25 January 2013

Baweeeeeeeeel~

Kepada Alexandra,
BAWEEEEEEEEL~
Iya, itu kata pertama untuk surat balesan kamu.

Lexa, yang perlu kamu perhatikan sekarang bukanlah kesehatanku, tapi dirimu sendiri. Kamu yang perlu banyak istirahat selepas kerja seharian. Kamu yang perlu minum vitamin agar tak jatuh sakit. Kamu yang perlu tidur nyenyak ketika malam hingga nanti pagi kembali dengan kesibukannya yang menyita perhatianmu.

Salah? Tidak Lex, aku tidak sedang salah orang ketika memintamu. Toh memang sejak kita bertemu begitu banyak kan tawa yang tercipta? Tetapi semisal kamu memintaku untuk sama-sama bertukar kebahagian, kenapa tidak? Setiap orang berhak bahagia dengan cara yang dikehendakinya.

Segera kabari aku ya jika ada waktumu yang tersisa untuk kita bertemu. Kabari aku jika ada lagi tawa-tawa yang hendak kau bagi untukku. .

Dari,
Adit.



Oleh @merelakan untuk @xeniaalexandra
Diambil dari http://adityadaniel.com/post/41352992251/baweeeeeeeeel

(Hampir) Ikhlas

Selamat pagi, sayang..
Bahagiaku adalah kamu. Hanya kamu.
Tapi seandainya kamu memang tidak bahagia denganku, aku (akan berusaha untuk) rela melihatmu bahagia dengan perempuan lain.
Dan aku akan mulai mencari bahagiaku sendiri setelah itu.
Tentukan pilihanmu secepatnya, aku tidak akan memaksamu pulang lagi.
Aku hanya mendoakanmu untuk pulang. Ini urusanku dengan Tuhan, bukan denganmu.
Selamat malam, sayang..

Ps. I (still) love you.



oleh @meyrzashrie
Diambil dari http://meyrzashrie.blogspot.com/2013/01/hampir-ikhlas.html

Untuk Rindu

Untuk sebuah kosa kata yang kadang tak tahu kemana dia harus bermuara,

Kepada rindu,
Untuk semua rasa rindu yang datang menghampiri, beberapa diantaranya tak tahu kemana dia harus bermuara. Bermuara pada seseorang yang telah memiliki kekasih baru kah, atau bermuara pada seseorang yang akhirnya hanya mampu kamu kamu pandangi dari jauh? Tidak keduanya mungkin. Rinduku hanya belum menemukan tempat dan waktu yang tepat untuk bermuara.
Kamu adalah kosa kata yang pasti semua orang pernah merasakannya. Hanya untuk sebagian orang, rasa rindu menjadi hal yang menyebalkan karena tak tahu harus kemana untuk melepaskan rasa rindunya, dan bagi sebagian orang lainnya rasa rindu menjadi hal yang menyenangkan saat mereka memiliki seseorang untuk melepas rindunya. Melepas rindu adalah hal menyenangkan, terlebih jika itu adalah orang yang kita cinta. Aku selalu mengingat lega dan bahagianya hati saat rindu tahu dengan benar dimana tempatnya harus berada.
Tapi aku tak pernah menemukan waktu yang cukup dalam menghabiskan rasa rindu, berapa lamakah aku harus bersama orang yang aku rindukan hingga rasa itu benar-benar hilang? Yang aku tahu tak pernah ada waktu yang cukup untuk menghabiskan rasa rindu yang dirasa. Berapa lama pun kamu bersama seseorang yang kamu cinta, tetap kamu akan merindukannya lagi di beberapa saat kemudian. Namun kali ini, rinduku hanya berakhir pada layar handphone atau layar komputerku saja, tak pernah menjadi sesuatu yang nyata. Iya, yang aku lakukan hanya mampu memantau apa yang kamu tulis di jejaring sosialmu tanpa tahu untuk siapakah tulisan-tulisan itu.
Rindu ini selalu menjadi milik kamu, seolah tak boleh dimilikki oleh yang lain. Padahal rasa rindu ini berhak aku berikan pada siapapun orangnya, selain kamu. Entah kesengajaan atau tidak. Rindu ini tertahan padamu. Bukan salahmu sepenuhnya, ini hanya karena aku yang belum menemukan penggantimu, pengganti dari tempat dimana kah rasa-rasa rindu ini harus bermuara. Pada akhirnya rindu ini hanya bisa aku simpan hingga aku merasakan rindu yang tak tertahankan dan kemudian rindu itu hilang.
Harus kamu tahu, disini ada rasa rindu yang tetap aku jaga dengan baik hingga dia tahu kemanakah dia harus menuju semestinya, aku jaga dia dengan baik agar tidak sampai pada orang yang salah.
Beginilah aku, yang menjadi pecandu rindu. Suratku untuk sang rindu, berharap bisa turut menyampaikan sekeping rinduku untukmu juga..
Selamat sore.

Aku.



Oleh @maharanifilen
Diambil dari http://penenunkata.blogspot.com/2013/01/untuk-rindu.html?spref=tw

Berjuta Rindu Untukmu

Rindu kamu,
Entah jutaan rindu ini kapan kuucapkan padamu, sudah banyak aku menyimpannya untukmu.
Meski aku tak tahu apa kamu merindukanku juga disana.
Mungkin kamu tak pernah merindukan hadirku, tapi sangat nyata dalam angan aku merindukanmu.
Berjuta rindu untukmu yang hanya terobati dengan temu,
Berjuta rindu untukmu yang terobati dengan peluk,
Berjuta rindu yang terobati dengan cium.
Rindu,
Lima huruf dengan satu arti, dan hanya satu wanita yang akan menerimanya dariku.
Kamu,
Yah cuma kamu yang aku rindukan saat ini.


~ Dari orang yang selalu merindukanmu.



oleh @mazni_
Diambil dari http://dmazni.wordpress.com/2013/01/24/berjuta-rindu-untukmu/

Teruntuk Kamu Yang Telah Pergi

untuk kamu, yang telah pergi.

bagaimana kabarmu? masihkah kau ingat aku? iya, aku. yang dulu pernah bersandar di pundakmu. yang dulu pernah mengusap tangismu. masihkah ingat aku? masihkah?

entahlah, aku hanya ingin mengetahui kabarmu. memang kita tak lagi bersama. tapi bisakah aku menerima pesanmu layaknya dulu? mendengar tawamu seperti waktu itu? entahlah.

untuk kamu, yang tak lagi ada untukku.

tahukah kamu? dengan air mata di pipiku, aku masih menunggumu. entah apa yang ku nanti. yang jelas aku masih menunggu pelukmu untuk kembali. mustahil kah? bagiku, tak ada yang mustahil jika cinta yang berbicara.
tahukah kamu? dengan luka di hatiku, aku masih mencintaimu. aku sadar kita tak lagi bersama. dan mungkin saja tak kan pernah bisa bersama. apakah kita sudah benar-benar berbeda? iya?
tahukah kamu? dengan turunnya embun pagi yang sendu, aku merindukanmu. merindukan keberadaanmu yang kini seakan lenyap tanpa bekas.

dan untuk kamu, yang tak lagi bisa kembali.

burung dan ikan memang bisa jatuh cinta.
tetapi, satu tanyaku...
bagaimana mereka bisa hidup bersama untuk saling menyayangi?
di langit kah? atau di laut bebas? :)




Oleh @lunaisyah
Diambil dari http://luna-aisyah.blogspot.com/2013/01/teruntuk-kamu-yang-telah-pergi.html

