aku masih belum mampu untuk mengikhlaskanmu pergi dengannya, aku masih ada satu lagi hal terakhir yang belum aku lakukan untukmu.. Mati.
Aku akan menghabiskan sisa hidupku dengan mengenangmu, tanpa mampu mengikhlaskanmu sampai akhirnya akulah yang akan menjadi kenangan.

Maaf aku harus membuatmu memilih, maaf aku harus menghentikan keegoisanmu.
Bukan aku pesimis dalam surat ini, aku hanya menuliskan kemungkinan terburuk yang akan terjadi besok.
Dalam doaku, aku tak mungkin berbohong pada Tuhan tentang harapanku. Aku tak mungkin berpura-pura menjadi perempuan kuat tanpa air mata di hadapan-Nya.
Selamat malam, sayang..

Ps. Jika aku berkata bahwa sayangku untukmu lebih besar dari sayangnya untukmu, kamu masih percaya? Ah, terserah kamu, aku yakin kamu bisa menilai dan membandingkan.


Oleh @meyrzashrie
Diambil dari http://meyrzashrie.blogspot.com

Perjalanan Kemarin


Hai
Aku baru saja tiba pada sekarangku yang nyata, setelah perjalanan menyusuri kita, banyak hal yang ku temui di sana ada tawa yang berdamai dengan duka, senang yang menggandeng sedih bersama mimpi yang dulu bersama kita amini. lelah setelah perjalanan ini tak ada, aku malah merasa jauh lebih baik setelahnya. sudahlah aku sudahi saja, baik-baik kau sekarang di sana, ada dia yang ada.

Sampai jumpa di lain hari pada masing-masing hati yang kita tinggali.

Oleh @mengawali
Diambil dari http://catatan-awal.blogspot.com

Di Duniaku


Senang rasanya bisa melihatmu sepanjang hari. Walau kadang ku lihat kau sibuk dengan hapemu. Mungkin kau sedang menghubungi kekasihmu ya? Eh tapi, apa hak ku untuk bertanya? Untukku, melihatmu dari jarak dekat seperti ini saja sudah lebih dari cukup. Walaupun dari sekian banyak orang, mungkin cuma aku yang nggak berbicara denganmu. 

Aneh ya? mengingat kita pernah saling kenal. Kalau dipikir-pikir.. aku sendiri yang menciptakan kecanggungan diantara kita. Atau jangan-jangan kecanggungan itu hanya ada di duniaku? Apa kau pernah peduli?

Maaf yaa. aku diam bukan karena aku sombong. Kau nggak pernah tau betapa bisanya aku salah tingkah kalau ada didekatmu. Bahkan disaat nggak sengaja duduk disampingmu tadi, aku lebih memilih untuk pindah ke tempat lain. Kau tau? Ada rasa aneh setiap kali aku berada terlalu dekat denganmu. terlalu banyak yang ingin ku katakan tapi nggak satupun bisa ku sampaikan. Ya, diduniaku... You are too good to be true.

Oleh @nrsfrn
Diambil dari http://ilrow.blogspot.com

Dear Bandung


Dear Bandung,

Jujur saja aku hanya beberapa kali menginjakan kaki di Bandung. Pertama waktu aku masih berseragam putih merah, dan itu sudah 20 tahun lebih. Waktu itu diajak oleh orang tuaku bersama beberapa teman sejawatnya, aku tak mengingat detailnya hanya saja aku ingat persis kami mengunjungi Toko Hoya (keliatan banget khan umurnya?). Masih adakah Toko itu sampai saat ini?

Yang kedua, beberapa tahun yang lalu saat atasanku menikah. Itupun aku tak sempat meluangkan waktu menikmati malam sambil menyusuri jalanan. Bayangkan saja, kami menginjakan kaki si Stasiun pukul 7 pagi, lalu harus kembali ke Surabaya pukul 5 sore. Aku dan bersama teman-temanku hanya sempat berkunjung ke Jalan Riau, itupun dengan badan yang rasanya seperti membawa beban 50 Kg dan mata yang seakan terbebani 2 sepeda motor.

Yang terakhir, sekitar 3 tahun yang lalu saat salah satu teman baikku menikah. Daaann, bukan di pusat kota Bandung. Lebih tepatnya Bandung sedikit lebih naik, Lembang. Beberapa temanku sempat mengunjungi Dago, sayangnya aku tak bisa ikut bersama mereka. Tubuhku sedang disapa oleh demam, sehari sebelumnya tepat sesaat setelah aku menginjakkan kaki di lokasi pernikahan.

Dan beberapa hari kedepan aku punya kesempatan kembali berjumpa denganmu untuk yang keempat kalinya. Gathering #30HariMenulisSuratCinta, yah mungkin aku akan disana untuk mengunjungimu. Banyak yang mengatakan Bandung tempat yang menyenangkan, tempat yang bisa menjadi cerita, tempat yang sempurna untuk me-refresh pikiran. Tapi ada juga yang mengatakan Bandung kurang cocok untuk bekerja. Apakah benar? Tidak, aku tak berniat untuk memenuhi Bandung, bukan karena tak mau tapi karena aku sudah jatuh hati pada Surabaya. Tempat aku menghabiskan lebih dari separuh hidupku.