Lekas Sembuh Cantik

Untuk kau wanita cantik dalam hidupku…
Mamah.
Selamat siang, nyonya besar. Kamis yang masih gerimis ini aku mengirimkan surat cinta untukmu. Ya, meski kau tidak akan pernah membacanya. Tidak masalah, Mah.
Aku anak perempuanmu, ingin sekali berterimakasih atas segala kasih yang kau berikan selama ini. Selama hampir dua puluh tiga tahun lamanya, kau selalu mencoba memberikan yang terbaik untukku. Meski, kadang aku dibuat bingung dengan caramu menyampaikannya. Maaf, Mah, kalau justru aku kadang salah menangkap maksud baik mamah. Maaf, kalau aku selalu menjadi beban pikiran yang tak habis-habisnya.
Dan tentu, terimakasih atas segala kasih yang selalu kau tunjukan di depan mata atau bahkan yang kau sembunyikan dalam doa.
Aku sayang kau, Mamah.
Mamah, ayo semangat. Harus kuat dong melawan sakitnya. Meski memang membutuhkan proses tidak sebentar, jangan mengeluh terus, nanti badannya ikut ngeluh. Gimana coba? Huhu. Kalau mamah semangat, kondisi tubuh mamah juga pasti membaik. Percaya deh. Tenang, mamah pasti sembuh, yang terpentingkan mamah sudah jauh lebih baik ketimbang bulan November lalu. Maka dari itu, mamah harus selalu bersyukur dan tetap semangat.
Jangan berpikiran bahwa mamah tidak akan sembuh, ini kan sedang dalam proses pemulihan. Dan tentu, ada aku dan kakak-kakak yang lain, yang siap menemani mamah. Bukankah masih banyak mimpi yang ingin mamah wujudkan? Melihat aku sukses dan menikah dengan Dimas Anggara, misalnya. Oh, baiklah, Fedi Nuril saja kalau begitu, Mah. Gimana?
Iya, aku sayang kau, Mamah. Selalu.
Makanya, semangat, ya, Mah. Masih banyak waktu buat kita kok. Mamah harus bersyukur, sudah bisa jalan dengan baik lagi, ya walau belum sepenuhnya bisa berjalan normal. Tenang, Tuhan tahu yang terbaik buat Mamah. Dia hanya ingin mamah istirahat dan tentu, agar aku bisa belajar masak, hihi. Kalau masakan aku nggak enak, protes saja sama dokter mamahnya, ya. Suruh siapa masakannya nggak boleh pake garam dan bumbu masak lainnya. Hihi.
Biar sembuh dong, Mah. Biar nggak darah tinggi lagi dan marah-marah terus sama anakmu yang unyu ini. Jadi, mamah harus tetap semangat. Kita ini kan wanita hebat, lagi sama-sama usaha. Mamah usaha buat sembuh, aku berusaha untuk mimpi-mimpiku.
Semangaaaaaat~
Aku sayang, Mamah. Lekas sembuh wanita cantik.
Dari anakmu yang menyebalkan sekaligus menggemaskan.
Rahmawati.



Oleh @OdetRahma
Diambil dari http://odetrahmawati.wordpress.com/2013/01/24/lekas-sembuh-cantik/

Pemberitahu Rindu

aku rindu, yang tiap mencari tahu kabar dengan mengintip lewat layar, aku doa-doa tiap padamu malam menyapa dan ucap syukur saat padamu pagi kembali.

aku tawa tiap darimu penuh bahagia dan luka saat murung darimu ada. aku harap untuk bahagia padamu yang senantiasa. aku tabah yang setia menunggu darimu sebuah sapa.

dan bagaimana kabarku adalah bagaimana kabar darimu.



Oleh @mengawali
Diambil dari http://catatan-awal.blogspot.com/2013/01/pemberitahu-rindu.html

Berteman Masa Lalu

Di ruangan gelap itu, sekilas aku melihat airmatanya mengalir. Deras. Sampai-sampai bantalnya menjadi basah. Dadanya sesak, meredam isak tangisnya. Melihatnya seperti itu, entah kenapa membuat hatiku pilu. Tapi nggak juga menahanku untuk tertawa. Andai dia tau apa yang menanti didepannya. Ah, kalau bukan karena kamu, aku pasti sudah memberitahunya.

Saat ku tanya, kau bilang, "Airmata itulah caranya menghapuskan sedih. Mungkin dimatamu dia keliatan konyol. Tapi itu wajar kali. Kita memang perlu jatuh dulu sebelum bisa jalan dengan bener, sebelum bisa lari. Ntar sekalipun kita udah jago, kita juga masih bisa jatuh. Ya tapi nggak sesering waktu belajar."

Mendengarmu bicara seperti itu, aku cuma bisa diem. Membuatku semakin senang berada disampingmu. Dari kamu, aku belajar melihat segala hal dari sisi positifnya, belajar memahami dan menikmati hidup.
Kamu juga yang mengingatkan aku kalau hidup itu nggak cuma tentang bahagia. Sedih dan gagal itu juga merupakan bagian dari hidup. Katamu, kalau aku bisa melewati dua hal itu, aku akan menjadi lebih kuat. Kadang terlintas rasa sesal melihat luka yang menggores wajahmu. Rasa ingin mengulang waktu dan menghapusnya. Tapi saat ku bilang begitu, kau malah tersinggung. Kau bilang, "Apa salahnya seperti ini? Luka-luka ini saksi atas cobaan yang Tuhan beri untukku. Aku takut dibilang nggak bersyukur."

Disaat aku sendiri, kau selalu ada untuk menemaniku. Aku benar-benar bersyukur memilikimu. Kau yang membentukku hingga seperti sekarang ini. Membentukku menjadi lebih tegar dan bijak. Karena itu melalui surat ini, aku ingin mengatakan, sekalipun aku ingin, aku nggak pernah dan nggak akan mungkin bisa meninggalkanmu. Karena kamu adalah bagian dari hidupku.

Terimakasih untuk semuanya ya. Sampai bertemu lagi dalam kesepianku, masa lalu.

p.s.  gadis itu? ah itu aku beberapa waktu yang lalu



Oleh @nrsfrn
Diambil dari http://ilrow.blogspot.com/2013/01/berteman-masa-lalu.html

Karena Hanya Semesta Yang Tahu

Apalah arti kata-kata indah jika mereka tidak bisa menghiburmu yang sedang gundah?
Rangkaian aksara hanyalah puisi tanpa makna jika masih ada air mata.
Aku, di sini, berusaha memeluk ragumu.
Jangan bicara jika engkau tak mau. Rasakan saja aku yang bersedih untukmu. Bahkan, kusediakan jutaan kecupan jika engkau mau.
Nah.
Sekarang, menangislah bersamaku. Pindahkan sebagian bebanmu padaku.
Dan biarkan Semesta menjalankan tugasnya, sebagai Sutradara drama dan dilema.
Karena hanya Ia yang tahu, kapan kegundahan ini harus diakhiri.
***
Kalabahi – Alor – NTT
December 2nd 2012


Oleh @noichil
Diambil dari http://noichil.wordpress.com/2012/12/02/karena-hanya-semesta-yang-tahu/

Kepada Surga


Dear Surga.

Bagaimana keadaan di sana? Aku harap baik-baik saja. Ada seorang laki-laki yang tinggal di sana, laki-lakiku. Aku tahu pasti, dia tinggal di sana, karena semasa hidupnya, ia menciptakan banyak sekali surga untukku.

Dia lelaki tua, berumur tujuh puluh dua saat dia berjalan ke sana. Rautnya sabar dan bersahaja. Penuh dengan kharisma dan wibawa.Saat pergi, dia mungkin dalam derita, tapi tak apa, ada kami yang mengelilinginya. Dia bahagia sepertinya.

Apakah ada bidadari untuknya? Apa ia cukup betah di sana? Bisakah kau katakan, bahwa anak perempuannya menanyakannya? Ingin bertemu dalam mimpi, dan ingin bicara? Semasa hidupnya, kami tak banyak bicara, tapi aku tahu ada banyak cinta.

Aku ingat kencan terakhir dengannya. Aku juga ingat senyumnya. Aku juga ingat rasa kopi buatannya. Tak pernah ada yang seenak itu, selalu manis, selalu habis sebelum dingin. Dia selalu hanya bisa minum seperempat gelas, karena kami menghabiskannya. Ia hanya bilang “kok udah abis lagi? Dasar tuyul!” Lalu ia membuat kopi lagi, dan kami habiskan lagi.

Surga, berapa harga yang harus aku bayar padamu, agar membuatnya tetap senang di sana? Aku tak punya banyak harta, bisakah aku tukar dengan jiwa atau senggama?


Oleh @ulansabit
diambil dari http://punyaulan.wordpress.com/

Melupakan Tidak Selalu Baik


Ternyata melupakan tidak sebaik yang aku kira.

Saat itu, entah siapa yang menyetujui terlebih dahulu, kita mengakhiri predikat teman hidup yang sering dibangga-banggakan kepada orang lain. Setelah segala perselisihan kecil yang terselesaikan, membuat lebih erat. Ya, setelah semua itu. Entah apa yang sebenarnya terjadi, aku tidak menahu, mungkin lebih baik memang tidak tahu.

Kamu tahu rasanya tertolak itu? Sedih. Sedih. Sedih. Sedih. Sedih.

Sedih.

Iya, sedih yang sangat sedih.

Lalu kamu pergi, begitu saja, dan mendekati wanita yang senang memamerkan lekuk tubuh dan menggoda para pria. Sedangkan aku, menunggu dan meracuni diri bahwa kamu akan kembali, nanti.

Satu jam. Dua jam. Satu hari. Satu minggu. Satu tahun. Kamu tidak kunjung kembali juga. Tiada kabar.

Sedikit banyak aku berterimakasih kepada kesibukan yang membuatku terfokus pada hal lainnya. Ah ya, aku juga mencoba untuk melupakan, dan itu berhasil, rupanya.

Tetapi, melupakan bukanlah hal yang baik, kukira. Aku terlalu bersemangat melupakan, bahkan aku lupa rasanya mencintai, sedih, hingga cara untuk tersenyum tulus. Buruknya, aku melupakan perasaan, tapi tidak dengan kejadian.

Ah, untuk segala kicauan ini, mari kita masuk ke bagian akhir sekaligus inti.

Maukah kau menjawab hal ini: bagaimana aku bisa merindu dan tidak lupa denganmu, padahal sekalipun kita tidak pernah bersama di suatu tempat?


Oleh @ydkzk
diambil dari http://ydkzk.wordpress.com/

Teruntuk Malaikat Penjagaku


Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Sedang sibuk apa kalian berdua? Terima kasih ya sudah menemani aku, selalu.

Hari ini 12 Rabiul Awal. Hari lahir Sang Tauladan, yang kebaikan akhlaknya tanpa tandingan, yang telah dipilih menjadi utusan Alloh. Ya, ini hari lahir Nabi Muhammad SAW. Dimana memeperbanyak shalawat dan salam adalah suatu kewajiban.

Namun, apa kalian tahu, aku cemas. Aku belum bisa sepenuhnya mengikuti semua hal yang telah beliau ajarkan. Kalian pasti juga tahu tentang segala yang aku kerjakan. Bahkan, tak luput sedikit pun.

Kadang aku ingin selalu bisa berbicara banyak dengan kalian. Tentang apa-apa yang telah aku kerjakan, adakah kesalahan dan kekurangan yang masih bisa dijadikan lebih baik kemudian?

Aku menyadari bahwa aku bukanlah umat yang sempurna, yang bisa mengerjakan segalanya tanpa cela. Semua yang telah aku perbuat, kalian memiliki catatannya. Boleh aku tanya? Apakah timbangan perbuatanku masih berat sebelah? Lebih berat pada hal-hal yang salah? 

Seandainya boleh, aku ingin bekerja sama dengan kalian. Mungkin, kalian bisa lebih sering mengingatkan, ketika aku menjauh dari kebaikan-kebaikan. Setidaknya ada yang siap memberikan jeweran ketika aku mulai payah dalam menuruti aturan.

Aku ingin menjadi insan yang bisa dengan baik mengikuti ajaran, yang benar, tak asal menakar, dan bisa istiqomah tentunya.

Lihat saja, berapa kali aku memperlakukan adzan sebagai panggilan makan? Berapa kali aku menunda sujud wajibku demi membelakan urusan pekerjaanku?

Cukup, baru dua hal saja aku sudah cukup tahu betapa rendah kadar imanku. Aku ingin lebih baik dari itu. Aku mungkin tak bisa melihat catatan yang kalian punya. Namun, dengan selalu menyadari ada kalian yang melekat dalam diriku, semoga mampu menjadikan aku insan yang lebih tahu diri. Tak semena-mena berbuat, apalagi mencelakai nurani.

Terima kasih ya sudah menjadi penjagaku. Di mana pun dan bagaimana pun aku. Semoga dengan berjalannya waktu, aku bisa memperbaiki timbanganku. Jikalau harus berat sebelah, bukan lagi tentang hal-hal yang salah. Sekali lagi, terima kasih Raqib dan Atid 

Aku,

yang bahagia ditemani kalian


Oleh @wulanparker
diambil dari http://lunastory.wordpress.com/

Salam Rindu Dariku, Ya Rasulullah


Ya nabi salam alayka

Ya rasol salam alayka

Ya habib salam alayka

Salawatullah alayka



Senin itu, dua belas rabi’ul awal, beratus tahun silam, telah lahir seorang manusia pilihan. Ayahnya Abdullah, dan ibunya bernama Aminah. Ia adalah sosok manusia teladan seluruh umat. Shubuh itu, ia menangis untuk yang pertama kalinya, dan seluruh semesta bersujud penuh syukur karenanya. Seseorang itu engkau, ya Rasulullah ….

Ini suratku yang pertama untukmu, Ya Rasulullah. Aku … aku begitu kesulitan menemukan kata yang tepat untuk mendeskripsikan engkau. Semua kata mendadak jadi kehilangan fungsi. Semua kata menjadi mati. Engkau lebih dari semua kata indah itu. Engkau sungguh lebih dari semua kata indah itu, Ya Muhammad…

Maafkan aku yang belum mengenalmu dengan baik. Maafkan aku yang baru mengenalmu sebatas cerita ibuku, guru-guru, dan sedikit buku. Maafkan aku yang kadang malah lupa dengan teladan yang telah engkau ajarkan lewat tutur lembut dan perilaku santunmu. Maafkan aku yang kadang masih bersikap seolah engkau tidak pernah mengajariku tentang semua hal. Maafkan aku ya Rasul. Sungguh maafkan aku.

Tapi, apa engkau tahu? setelah aku mendengar sedikit cerita tentangmu itu, aku langsung mencintai engkau, ya Muhammad. Aku terpesona oleh sifat-sifat lembutmu. Aku terdiam mendengar semua kearifan sikapmu. Kisah-kisahmu sungguh menemani masa-masa kecilku. Kisah-kisahmu membuatku semakin yakin bahwa memang engkaulah yang terpilih itu. Engkaulah kekasih Allah. Aku begitu mencintai engkau. Sosok yang selalu kurindukan. Aku merindukan engkau. Aku sungguh rindu kepada engkau. aneh bukan? Aku belum pernah melihatmu, tapi hatiku selalu penuh oleh buncah rindu. Kita belum pernah bertemu, tapi kerinduan ini selalu membuatku tergugu. Menangis p i l u.