Tapi yang pasti, aku tak sabar segera mengunjungimu.

Sampai jumpa di 17 Februari nanti.

~ seorang yang ingin mengenalmu.

Oleh @mazni_
Diambil dari http://dmazni.wordpress.com

Tian, Tuan Kesepian


Untuk Tian, Tuan Kesepian

Aku ingat betul percakapan kita sebelum kepergianmu. Katamu, akulah yang akan rindu padamu terlebih dahulu. Katamu, sapa-sapa itu akan keluar terlebih dulu dari mulutku. Bertolaklah dengan kataku, kupikir justru kamu yang akan begitu. Lalu, kita sama-sama meyakini diri bahwa takkan saling rindu lebih dahulu. Tapi coba lihat sekarang buktinya, siapa yang menghubungiku beberapa pekan lalu? 

Selamat atas kekalahan taruhanmu. Ya, ya, ya..kau rindu. Aku tahu. Aku pun, Tian. Tapi aku menunggu kau yang mengucapkannya terlebih dahulu. Mungkin agar ada sesuatu yang bisa kau berikan padaku. Aku memang masih belum bisa menemukan hal yang tepat untuk membayar kemenanganku. Tapi mungkin sebentar lagi kepalaku menemukan solusi. Seperti ajakanmu beberapa pekan lalu, aku mau. Culiklah aku dengan syarat perjalanan yang diatas standar menyenangkan. Culiklah aku dengan cerita-cerita tentang dunia barumu yang belum terpijaki olehku. Ah tidak, aku hanya bercanda. Aku hanya begitu rindu, lamanya kita bertemu harus dirayakan dengan nada-nada bahagia yang luarbiasa seharusnya.

Hey tuan kesepian. Seseorang membisikiku beberapa waktu lalu cerita tentangmu. Hari-harimu disana nampaknya sering kelabu. Semenjak patah hatimu pada perempuan itu, masihkah kau menunggu waktu sampai ia kembali padamu? Salam untuk hatimu, cepat sembuh ya. Patah hati itu pun memang sering menghampiriku, bahkan ketika bahumu tiada lagi menopang cerita-ceritaku. Tapi kini aku lebih kuat, karena aku berdiri sendiri demi proses penyembuhan hati. Kamu pun juga begitu ya. 

Jika benar secepatnya kita akan bertemu, tolong jangan mulai pertemuan kita dengan cubitan-cubitan nakal yang kau daratkan di pipiku. Tolong jangan komentari soal cerita patah hatiku dan jangan suguhi aku dengan muka lesumu. Janji ya?

Dari nona manis yang meminta pelukan erat sebagai bayaran taruhan.

Oleh @lovepathie
Diambil dari http://lovepathie.tumblr.com

Tinta Cinta untuk Ibunda (1)


Untukmu, Tinta Cintaku,

Ibunda,

Ini surat pertamaku untukmu. Surat yang tak pernah akan kaubaca, sampai aku yang membacakannya untukmu. Jujur, aku bingung mau memulai dari mana. Sebab tentangmu tidak pernah cukup diceritakan lewat kata-kata. Bahkan lebih dari sejuta kata pun, tentangmu takkan pernah cukup. Bagaimana bisa cukup, sedang cintamu saja seluas semesta. Sementara aku, bahkan kadang memberikan setetes cinta pun dengan sedikit keluhan. Sungguh tak ada apa-apanya dibandingkan dengan samudera kasihmu, sebab memang tidaklah pantas untuk dibandingkan.

Ibunda,

Aku ingin tetap memanggilmu dengan panggilan ‘Simbok’, seperti yang kauajarkan sejak aku kecil, dan bukan panggilan keren menurut orang lain. Bagiku, apa pun panggilan untukmu, tidak akan mengubah samudera kasih yang kaumiliki. Kau tetap istimewa dengan segala keterbatasanmu.

Simbok,

Selama sembilan bulan sepuluh hari, kau dengan sabar merawat janin yang sekarang tumbuh menjadi aku. Aku tumbuh menjadi lelaki kecil yang ceria. Meskipun begitu, kau pernah cerita tentang masa kecilku yang terlalu lemah. Entah sudah berapa kali masuk rumah sakit. Baru panas sedikit saja, langsung ‘step’ dan dibawa ke dokter. Begitulah aku yang manja, katamu. Bukan itu saja. Masih banyak kemanjaan lain yang tak pernah membuatmu menyesal telah melahirkan aku ke dunia.

“Simbok wedi kowe koyo almarhum Masmu. Makane Simbok ora nyapih kowe sampe sak bosen’e dewe.”

Begitu ceritamu padaku. Dan, berkat tekadmu menjaga hidupku, kau pun membiarkanku menyusu hingga hampir berusia empat tahun.

“Ah! Simbok. Jangan diceritain to. Aku kan malu,” kataku.

“Kenapa harus malu, Le. Wong memang kenyataannya seperti itu kok,” jawabmu.

Aku terdiam. Setidaknya dari pengakuan Simbok, aku tahu tentang ketulusan memberikan yang terbaik untuk anak bungsunya, aku.

Simbok,

Waktu pun terus berlalu. Usiaku menginjak lima tahun saat kau mengantarkanku ke gerbang sekolah TK di kampung kita. Waktu itu aku masih malu-malu. Sebab itu pertama kalinya aku harus berani berinteraksi dengan dunia luar. Aku masih ingat saat itu aku masih termangu di depan kelas.

“Kamu harus sekolah, Le.”

Aku pun akhirnya menurut. Genggaman tangan pun terlepas. Dan, aku perlahan memasuki dunia baruku dengan teman-temanku. Ternyata tidak semenakutkan perkiraanku. Dengan dorongan kasihmu, aku punya keberanian untuk berbaur dengan teman-temanku.

Simbok,

Tidak banyak yang kuingat tentangmu saat aku masih memakai seragam TK. Kau bahkan tak pernah mengajariku mengeja aksara. Sebab kau sendiri pun tidak memahaminya. Tapi, aku tidak pernah menuntutmu untuk mengajariku. Aku hanya butuh doronganmu, bahwa bagaimanapun keadaannya, aku harus tetap sekolah.

“Lha mosok Simboke dagang jamu, anake yo arep dadi dagang jamu?”

Sederhana kata-kata itu, tapi mengandung makna yang luar biasa. berkat kata-kata itu, aku semakin bertekad kuat untuk memberikan yang terbaik dengan dukunganmu.

Simbok,

Panjenengan istirahat dulu ya. Aku mau masuk kelas. Tunggu di rumah, nanti tiba giliranku untuk mengajarimu kelak di suatu waktu.

Aku,
Anak bungsumu,

@momo_DM

Oleh @momo_DM
Diambil dari http://bianglalakata.wordpress.com

Putri Patah Hati


Ibu,

Aku pernah berjanji untuk bahagia

Menikah dengan suami yang aku cinta

Melahirkan anak-anak sehat nan jenaka



Tapi hari ini,

Ijinkan aku untuk berduka

Cinta kulepas karena ia tidak setia

Mawarnya sebatas tiga hari saja



Ibu,

Aku tetap berjanji untuk hidup bahagia

Mungkin esok lusa

Atau secepat bisa kusembuhkan luka

Atau secepat Tuhan mempertemukanku pada tulusnya cinta


***

Moru – Alor – NTT

September 20th 2012

Oleh @noichil
Diambil dari http://noichil.wordpress.com

Cintaku Sederhana


Teruntuk Mbak Mita, mbak nya Dedek (LIO).

Seratus hari yang telah membuat ku menciptakan celotehan dan racauan-racauan yang tak karuan.

Hai kamu,
Yang seketika mengalihkan duniaku. Yang menjungkir balikkan duniaku, hingga aku gak tau harus berbuat apa selain meracau. Betapa menyesalnya aku, ketika terlambat menyadari kehadiran-kehadiranmu selama ini. Bertahun-tahun, cinta memang telah membuatku menjadi dingin, hingga aku gak berpikir dengan cinta-cinta dan kehadiran yang lain. Awalnya aku gak berpikir akan seperti ini, menjadi jatuh hati.

Aku juga gak ngerti kenapa baru sekarang pengin meracau soal ini. Aku ingat, beberapa bulan yang lalu. Berawal dari ajakan ku untuk trip ke luar kota, sebuah pulau. Waktu itu pun aku masih menganggap keikut sertaanmu adalah bonus, toh selain kamu udah banyak temen-temen yang akan berangkat. Hatiku masih beku.

Bermil-mil,
mungkin saat-saat ini lah waktu yang mengetuk hati. Saat aku dan kamu duduk bersama, dan bersebelahan (hehe) di dalam mobil, saat menyiapkan makan bersama buat temen-temen di waktu kemping, saat ngobrol santai tapi sering kita selipkan hal-hal serius di tepi pantai. Seluruh waktu benar-benar kita habiskan bersama, apa adanya. Meski hanya beberapa hari. Aku kira mungkin inilah yang disebut melewatkan kemungkinan-kemungkinan dalam hidup kita, bersama. Sehingga hati yang akan berbicara. Aku jatuh cinta.

Setelah sekian tahun, akhirnya aku jatuh cinta. Iya, emang agak lebay. Pasti kamu juga bakal ngomong kayak gitu kan? Hehe. Ya emang seperti itu lah ada nya. Cinta kayaknya emang selalu identik dengan lebay. Hehe lagi.