Aku iri, ya Rasulullah. Bukan … aku bukan iri pada sahabat-sahabatmu, aku memang iri pada mereka yang Tuhan beri kesempatan untuk bertemu denganmu secara langsung. Tapi aku sungguh lebih iri pada mereka yang kauberi kesempatan untuk bertemu denganmu dalam mimpi mereka. Apa kata hadist? Bahkan setan pun tidak akan pernah bisa meniru engkau meski dalam mimpi sekali pun, bukan? Maka itu pertanda mereka amat beruntung bisa engkau temui dalam mimpi mereka. Kapan engkau bertamu ke mimpiku, ya Rasulullah? kapan? Aku menunggu. Sungguh aku menunggu hadirnya egkau dalam mimpiku. Mungkin hatiku tidak seputih itu untuk bisa bertemu denganmu. Tapi apa aku tidak punya kesempatan untuk bertemu sosok yang amat kucintai? Apa aku tidak pantas berharap? Bukankah aku ini umatmu juga, ya Rasulullah? Datanglah, ya Rasul. Datanglah kapanpun engkau mau. Aku akan selalu menunggu kesempatan terbaik itu datang. Datanglah, aku mohon… biarkan aku meretaskan semua kerinduan ini.

Ya Rasul, terima kasih untuk semua pelajaran yang engkau ajarkan melalui perilakumu. setiap mengingatnya, hatiku selalu basah, jiwaku selalu sejuk. Engkau, kekasih Allah. Seorang yang berhati lapang. Seorang yang tanpa dendam. Seorang yang mempunyai segala sifat baik. Semua perilakumu merupakan teladan. Semua tutur lembutmu merupakan panutan. Maka celakalah kami yang abai, ya Rasulullah… celakalah kami yang selalu lupa kepada engkau. Padahal …. Padahal engkau bahkan di detik terakhirmu masih mengingat kami. Engkau selalu mementingkan kami. Apa yang kausebut ketika itu? Apa yang kausebut ketika malaikat pencabut nyawa telah sampai di hadapan engkau? “umatku, umatku, umatku.”

Kaujuga bahkan meminta agar semua dosa umatmu ditimpakan kepada engkau saja. Begitu, bukan?  celakalah kami yang melupakan engkau, ya Rasul… sungguh celakalah kami yang masih saja bebal.  Celakalah kami yang masih saja abai. Sungguh celakalah kami…

Maafkan aku ya Rasul. Maafkan kami,

Dan berikanlah syafaatmu kepada kami….


Oleh @ulyauhirayra
diambil dari http://ulyauhirayra.tumblr.com/

Pak Posnya Aku


Dear kak iko :))
Itu nama kakak sesungguhnya ? haha iya kali. Awalnya aku nggak tau kalo kakak itu selebtweet sampai akhirnya aku ikutan acara #30HariMenulisSuratCinta dan kakak jadi pak posnya aku :D ahhh aku merasa hina baru tau ada orang seperti kakak. 
Oh iya aku ngerasa gimana gitu mention aku dibalas samak kakak :p Dapat salam dari almarhum kucingku sikasimiro, semalam dia datang kemimpiku trus dia titip salam sama kakak hahaha 
Oh iya (lagi) gimana rasanya jadi selebtweet kak ? enak nggak ? kasiin aku aja sedikit followersnya kakak :p
Dari ulli yang baru tau kalo kakak itu SelebTweet.

Jambi, 
24 Januari 2013


Oleh @ulliulli untuk @gembrit
diambil dari http://asiltawani.tumblr.com/

Putusin Gw Dong...


Plis… putusin gw!!

Udah lama banget gw pengen bilang itu ke elu.

Gw ga sanggup terus-terusan mempertahankan senyum palsu ini lebih lama lagi! GW CAPEK!!

Gw masih bingung dengan cara lu bertahan hanya dengan bermodalkan kenangan?! Cih… kenangan ta*ik kucing bunga pasir!! kalo gw lagi kamar Nobita, gw bakalan buru-buru masuk kelaci meja belajarnya, kembali kemasa lima tahun lalu pake mesin waktu, gw bakal cegah sebisa mungkin untuk ketemu dengan makhluk kayak lu. Ckck, sayang itu Cuma harapan… 

Tapi, ini hebat ya, lu bisa bertahan dengan cinta [terpaksa] ini selama beberapa tahun. Dan gw lebih dahsyat lagi bisa bertahan dengan semua sifat elu yang bikin gw muak!

Plis… tinggalin gw!

gw sangat sangat sangat yakin kalo kita memang ga jodoh. Gw gasuka dengan semua sifat lu! Gaya lu yang sotoy, sok jago, posesif, insecure, gw ga bebas bergaul dengan temen-temen gw, sikap lu yang kasar, apalagi kalo lu lagi ngerasa ga nyaman, semua kalimat bernada intimidasi keluar dari mulut lu. GW TERTEKAN!!!

Plis, nyampe kapan sih lu bertahan dengan rasa-rasa hambar itu? Ga ada harapan lagi dalam hubungan kita ini…

Gw bertahan bukan karna cinta, bukan karna sayang. Gw bertahan hanya karna gw males ribut!  Simpel, tapi sakit disini (baca: hati).

gw cape, cape banget… gw trauma!! bukan cinta atau sayang lagi yang gw rasa disini, tapi takut. iya takut!! gw juga udah cape ngalah terus sama elu.

Gw ga sanggup lagi, hati gw udah bener-bener nolak lu…

jadi gw mohon… mohon dengan sangat putusin gw, kasih kesempatan gw buat hidup lebih baik. Plis…


Oleh: @wenramni
diambil dari: http://wenwenii.tumblr.com

Burgerlijk Wetboek


Dear Burgerlijk Wetboek,

Dalam Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23


 Bagaimana keadaanmu setelah berlaku selama nyaris 166 tahun di Indonesia? Ah ya, aku tahu mereka telah mencabut sebagian ketentuan darimu. Mereka bilang, banyak dari dirimu yang sudah tak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, meskipun sebagian dari dirimu malah dipertahankan. Mereka kemudian mencabut beberapa ketentuan dalam dirimu dengan instrumen hukum yang—menurutku—tak tepat. Harusnya mereka melakukannya dengan undang-undang. Supaya konsisten dan tatanan hukum di negaraku, negara kita, tidak rusak.

Tidak semua orang mengetahui keberadaanmu. Seharusnya, mereka tahu siapa dirimu. Banyak dari mereka yang tak mau mengakui eksistensimu, meskipun mereka menundukkan diri diam-diam pada dirimu. Sebenarnya kau telah memberikan banyak makna dalam hukum Indonesia, terutama dalam makna hubungan pribadi antara orang yang satu dengan orang yang lain, walau perlu diakui, kau memiliki satu kekurangan, yaitu bahasamu sangat sulit untuk dimengerti.

Aku tahu tentangmu, meski tak banyak. Hampir lima tahun aku mengenalmu, namun aku tak pernah begitu mengenalmu dengan baik. Yang aku tahu kau terdiri dari empat buku. Buku I, perihal orang (van personen). Buku II, perihal benda (van zaken). Buku III, perihal perikatan (van verbintennissen). Buku IV, perihal pembuktian dan daluwarsa (van bewijs en verjaring). Akupun hanya mengingat beberapa pasal darimu. Standar saja, Pasal 1313, Pasal 1320, dan Pasal 1338. Belakangan aku mulai mengingat Pasal 1339 dan Pasal 1868 juga. Seharusnya aku mengenalmu lebih dari itu. Aku tahu itu.

Sekarang, aku akan berusaha mengenalmu lebih dekat lagi. Perlahan-lahan aku akan belajar mengerti tentang dirimu. Aku ingin dalam proses mengenal dan memahami dirimu ini menjadi sebuah kesenangan, bukan sebuah keterpaksaan. Aku akan berusaha. Ini janjiku padamu.