Oiya aku ingat. Bukannya kemping gak akan lengkap tanpa api unggun? Iya, waktu itu juga ada api unggun. Api yang aku dan temen-temen buat dengan susah payah, memutar otak dan memeras keringat. Dan kamu akan bilang lebay lagi kan? Iya lebay, hehe. Saat aku menyerah membuat api, dengan sisa-sisa bara api yang jadi hasil perjuanganku yang kemudian diteruskan sama temen-temen. Saat itu aku inget banget, obrolan-obrolan ringan nan hangat di samping api unggun. Lhoh, ingatnya soal apa? Daritadi cuman ngomongin soal obrolan-obrolan terus. Aku ingat saat kamu membaringkan tubuh mu dengan bantal paha ku. Hehe, mungkin kamu gak ingat belaian-belaian spontan ku ke kepalamu. Karena emang waktu nya udah malem banget dan kamu juga udah kriyip-kriyip, dengan sambil dielus-elus keningnya gak tau sejak kapan akhirnya kamu ketiduran. 

Buat paragrap baru dulu ya.
Iya, kamu ketiduran di kaki ku yang kesemutan. Hehe, sebenernya udah ditahan agak lama juga tuh. Sampai akhirnya gak tahan juga, akhirnya spontan aku gerakkan kaki. Yang tanpa sadar juga udah bangunin kamu, yang tadinya tidur dengan posisi miring agak tengkurep. Aku pengin ketawa dulu nih, hehehe. Saat kamu bangun, gak tau kenapa tanpa peringatan dan penjelasan tiba-tiba aja kamu usap-usapin mulut kamu di celana ku. Untung celananya tebel, haha. Ya aku gak ngasih reaksi apa-apa sih waktu itu.

Esoknya,
dalam perjalanan pulang, di mobil aku baru tanya sama kamu, 'kemarin kamu ngilerin aku ya?' Aku agak lupa kamu jawab apa, tapi yang pasti kamu ketawa sambil mengiyakan. Kalau aku gak salah inget sih ceritanya emang seperti itu. Pokoknya pada intinya kamu ilerin aku. Terus kesimpulannya apaan? Kesimpulannya ya kamu ngilerin aku.

Saat-saat seperti itulah yang mungkin menghadirkan cinta. Iya, aku jatuh cinta! Secepat itu? Emang kenapa? Kalau kamu pengin tanya, kenapa aku cinta kamu? Jawabannya simpel, karena kamu yang udah ilerin aku. Haha, iya aku cinta kamu. Kamu yang ilerin aku. Sederhana kan? Seperti itulah mungkin cinta, yang seharusnya tanpa kenapa.

Dimulai dari iler tadi, aku mulai bermimpi tentang kamu sepanjang waktu. Hingga aku menulis ini, dan hingga sesampainya ini pada kamu. Hingga waktu-waktu yang bahkan kamu gak akan tahu.

Cukup sudah rasa menyesalku, yang mungkin telah melewatkan beberapa cinta. Aku gak pengin menyesal lagi, meski kamu tahu aku udah bilang beberapa kali, aku cinta kamu. Sekali lagi dan gak akan bosan-bosannya, aku yakin kan kamu, aku mencintai mu, tercinta. Maafin aku untuk hari-hari sebelum ini dan waktu-waktu sebelum kamu ilerin aku. 

Benar aja, sejak saat itu aku mulai meracau dan berceloteh gak karuan. Lihat aja pada bulan Desember-Januari, hehe. Racauan di sini bukan karena aku kebanyakan minum atau ngigo. Tapi iya karena aku mabuk, mabuk karena iler. Mabuk Cinta.

Sekali lagi, maafin aku. Maaf untuk segala gak ke-peka-an ku. Maaf untuk ke-cuek-an ku. Maaf untuk hari-hari yang dulu. Setelah ini, aku tahu kamu tetap masih ragu. Karena emang apa yang kamu bisa banggakan dari aku? Benar? Aku tahu kamu perempuan istimewa, sedikit aja kamu pakai hati, segalanya akan terbuka. 

Karena memang kesempatan yang aku butuhkan. Kemudian kita sikat masa depan. Melewati banyak kemungkinan dalam hidup ini, hingga kamu menemukan satu keyakinan terhadap keputusan untuk kesempatan tersebut.

Meskipun nanti aku jatuh, aku pengin berterimakasih sama kamu. Kamu udah kembali menggores, mencorat-coret hati dan hari-hariku yang tadinya abu-abu. Terimakasih telah kembali mengajarkanku tentang cinta, otomatis satu paket dengan rindu dan mungkin luka. Terimakasih atas warna-warni ini. Terimakasih..

Aku cinta kamu..

Terimakasih juga untuk sahabat-sahabat, dan temen-temen seperjalanan..


Sleman, 8 February 2013

Oleh @linggasut
Diambil dari http://linggasut.blogspot.com

Untuk Bayi Penyu


Untuk para bayi penyu..

Sore ini, Rona jingga menawarkan pesona langit pantai, hari dimana awal akan kembali ke asal.

Puluhan orang menunggu saat perjuanganmu, dimana kehidupanmu bermula. Mereka bersorak, menatap langkah demi langkah kecilmu menuju hidup.

Kau menjejak pasir pantai, menggerakan langkah memulai perjalanan hidup, semangat tak pernah padam walau ombak laut tak pernah lekang tuk meredam.

Cipratan kecil kaki mungilmu menapak air, menembus sore yang berselimut mentari tua yang segera berpulang.

Aku menatapmu, meresap jauh dari sekedar melihatmu tertatih, karena setiap senti yang kau perjuangkan adalah pelajaran bagiku.

Betapa tak pedulinya kau pada apa yang akan menyambutmu di laut lepas sana, yang kau tahu hanya mencoba, berjuang dan bertahan, untuk sesuatu yang pantas, ya sebuah kesempatan hidup.

Kau tak peduli apakah ikan akan memakanmu sesaat setelah air laut memelukmu, kau tak peduli apakah badan mungilmu tertembus paruh burung bahkan saat kau belum genap bermanja dalam laut.

Manusia, seberapa sering kita takut akan sebuah hasil bahkan sebelum kita mulai mencoba?
seberapa rendah kita menghargai hidup dengan menyianyiakan hidup seolah reinkarnasi hanya semudah ketukan jari?

Wahai bayi penyu, terimakasih..
sore ini aku belajar banyak darimu, dari setiap jejak langkah yang kautinggal menjauh, dari setiap ombak yang menantang semangatmu, dari bagaimana kau berjuang “hanya” untuk mendapatkan kesempatan hidup.

Andika Winchester Saputra

Oleh @chesterdee Sumber: http://chesterdee.tumblr.com

Menangisi Kita


Gelap sekali di luar, dear.
Tak lama, kilat datang sambar menyambar.
Kemudian langit menangis.
Saat ini bukan hanya tanah, pohon, dan jalan yang basah. Pipiku juga basah.

Aku tak mampu lagi mengerem air mata, dear.
Dia turun tanpa perintah.
Hati sudah lelah.

Apa kabarmu hari ini, dear.
Sudahkah kau baca suratku yang lalu.
Sudahkah kau pikirkan, atau persis seperti yang kubayangkan kemarin, kau anggap aku cemas berlebihan.

Dear, segenap darahku menyanyikan lagu rindu.

Oleh @atemalem Sumber: http://rehatemalem.wordpress.com

Kepada Tuan Pemilik Hati Seluas Langit


Rumah, 9 Februari 2013


Dear Kak…
Apa kabar? Seharusnya kau sedang dalam keadaan paling baik. Bukankah sebentar lagi kau akan menikmati masakan ibumu dan tidur di kamarmu sendiri? Dan aku, aku baik, jika kau ingin tahu. Sangat baik malah untuk ukuran perempuan yang seharusnya sedang sakit sebab rindu.

Aku tidak tahu ini berawal dari mana, tapi mungkin saja karena kepalaku menolak untuk tidak berpikir. Yang aku tahu adalah ia yang tiba-tiba saja duduk di depan buku besar dan mulai membuka ratusan lembaran di sisi kiri. Ternyata, itu kegiatan yang menyenangkan. Paling tidak sejauh ini. Untuk seorang yang tak memiliki apa-apa di dalam kewajiban mengurus rumah dan menafkahi keluarga, kegiatan itu cukup menyita waktu. Membunuh setiap detik hingga mataku merintik. Dan kupikir itu tak apa, kan? Bagaimanapun, setidaknya, itu membuatku bisa terus melukis kamu. Sebab seringkali aku takut, waktu bisa saja mengambil wajahmu dari ingatanku.

Aku sesungguhnya tak pandai menulis. Huruf hurufmu tertelan olehmu. Atau mungkin juga tidak seperti itu. Sebab di kepalaku, kata kata berlomba mencari celah untuk berhamburan keluar. Tapi kau tahu, topiknya masih sama, dan akan selalu sama.

Jadi, seperti ini rasanya. Ketika hari-hari seperti ini di waktu yang lalu. Kau tak pernah tahu cara merapikan isi tubuhku yang berserakan di lantai kampus, jantungku utamanya. Kulihat ia berdenyut keras, teronggok begitu saja di atas ubin abu-abu. Kau tak pernah tahu cara mendamaikan tanganku yang setiap lima detik mengintip layar ponsel, kalau-kalau ada pesan masuk tanpa kusadari. Kau tak pernah tahu bagaimana aku ingin menyambutmu dengan cantik, sedikit berdandan dengan polesan makeup tipis dan pakaian yang modis; sebab aku tahu aku terlalu biasa, sebab aku tahu perempuan di luar sana lebih bisa mengalihkan pandanganmu dalam lima detik. Yang kau tahu, hanya lima detik ketika nomor kita terhubung, dan memintaku membuka pagar. Yang kau tahu, alih-alih berdandan, aku malah menyambutmu dengan kaus longgar dan celana lusuh. Sebaik itukah kau menerimaku?

Aku tak pernah mencoba mengingat tentang bagaimana kita memulai ini, sebab ia berbaik hati muncul begitu saja. Masa lalu adalah pencetus yang baik untuk ini, dan tuhanmu mengamini. Aku menertawakan kebodohan yang paling sempurna. Olehnya, aku bunuh diri di matamu. Permulaan yang kupikir tak begitu baik, karena aku membuka nerakaku sendiri. Dan tentang aku di dalammu, aku tak betul-betul peduli. Simpan saja untuk nanti. Sebab perjalanan, mungkin segera bertemu tepi, lalu kita, aku, akan bersenang-senang menata lagi.