Untuk Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Dari seseorang yang berasal dari golongan Inlander (Bumi Putera).

Oleh @kriandianti
Diambil dari http://kriandianti.tumblr.com

Teruntuk Wanita di Balik Selimut Orang Lain


Teruntuk;

Wanita Dibalik Selimut Orang Lain,


Surat ini ku tunjukkan kepada wanita-wanita di luar sana yang berada di selimut orang lain. Yang mengagung-agungkan cinta tanpa memikirkan kebahagiaan orang lain yang telah lama memilikinya. Bagaimana kabarmu? Masihkah bersembunyi menutup rapat rahasia nistamu dibalik senyuman yang kau tebarkan?

Masihkah bahagia saat wanita lain diluar sana menangis saat kekasihnya tak lagi mencintainya seperti dulu? Sudah puaskah dengan permainan-permainan kelaminmu yang kau rekam dalam ingatan-ingatan tembok yang menjadi singasana kebahagiaan orang lain? Bahagiakah kau ketika seseorang yang kau cintai teramat tak mengakuimu karena tidak ingin hubungan terdahulunya kandas?

Entahlah apa yang merasukimu. Pembenaran atas apapun yang kau lakukan nampaknya menjadi kitab suci perjalanan cintamu. Kau selalu menganggap, bahwa cinta tidak pernah salah. Kaupun menganggap kau bukanlah satu-satunya pendosa dalam kisah ini. Ya kau mungkin benar. Ada lelaki disana. Lelaki yang membuatmu hilang akal, membuatmu buta hingga tak lagi mengenali yang mana hitam yang mana putih. Kau dan lelaki itu, memiliki kesempatan untuk memilih. Apakah ini yang menjadi pilihanmu? Jika kau bisa putar-balikan waktu untuk memilih tidak, dan memilih untuk pergi dan mencari kebahagiaanmu sendiri, bukankah lelaki itu pun tak kan sanggup memaksamu untuk menjalani semua ini?

Mencintai seseorang tidak akan pernah salah, itu hakmu. Tapi untuk memiliki seutuhnya padahal kau tahu kenyataannya ada wanita lain diluar sana yang melingkarkan cincin masa depan dengan lelaki yang kau cintai itu, apakah bisa dibenarkan?

Harga diri nampaknya sudah kau jual murah atas nama cinta. Etika tak ayal seperti dongeng orang tua yang tak lagi kau percaya. Ego nampaknya menjadi pondasimu tuk berjalan. Dosa pun nampaknya hanya sekedar prasasti atas gudang-gudang tua di pelosok desa. Keserakahan adalah sarapan yang harus kau habiskan untuk memulai pagi tiap harinya.

Sudakah puas kau wahai wanita pemilik mahkota kejayaan?

Ketika kau tidak hanya mendapatkan permainan-permainan kelamin dari orang yang kau cintai, tapi juga keseluruhan hati dan hartanya. Puaskah kau ketika ia lebih memilihmu daripada cintanya yang telah usang dengan cintanya yang pertama? Puaskah kau ketika wanita lain menangis dan tersiksa hebat ketika cintanya telah kandas oleh permainanmu yang mungkin tidak diketahuinya?

Sadarkah, kau telah menyakiti sesama wanita?

Wanita, iya wanita. Seperti kau. Sadarkah, kau menyakiti sesamamu? Sadarkah, kau menyakiti hati yang tidak pernah bersalah terhadapmu? Sadarkah, kau telah menghancurkan mimpi-mimpi wanita lain yang ia rangkai satu persatu tiap detiknya dan dalam sedetik pula kau hancurkan itu semua? Detik awal saat kau iya­-kan untuk memulai ini semua.

Hargailah dirimu sendiri, wahai wanita. Merusak kebahagiaan orang lain tidak akan membawamu dalam berkahNya. Kau memiliki hak untuk dicintai sepenuhnya, menjadi satu-satunya, diakui, dan dijadikan cinta terakhir. Kau berhak bahagia, ya seperti wanita itu. Ia pun berhak bahagia tanpa terkhianati oleh kejamnya permainan nista dalam selimutnya sendiri.

Pernahkah terpikirkan olehmu, bahwa apa yang terjadi di wanita itu bisa saja terjadi padamu jua?


Tertanda,

Seorang Wanita.

Oleh @iiTSibarani
Diambil dari http://iitsibarani.wordpress.com

Bukan Kode


Berbaik-baiklah disana, kemanapun kamu melangkah, dimanapun kamu berada.
Aku telah mengetahui semuanya, tentang kehidupanmu beberapa waktu ini. 
Berubahlah,
Sungguh sikapmu begitu bodoh untuk tetap mempertahankan prinsipmu yang salah.
Berbaik-baiklah disana, meskipun lingkungan sekitarmu mengajarkanmu untuk berprilaku buruk.
Aku tak kan memohon kepadamu,
hanya saja berharap didalam hati mulai saat ini dengarlah nasehat yang pernah ku berikan untukmu,
untuk menjadi seseorang yang bisa dihargai oleh semua orang.
bukan untuk menyakiti dirimu sendiri.

Aku selalu berdoa untuk kebaikanmu, percayalah

Oleh @inndaah_
Diambil dari http://coco-bii.blogspot.com

Aku Tunggu Kamu Pulang


Sayang, sudah malam, kenapa kamu belum pulang?

Ketuklah pintu rumah, aku menunggumu di dalam. Lampu masih kunyalakan, aku tak ingin ketiduran.

Sayang, pulanglah, kamu masih membawa kunci cadangan kan?

Sayang, ini sudah malam, pulanglah, roboh dalam pangkuanku, berpeluk dalam selimut hangat.

Sayang aku akan bukakan pintu, aku ingin menghambur dalam pelukmu.

Sayang, aku tak lagi marah…

Sayang, sudah larut, jangan menyetir dalam marah.

Sayang, sudah…jangan marah, aku tunggu kamu pulang.

Sayang, kabut turun perlahan, aku takut di rumah sendirian.

Jangan marah, aku tunggu kamu pulang, air hangat sudah ku siapkan, tungku perapian telah ku nyalakan, begitu juga kopi dan makanan kesukaanmu.

Sayang, jangan larut dalam amarah, aku tunggu kamu pulang…

Oleh @hauranazhifa
Diambil dari http://hauranazhifa.blogspot.com

Kepada, Lelakiku Dahulu


Kepadamu, lelakiku dahulu..

Kamu pernah menjadi pijakanku, duniaku berputar padamu dulu dan mungkin sampai saat ini. Aku lupa hari, tak ingin terbangun lalu mendapatimu ada di sisinya, perempuanmu.

Kepadamu, lelakiku dahulu ..

Sadarkan aku, menunggumu di ujung jalan itu hanya kisah tahunan lalu bukan untuk nanti.

Kepadamu, lelakiku dahulu …

bahagialah dengan cinta barumu, tanpa aku di sisimu

Salam

Yang masih mencintaimu

Oleh @hutamiayu
Diambil dari http://hutamiayu.tumblr.com

MR. (SOK) GANTENG


Halo, @shandyputraa

Salam kenal dari aku yang suka berisik di antara surat-suratmu. Aku tukang pos yang sering membuat keributan ya? Maaf, tapi aku memang sedang menyebar semangat menulis. Semoga kau sudah ketularan sedikit  .

Selama ini aku melihat kau begitu rajin di antara teman yang lain. Belum pernah sekalipun kau kutemukan absen menulis, dan hebatnya lagi kau bahkan ikut projek yang lain dari poscinta, yakni #duahati. Semangatmu itu kau dapatkan dari mana? Aku salut.