Ada banyak kata seharusnya di dalam kita. Tapi yang kutahu, di dalam aku, kini, aku membayangkan senyummu dan mata teduhmu yang selalu bisa meluluhkan; hal yang jarang aku temui beberapa waktu terakhir ketika kita sempat bertemu kemarin. Kemudian aku bertanya-tanya, sudah sepanjang apa kuku kelingkingmu sekarang, atau seberapa berantakan rambutmu kini. Atau apakah pada akhirnya orang rumahmu menyadari efek olahraga malammu? Aah apakah aku bercanda dengan cara yang salah (lagi)? Maaf.

Perjalanan membuat hal-hal baru bermunculan. Jika saja kita menyadarinya sebelum kehilangan, atau menahan eksistensinya sebelum pudar… tapi bukankah kita dilarang berandai-andai? Dan waktu, menurutmu, selalu menjadi penentu. Sementara sabar, buatku, membuat jarak semakin melebar.

Terlalu banyak pertanyaan di kepalaku, tapi pagi itu, ketika kau menutup mata lama sekali hanya karena satu pertanyaanku, aku jadi berpikir. Dari sekian ratus hari yang telah lewat, pertengkaran paling hebat atau pelukan paling erat, di keadaan paling baik di antara yang terbaik, apakah kita sudah benar-benar saling mencintai? Ketika yang menenangkan dan menyenangkan perlahan pergi, masihkah kita menunggu menatap punggungnya agar ia berbalik? Kita tak akan membahas harapan di sini. Kau (seharusnya) sudah tahu jauh sebelum ini, meski menolak mengamini. Tapi malam itu, bagaimana kau bercerita tentang mimpi, selalu membuatku perih. Kita terlalu banyak menaruh harap jauh di atas sana, tapi terlalu takut mencoba untuk menaiki tangganya. Tak apa. Aku tak sedang ingin menuntut sekarang. Bukankah kita serupa anak kecil yang mencoba berbagai hal tanpa takut akan akibatnya? Paling tidak, ia akhirnya tahu apa artinya sakit.

Tak ada keharusan untuk menuntaskan pertanyaan. Sebagaimana janji yang tak mampu diselesaikan. Yang aku tahu adalah bagaimana hati ini menolak semua yang disebarkan pikiran, kemudian membayangkan sebuah pertemuan.

Aku masih ingin duduk lama di sampingmu, dengan coklat panas dan setumpuk bisu. Aku masih ingin dituntun berjalan, membelah kerumunan orang dalam mall yang sangat kutahu kau benci melakukannya. Aku masih ingin merajuk karena kau terus menggodaku atas film yang harus kita tonton, atau ketika kau tak bisa mendapatkan boneka besar di ruang taman bermain itu. Aku masih ingin marah untuk tempat parkir yang jauh, atau tentang penyakit lupamu untuk membeli payung. Aku masih ingin bercerita dengan kisah yang berulang-ulang, kemudian diam karena cemburu pada jalan. Aku masih ingin berlama-lama mencium parfum mobilmu yang kita pilih, kemudian tenggelam dalam malam yang rapuh. Aku masih ingin membujukmu untuk naik mobil biru, menertawai kau yang berpeluh dan mengeluh. Aku masih ingin memaksamu menuntaskan makananku. Aku masih ingin bertengkar karena lelucon. Aku masih ingin pergi ke tempat-tempat yang tidak membuatmu malu berjalan bersamaku.
Dan di luar itu semua, aku masih ingin memilikimu, lebih dari sekadar jumper, atau buku filosofi tebal. Aku masih ingin bersamamu, bukan hanya memiliki pakaian yang sama. Aku masih ingin bertahan, tak mau merasa cukup dengan persinggahan.

Dan…

Aku masih ingin mencintaimu, dengan sempurna, dengan sekadarnya aku.

With love,
(still) Yours

ps: setelah suratku habis kau baca, aku membebaskanmu; dari segala ingin, dari setiap hutang, dari janji. Dan maaf, mungkin akan ada sedikit keriuhan di tab mention-mu. Well, don’t too worry about me, just enjoy your field-break. Selamat berlibur :)



Oleh @Amy_AWP untuk @wdarusman Sumber: http://a-mystify.tumblr.com

Seharusnya Kau Tahu



Aku tak mengharapkan kau kirimi mawar.
Aku lebih suka buah dibanding bunga.

Aku tak mengharapkan kau tulisi puisi.
Aku tahu kau bukan laki-laki puitis.

Aku tak mengharapkan bulan dan bintang.
Aku tak bertempat tinggal di angkasa raya.

Aku tak mengharapkan cinta yang semanis madu.
Aku bukan Ratu Lebah yang banyak menuntut.

Aku tak mengharapkan rumah sebesar Istana.
Aku akan kerepotan jika para pembantu mudik.

Aku tak mengharapkan pesawat jet pribadi.
Aku lebih suka tinggal di rumah.

Aku tak mengharapkan pulau impian sebagai hadiah.
Bagaimana aku bisa bermimpi, jika tidur pun aku sulit?

Aku tak mengharapkan tas yang harganya ratusan juta.
Aku lebih suka memasukkan foto makanan di Instagramku.

Aku tak mengharapkan berlian sebesar gunung.
Rihanna sudah terlanjur membuatku muak dengan lagu “Diamond”.

Aku tak mengharapkan pesta pernikahan tujuh hari tujuh malam.
Aku tak suka berdandan dan bertemu banyak orang.

Aku tak mengharapkan hatimu.
Nanti darahmu disaring pakai apa?

Aku tak mau apa-apa. Sungguh.
Aku hanya ingin tumbuh tua bersamamu.

Menjadi sahabat terbaikmu sepanjang perjalanan.
Menjadi kekasihmu sepanjang usia.
Menjadi kesayanganmu sepanjang hayat.

Inginkah aku kau cintai?

Pertanyaan macam apa itu?

Oleh @Dear_Connie Sumber: http://poeticonnie.tumblr.com

Kamu Pemberi Harapan Palsu Yang Bodoh


Kepada kamu si pemberi harapan palsu,

Melalui surat ini, aku mau bilang bahwa sebenarnya aku tidak pernah terjerat cintamu sama sekali. Dari awal perkenalan kita, aku tahu omonganmu adalah bualan semata. Lupa ya? Di dunia ini ga ada yang sempurna, sayang.  Kamu menggambarkan dirimu dengan begitu hebat dan sempurna sekali. Kerjaanmu yang mapan dan segala hasil usaha kerjamu yang menjadi idamanan dan diharapkan banyak wanita beserta ibu mertua itu sama sekali tidak membuatku lantas mencintaimu.

Aku ini seorang pencinta. Aku akan mencintai ketulusan dan kejujuran. Bukan dari apa yang kamu punya.

Kamu pasti berpikir bahwa selama ini aku tidak tahu apa yang kamu lakukan di belakangku. Tapi aku tahu, sayang. Aku tahu berapa banyak wanita-wanita muda yang kau bodohi dengan semua omong kosongmu. Aku merasa kasihan dengan mereka-mereka yang tertipu olehmu.

Aku bahkan tahu masa lalumu seperti apa. Aku tahu kamu pernah tersakiti. Aku tahu kamu merasa tidak percaya diri. Kamu merasa kecil dan merasa tidak ada apa-apanya dibanding dengan keberhasilan kakak-kakakmu. Tapi apa lantas kamu berhak melakukan semua kebohongan-kebohongan ini? Apa kamu mendapat kepuasan dari apa yang kamu lakukan? Merasa senang dengan banyaknya wanita-wanita yang bertekuk lutut dengan pesonamu? Lalu dengan bangga meninggalkan mereka. Kamu bukan James Bond, sayang.

Apa kamu tidak takut karma?

Selama ini aku diam saja. Aku berpura-pura tidak tahu apa yang sedang kau mainkan dan membuat kau percaya bahwa aku larut dalam peranku seperti yang kamu harapkan. Itu sebabnya aku bilang bahwa kamu pemberi harapan palsu yang bodoh. Aku tahu pasti ada sebuah alasan dibalik tingkahmu itu. Ada yang sedang kau tutupi karena aku yakin kau sebenarnya berhati baik. Itu terlihat saat kau dengan ceria menceritakan tentang masa kecilmu yang nakal.

Tapi maaf sayang, harus ku katakan yang sebenarnya. Ada yang pernah bilang bahwa jika sekali kamu berbohong kamu akan terus berbohong untuk menutupi kebohonganmu yang lain. Itu yang aku temukan pada dirimu. Kamu selalu berbohong lagi dan lagi. Aku tidak mau kamu jadi pembohong untuk diriku.

Aku di sini menawarkan pertemanan untukmu. Kamu bisa tetap menceritakan kesukaanmu, teman-teman dan keluargamu. Tapi sayang, sudah saatnya kamu tahu, bahwa aku jenuh untuk berpura-pura senang mendengar bahwa aku adalah satu-satunya dalam hidupmu. Aku tidak pernah percaya dan tidak akan percaya. Jadilah dirimu sendiri. Kenapa harus bahagia dengan kebahagiaan sesaat jika kamu bisa mendapatkan yang nyata?

Semoga kau segera menemukan seorang wanita baik yang akan menyadarkanmu bahwa mempermainkan wanita itu tidak keren sama sekali.


Oleh @Ann_Libriasty Sumber: http://onengjugamanusia.blogspot.com

Dari Hujan untuk Tanah


Kepada Tuan Tanah di tempat.

Terlebih dahulu, aku ingin berterima kasih untuk suratmu tempo hari, hei Tuan Tanah.

Kala itu aku sedang beristirahat selepas lelah bekerja seharian, ketika kawan kita, angin, menerbangkan suratmu ke depan pintu rumahku. Aku pun seketika terkejut mendapati bahwa surat itu darimu. Aku sudah terbiasa mendapat surat dari manusia-manusia yang gemar membubuhkan pujian dan rasa terima kasih untukku, namun kali itu surat tersebut sungguh berbeda. Surat itu darimu, makhluk yang hampir setiap hari kutuju.