Sebaiknya aku memanggilmu apa? Shandy atau Putra? Well ya, karena katamu kau ganteng, aku manut saja. Barangkali memang ganteng, nanti kau buktikan saja kalau kau bisa datang pada acara gathering poscinta, jangan lupa catat tanggalnya.

Surat ini surat untuk terima-kasihku pada semangat menulismu, yang bahkan aku sendiri – tak bisa melakukannya, banyak surat-suratku yang tak tertulis. Jadi selamat ya, telah melampaui banyak orang dalam hal menulis surat cinta. Tapi jangan lupa untuk terus belajar agar suratmu semakin bagus ya  .

Sekian dulu dan selamat hari ini.
Salam perangko,

Ikavuje

Oleh @ikavuje kepada @shandyputraa
Diambil dari http://eqoxa.wordpress.com

Gaun Merah

Jam 17 : 09
 

Sore ini aku mengingat sekelebat pesan yang pernah aku baca dari salah satu sahabat bayangku.
Seorang teman yang ada di pikirku, yang selalu menari untuk beri inspirasi dalam lekuk - lekuk garis otakku.
Sebut saja namanya Nila.

"Hai Bunda, apa kabar?

Bunda, aku sudah menjadi seorang yang berarti. Meraih cita masa kecilku, menjadi seorang penulis. Pencerita kata - kata yang berbaris menjadi kalimat penyusun cerita - cerita cinta. Iya, bun aku sudah berhasil menciptakan karyaku sendiri. Kalau kau bisa melihat, tengok rak buku tema romansa di toko - toko buku itu, berikan perhatianmu pada buku bersampul warna merah, dengan tulisan "Benang Merah" sebagai penjelas judul buku itu.

Bun, kamu pasti tersenyum bangga bila melihat buku itu. Cerita cinta seorang ibu yang rela memberikan apa saja demi keberhasilan anaknya. Rela berpeluh dan menyembunyikan bulir air mata untuk kesuksesan anak tercintanya.

Bunda gaun merahmu masih ada di lemari bajuku. Tertata rapi dan masih anggun.

Bun, ingatkah dirimu saat dahulu kau memainkan mesin jahitmu dengan benang merah yang terlampir. Kau dengan telaten membuat satu gaun indah untuk aku pakai di kelulusan SMA ku. Walau aku masih mencak - mencak untuk membeli, kau dengan sabar meladeniku dengan membuatkan gaun yang jauh lebih indah. Sederhana tapi penuh cinta.

Bunda. Terima kasih banyak. Dengan gaun sederhana itu semua perhatian tertuju padaku. Walau dahulu aku tak sempat ucap terima kasihku padamu, karena gengsi dan kesalku, tapi kau tetap memberi dengan senyum dan penuh kasih kau mengecup keningku.
Di acara itu, Aku bak seorang ratu, dan tahukah kau bun, pria tampan yang aku suka diam - diam itu mendekatiku loh bu, dan saat ini tahukah kau bun, dia sudah jadi kekasih hatiku. Hehehe Bun, anakmu udah dewasa loh bu, udah punya pacar loh.

Bun. Sekarang aku sudah bisa beli gaun lainnya untuk aku pakai. Tapi kenapa ya gaun itu kalah indah dengan buatanmu dulu, bun? Bun, kau designer terhebat di hidupku. Terima kasih ya bun.

Bun, aku sayang padamu. Pengorbananmu kepadaku sangat tak terbalas. Kau rela membanting tulang sebagai pejuang tangguh. Dengan rela dan tulus hati bekerja mengganti almarhum ayah untuk memberi kualitas terbaik untuk masa depan anakmu.
Bun, terima kasih. *air mataku menetes nih, menulis ini*

Bun. Aku ini berhasil menghasilkan satu buku. Tapi entah aku nulis surat ini kepadamu seakan tak bisa sempurna. Aku getir dan getar dalam menggoreskan kata - kata untukmu. Aku, aku, aku tak tahu harus berucap apa untuk menyenangkanmu.

Bunda, Nila kangen bunda. :'(

Bunda, tadi aku nyoba lagi gaun bikinanmu, kekecilan sih. Hehe, aku kan udah gede. Tapi aku tetap cantik dibalut gaun merah itu. Bunda, aku suka gaun buatanmu. Kalau bisa, aku mau engkau bikinin gaun lagi.

Oh yaudah bunda, suratku cukup segini dulu. Aku benar - benar kagum terhadap gaunmu dulu, dan aku juga kagum terhadap cinta besar yang tak akan pernah bisa terbalas olehku. Terima kasih bunda.

Bunda, semoga kau bangga dengan pencapaianku saat ini.
Terima kasih bunda, tetap tersenyum dan jagain aku dari surga ya.

Dengan cinta dari anakmu,
Nila"

Surat itu terlampir cantik di pikiranku. Mungkin saja bisa menjadi cerita yang dapat terbagi. Ketika seorang anak yang bisa berucap terima kasih atas jasa seorang ibu yang selalu kekal sepanjang masa, Abadi. 


oleh @sunoesche
diambil dari http://essayoflove.blogspot.com

Tunggu Aku, Malaikatku

Untukmu,

Ada beberapa perasaan yang sulit aku ungkapkan, atau mungkin belum waktunya diungkapkan. Sudah sejak lama kita bersama, atau menyatu lebih tepatnya. Makan dari apa yang kau makan, minum dari apa yang kau minum. Berbagi nafas bersama, dan kau selalu menjadikan aku yang utama.

Sejatinya ini adalah perjalanan paling panjang yang kutempuh. Sungguh aku tidak sabar bertemu denganmu, kita sudah begitu lama mengenal. Kamu pasti lupa denganku, tentu saja aku pun saat nantinya mengakhiri perjalanan ini akan lupa dengan perkenalan kita yang berlangsung beribu masa. Ingatkan aku bahwa kita sudah mengenal begitu lama, jauh sebelum kita tercipta.

Senang rasanya bisa kembali menemuimu, merasa bersamamu, melangkah bersamamu. Maaf jika ternyata aku membatasi gerakmu. Terima kasih telah bersedia menerimaku menjadi bagianmu dan terima kasih untuk waktu tidak terbatas yang nantinya kita habiskan bersama, juga atas cinta yang tidak akan ada habisnya kau berikan. Saat aku tiba, aku akan menggenapi hidupmu dengan cinta seumur hidupku.

Surat ini akhirnya aku simpan erat di dunia yang tidak berbatas dan tidak bermateri, di sini waktu adalah sesuatu yang aku kuasai. Aku tidak peduli, karena sebentar lagi aku tiba. Jarak kita begitu dekat, namun ada dimensi yang menjadi pembeda. Mereka menyebutnya amnion, rongga sejenis balon yang menjadi pelindung paling aman bagiku.

Sepertinya apa yang ingin aku katakan ini telah kau ketahui karena detak kita yang seirama. Tunggu aku, tentu kamu tidak sabar bukan bertemuku? Saat aku tiba, tersenyumlah karena akhirnya kita bersama juga; setelah sembilan bulan kau mengandungku.



tertanda,

kau selalu memanggilku Ameera Kavi


oleh @sedimensenja
diambil dari http://sedimensenja.wordpress.com

For You, Juan Diego

My Dear, Juan

I just wanna say “You are a crazy bastard Director”. Your latest movie, “Upside Down” didn’t fail me at all. The idea about two planets came so close to each other and people there almost touching, each planet has its own gravity laws, with the upper planet being the ruling corporate utopia, drowning in wealth and luxury, sucking out the life of the lower planet, which is plunged into a deep energy crisis, always amazed me.

I made my own summary for that movie “Love can makes people do some crazy and dangerous in their live to get it”. A Love story about Adam and Eden  exactly can replace Bella and Edward ini Twilight Movie. You break Law of Gravity by Newton when i saw Adam and Eden kiss each other with both feet flying.

Dude, you are awesome.

If i may quote from Sveta Piatakova “Upside Down is a perfect example of the escapism that modern cinema is: perfectly pretty and irreversibly empty.”. Down Below, Up Top, Transworld  some words seriously make this movie sounds cool. Again, Bravo, Monsieur.

Je vous adore.



oleh @starlian
diambil dari http://starlian24.wordpress.com

Kepadanya yang Ingin Kupanggil Lagi, Papa.

Apa kabar Pa? Ah lama sekali sepertinya aku tidak memanggilmu dengan panggilan itu.

Pa, apa Papa ingat? Saat papa tergesa pulang dari tempat Papa bekerja karena mendengar kabar dari tetangga aku demam tinggi, panas yang mengungkung tubuhku belum juga turun dari kemarin. Kau menimangku dalam dekapmu. Kau senandungkan lagu untukku, yang terus mengigau memanggilmu. Sebenarnya aku bahkan sama sekali tak ingat cerita itu, aku hanya mendengarnya dari Mama, yang juga mengingatnya samar, kata Mama, umurku belum lagi genap lima saat itu. Pa, meski begitu, itu adalah kenangan terindah yang aku miliki tentangmu. Dan aku mengingatnya, seolah itu adalah ingatanku sendiri.

Aku mulai membiasakan diri memanggilmu Ayah, seperti kakak-kakak tiriku memanggilmu, mungkin itu yang seringkali aku rasa, aku bukan anak kandungmu.
 

Sejak saat itu, dimana aku terbangun, dengan badanmu menindihku, kau memainkan…. ah sakit sekali Pa, tiap kali aku membayangkannya. Meski saat itu aku tak paham sama sekali apa yang terjadi. Aku baru lulus dari sekolah dasar kala itu.

Selang beberapa waktu, kata-kata itu mengalir dari mulutmu.
“Mau jadi lon**, kamu?!” Hardikmu sambil mendaratkan tamparan di pipiku. Aku masih dalam balutan seragam putih abu saat itu, Papa marah, karena aku pulang terlambat setelah menghadiri ulang tahun sahabatku.
Apa aku anak kandungmu Pa? Sampai doa kejam itu terucap dari dirimu? Itu seolah menjadi kutukan panjang dalam hidupku.

Pa, usiaku kini menginjak 27 tahun, sudah terlalu tua ya Pa, sudah seharusnya seorang laki-laki menghadap kepadamu, memintaku pada dirimu, kemudian menerima ijab darimu atas diriku. Tapi, hingga saat ini, aku masih sendiri Pa, bukan, bukan karena tak ada lelaki yang mendekatiku, bukan juga karena aku terlalu memilih seperti apa calon pendampingku. Aku hanya takut Pa, aku takut lelaki itu nanti akan menjadi sepertimu, dan lelaki itu akan mendidik anak kami seperti kau mendidikku dulu.

Pa, terakhir kali kita bertemu sudah bertahun-tahun lalu, saat kau tiba-tiba muncul di hari raya. Jujur saja, saat itu tubuhku gemetar, kata-katamu usai pengadilan memutus cerai hubunganmu dengan mama beberapa waktu sebelumnya, masih menerorku. “Lihat saja, hidupmu tidak akan selamat” kau mengancamku, sambil ngengacungkan kepalan. Aku pasrah, kalau saat itu kau menghantamku. Ya memang aku yang meminta pada Mama untuk berpisah denganmu. Semua itu karena aku terlalu sakit untuk setiap hari harus melihat kau menyiksa Mama lahir dan bathinnya.
 

Aku masih ketakutan Pa, mungkin masih ada sedikit marah juga terselip di sana. Meski di hari itu juga, aku telah memaafkanmu.

Kau tahu Pa, jauh di lubuk hatiku, aku merindukan Papa, merindukan dekap hangat Papa, bukan Ayah, yang tiap kali di rumah, kita seolah bermain petak umpet, karena kau maupun aku enggan saling menyapa. Aku rindu Papa, yang mungkin tak pernah mengajariku ini itu, tapi membuatku belajar untuk tidak menjadi seperti Papa.

Pa, apa kau pernah merindukanku? Apa kau pernah bersyukur Tuhan mengirimku menjadi penerus terakhirmu? Karena menurut cerita Mama, kau berkali-kali mencoba menggugurkan kandungannya saat aku masih dalam perut Mama.
Pa, aku ingin bilang, aku sayang Papa, dan sekali saja aku ingin mendengarnya darimu “Papa juga sayang kamu nak” .

Dari aku, yang di dalam darahnya mengalir juga darahmu, anak yang tak pernah kau harapkan adanya.


oleh @si_kura
diambil dari http://lycheeicedtea.tumblr.com

Surat Cinta (?)

Dear pengetuk pintu kamarku,
 

Aku... pertama kalinya mengirimkan surat kepada ‘sesuatu’ yang bahkan tak bisa kulihat jadi... haruskah aku ucapkan salam?
Oke, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kukatakan. Jadi... begini. Aku tidak tahu apa yang menarik dari rumahku, aku tidak tahu apa menariknya kamarku, aku juga tidak tahu apa menariknya aku untukmu. Aku benar-benar ingin tahu sebenarnya apa yang kamu inginkan? Kenapa harus kamarku? Emm... bukannya bermaksud tidak sopan tapi... kamu tahu semua orang butuh istirahat dan ketukanmu pada kamarku itu benar-benar membuat tidurku kurang nyaman.
 

Mungkinkah kamu butuh teman? Kalau butuh aku akan menemanimu... di mimpi. Ya, di mimpi saja kita berkenalan. Masuklah ke syarafku atau apalah, lalu kita berkenalan. Dengan cara baik-baik tentunya. Akan lebih baik kalau aku sadar wujudmu itu tidak nyata, ketimbang aku ‘melihat’mu. Aku tidak setegar itu. Imanku tidak setegar itu.
Dan... jujur ya. Aku percaya Tuhan, aku punya agama, tapi bukan berarti aku mempercayai ‘wujudmu’ begitu saja. Asal kau tahu saja aku selalu mencari alasan logis apa yang menyebabkan ketukan di kamarku—dan aku belum menemukannya sampai sekarang! Tapi itu bukan berarti aku langsung men-judge dirimu dengan apapun-yang-mereka-katakan makhluk halus. Aku akan mencari alasannya.
*dalam hati berdoa kalau itu bukan makhluk halus*
Tetapi apapun—atau siapapun, apalah terserah—kamu, aku akan menerimanya selama tidak membahayakanku juga. Aku tahu kamu ‘makhluk’ baik. Sampai sekarang kamu belum menindihku sampai mati, jadi kamu pasti baik. Nah, karena kamu baik, aku rasa kita akan berteman dengan menyenangkan. Dan pertemanan itu akan terjalin kalau kita saling menyamankan diri.
 

Kenapa kata-kataku makin berbelit-belit sih?
Intinya... salam kenal. Aku tidak akan mengganggumu, jadi aku mohon dengan amat sangat kamu juga tidak melakukan apapun yang bisa disebut mengganggu. Mungkin begini; kalau kamu ingin mengetuk pintu kamarku, bisakah menunggu sampai aku tertidur sangat pulas sehingga tidak akan mendengarnya?
Aku juga tidak bisa menerka-nerka lagi sih apa yang menyebabkanmu suka mengetuk pintu kamar. Tapi kamu tahu? Saat kamu mengentuk pintu kamar, imajinasiku mendadak liar; apakah setelah ini gulingku akan berubah menjadi pocong? Apakah setelah ini selimutku akan berubah menjadi rambut kuntilanak?
Kamu tidak mau kan aku suudzon kepadamu? Well, siapa tahu sebenarnya kamu vampir sekelas Cullen, atau penguasa maut sekelas John Hayden, atau pokoknya makhluk lain yang tampan-tampan?
 