Setelah menerima surat yang terulur dari tangan angin, kubawa surat beramplop biru muda yang pada bagian depannya terdapat hiasan gambar dandelion di sudut atas kiri dan sudut bawah kanan itu ke dalam kamar. Wangi kertasnya pun menyeruak ke seisi ruangan seiring kubuka segelnya dan menarik selembar kertas berwarna biru lebih tua yang dilipat secara tiga sisi. Dalam selembar kertas itu ada sekitar enam paragraf tulisan yang kau tulis rapi dengan pulpen hitam yang mungkin seharga dua ribuan –jika memang benar kau yang menulis sendiri surat itu.

Membaca suratmu, seketika ada rasa “deg” menjalari tubuhku. Pada kalimat pertamamu saja, aku ikut hanyut pada pertanyaan, “mengapa kita tidak pernah bertegur sapa?”

Tentu bukan sifat pemalumu yang membuat kita tidak pernah mulai menyapa apalagi bercengkerama. Aku yang salah. Aku lah yang kurang peka. Sejak dahulu kala kau selalu diam di tempat, sementara aku lah yang datang dan pergi seakan-akan aku adalah tamu berkunjungmu. Maka seharusnya aku lah yang terlebih dahulu menyapamu, meminta izin untuk menjatuhkan diri padamu, lalu setiap hari memulai percakapan denganmu seperti kawan lama yang sudah lama tidak bertemu.

Sekali lagi, kurasa aku yang kurang peka. Setiap harinya, setiap waktu aku bertugas untuk membasahi antero bumi, aku hanya mengikuti siklus. Aku terlalu sibuk dengan konsep tugas dan peranku. Jatuh dari langit yang tak pernah kau ketahui berapa jauhnya, lalu jatuh menghantammu, mendingin-dan-basahkan dirimu.

Setidaknya aku harus berterima kasih, karena suratmu itu, aku terdorong untuk mengikis kekurangpekaanku ini. Mari segera bertegur sapa, hei Tuan Tanah. Lalu sembari aku perlahan-lahan jatuh menimpamu, kita akan secara lisan saling bercengkerama. Kau akan bercerita tentang peran hebatmu untuk kehidupan manusia. Kemudian aku akan menjawab rasa penasaranmu tentang perasaan apa yang menghinggapiku tiap kali jatuh menujumu  –karena  aku takut akan banyak orang yang tahu jika aku menjawabnya di sini.

Untuk yang terakhir, aku meminta maaf karena terhitung lama membalas suratmu. Maklumi saja ya, selain karena aku bingung merangkai kata yang agar terdengar apik olehmu, sekarang adalah bulan di mana aku sedang sibuk-sibuknya mengguyur bumi. 

Dari yang selalu membuatmu basah dan dingin,

Hujan.

*(Balasan untuk “Dari Tanah Untuk Hujan“)

Oleh @itashn
Diambil dari http://mengusang.wordpress.com

Penghuni Negeri 1000 Hati


Dear Penghuni Negeri 1000 Hati,

Terima kasih untuk mengingatkanku bahwa persahabatan sejati tidak tentang bertemu setiap hari atau berada dalam satu lensa dalam banyak kesempatan.

Terima kasih untuk mengingatkanku bahwa persahabatan sejati tidak pernah satu arah. Dan  jika kita pernah merasa seperti itu, maka itu bukan persahabatan. Sama sekali.

Terima kasih untuk mengingatkanku bahwa persahabatan sejati adalah, kita bisa tidak bicara bertatap muka selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan dan masih memahami bahwa kita akan selalu ada untuk satu sama lain ketika dibutuhkan.

Terima kasih untuk mengingatkanku bahwa persahabatan sejati tidak tentang berapa banyak hadiah yang saling kita beri atau  seberapa banyak dan sering kita saling mengekspresikan kasih sayang, tetapi tentang apakah kita akan berada di samping satu sama lain di saat kita mengalami kesulitan.

Terima kasih untuk mengingatkanku bahwa persahabatan sejati tidak dapat dipaksa, bahwa itu terjadi secara alami dan tanpa usaha. Bahwa ia mengalir begitu saja.

Terima kasih untuk mengingatkanku bahwa persahabatan sejati adalah murni, dan bahwa kita selalu memiliki pilihan untuk menghentikannya ketika kita tak lagi saling menganggap satu sama lain ada. Tetapi kembali, itu adalah pilihan.

Dan terima kasih telah memilih untuk bersahabat denganku serta meyakini bahwa ada banyak hati yang terbuka dan siap bangkit di luar sana.

Peluk hangat dari balik jendela.

Untuk kalian:

@hotarukika @riane__ @lionychan @melillynda @superluckyphili @neneeesia @kVirgiane @nintafryani @oppsyshanty @korekapikayu @_FHMY @agigratia @biolahitam

Oleh @I_am_BOA kepada Penghuni #Negeri1000Hati
Diambil dari http://mesecretlyyours.tumblr.com