Amin. Amin. Amin.
Jadi... tunjukkan saja. Tapi di mimpi. Di mimpi, please. Aku ini super penakut. Menginjak gerombolan semut yang lewat saja aku takut. Jadi aku harap kamu mau menemuiku di mimpi. Aku bisa menerima wujud apapun kok di mimpi. Mimpi saja ya? Kumohon.
Sekian surat protes cinta dariku. Aku harap kamu mau membaca—meskipun aku tidak tahu kamu punya koneksi internet atau tidak. Terimakasih. Sekali lagi, terimakasih.
 

Salam cinta,
 

Emm... haruskah aku sebut namaku?

oleh @tullatul
diambil dari http://gulajawadua.blogspot.com

Surat Tak Berharga

Untuk @HanaOei ..

Kamu apa kabar? Sedang baikkah? atau sedang bahagia? atau sebaliknya? Iya, semoga kamu baik-baik aja sehat walaifat. Oya, selain itu bagaimana kabar hati kamu? Semoga gak pernah ada kesakitan lagi yang datang pada kamu. Aku berdo’a sepanjang malam untuk itu.

Apa kamu ingat sekarang tanggal berapa? Aku tahu, ini pertanyaan konyol bukan? Tapi sekali lagi aku tanyakan, apa kamu ingat sekarang tanggal berapa? Tidak-tidak bukan itu. Maksudku, apa kamu ingat tentang kita beberapa tahun lalu?

Aku tahu jawabanmu dan jawaban hatimu pasti berkata tidak. Bagimu, yang lalu tetaplah yang lalu kan? Tapi bagiku, ini belum berakhir. Aku masih sama, yang berbeda sekarang ialah hilangnya kehadiranmu saja.

Aku tak mau berpanjang lebar pun bebelit-belit. Yang aku mau sekarang, apakah kamu bersedia untuk mengingatku sekali saja? Atau hanya sekadar menyapaku dengan kalimat “Hai? Apa kabar?” untuk sekali saja? Atau membalas surat ini? Itu sudah lebih dari sekadar cukup bagiku.

Jujur saja aku merindukanmu..

Oya aku nemu sesuatu buat kamu.

Remember this?

image 

And This?

image

Terima Kasih telah membaca surat tak berharga ini.. :))

oleh @taasnim untuk @HanaOei

diambil dari http://kemastasnim.tumblr.com

The Blue

Teruntuk kesayanganku,

Setelah kurang lebih kebersamaan kita, maafkan aku jika terlalu banyak goresan goresan luka yang aku torehkan. Maafkan aku jika aku terlalu sering bersikap kekanak-kanakan padamu, memaksakan kehendak di luar kemampuanmu demi kesenanganku semata.

Sungguh, hidupku tanpamu hampa. Hidupku tanpamu tak karuan. Bisa kamu bayangkan, akan ada banyak orang yang protes jika aku berpisah denganmu. Kirim email tak akan semudah yang ku bayangkan. Pun teman-temanku tidak mampu lepas dari teman-temanmu. Begitu berarti kehadiranmu bagi hidup kami.

Di semester ini apalagi. Kamu selalu menemaniku. Tak sekalipun kamu mengeluh. Bahkan ketika aku masih belum memejam hingga dini hari kamu masih setia menemaniku.

Kesayanganku, sampai kapanpun kamu tidak akan tergantikan, hanya kamu The Blue, laptop kesayanganku, :’)



oleh @supervitha
diambil dari supervitha.wordpress.com

Rindu Itu Sederhana

Rindu itu sederhana. Sesederhana aku mengingat masa lalu.

Kepada kamu, muara semua rinduku.

Sampai saat ini aku masih ragu. Aku masih belum mengerti bagaimana proses semua ini terjadi. Saat aku mendapat nomor handphone kamu, saat pertama kali kita bertemu dan bicara panjang, sampai saat dimana kita memiliki rasa untuk saling menjaga. Semua terjadi begitu saja, tanpa rencana dan rekayasa.

Aku pun tidak mengerti kenapa sampai detik ini aku mempunyai rasa yang amat dalam kepadamu. Kamu cuek, kurang perhatian, kita jarang sekali bertemu, jarang komunikasi, jarang makan bersama, jarang jalan bersama, semuanya jarang.

Kita bukan LDR lho, tapi mengapa untuk bertemu saja sulit? Aku tahu, kamu punya kesibukan yang sulit untuk kamu tinggalkan. Tapi, sedikit saja dari waktu kamu untuk memberiku kabar.

Kepadamu, dengan rindu yang bergumpal. Aku rindu kamu. Sumpah, aku rindu. Aku rindu ketika menghabiskan waktu berjam-jam berbicara dengan kamu. Aku rindu suara kamu. Aku rindu melihat wajah kamu saat kamu bingung. Aku rindu semua yang ada dalam diri kamu.

Kepadamu, dengan sejuta rindu yang kutitipkan pada bintang. Pernahkah kau berpikir tentangku seperti aku berpikir tentangmu? Atau setidaknya kamu memikirkan diriku?

Sekarang, aku tak ingin apa-apa lagi selain kamu ada di hidupku. Hadir dalam setiap hari-hariku. Menyapa aku “selamat pagi”.

Aku bahagia bersama kamu. Dengan apa yang telah kita lalui selama ini. Aku bangga dengan hubungan kita. Tetap terjaga karena kita saling percaya. Tetap satu meski kita berdua.

Aku rindu roti isi keju selai kacang yang kamu beri saat hari pertama Ujian Sekolah dulu. Diam-diam kamu meletakkan itu di mejaku tanpa aku tahu. Aku rindu melewati malam bersama kamu di salah satu restoran cepat saji. Kita berbicara tanpa arah, mencoba menggambar dengan bintang yang ada di langit, main tebak-tebakan dengan struk. Dan, ini yang paling aku rindu. Bagaimana kita hanya punya uang 20.000 tapi bisa berada di sana selama 7 jam lebih.

Kepada kamu, dengan rindu yang kian menusuk.

Aku masih di sini, di tempat awal pertama kita menyapa.

Di tempat pertama kita bertatap mata.

Semua terjadi begitu saja.

Tanpa harapan, tahu-tahu kita menjadi nyata.



Aku masih bisa memandangmu lewat jarak.

Ratusan kilometer bukan halangan atas rindu yang terkuak.

Tetap menyusun kasih di atas serangan muak.

Merajut mimpi meski semakin kurasa sesak.



Terang sorot lampu masih tak mampu meredakan samar.

Jutaan sinar bintang membuatku tak sabar.

Keinginan bertemu walau cuma sebentar.

Melepas rindu yang semakin berkobar.


Cobalah sedikit saja untuk memahami.

Jeritan dera perasan ini.

Menjahit luka karamnya hati.

Pada saat pertemuan kita nanti.


Kadang, aku tak butuh kata rindumu. Aku butuh cintamu. Aku butuh waktumu untuk bertemu. Hanya itu. Selamat menempuh hidup baru, Andhika. Semoga keputusanmu meinggalkanku pergi adalah yang terbaik. Maaf atas semua salah. Benar katamu, kita yang salah. Tuhan yang benar.


Dari yang tak akan pernah bisa memilikimu utuh,

David



oleh @shandyputraa
diambil dari http://anotherdidhurt.tumblr.com

Halo Laki - Lakiku

Halo laki-laki berkaos oblong dan sandal jepit.

Coba katakan pada aku, apa sebenarnya mantra sihirmu. Lama-lama aku bingung, kenapa berhenti mencintaimu sama susahnya dengan menjilat ujung hidungku sendiri? Kenapa tidak tertawa pada semua lelucon basimu sama susahnya dengan membangun menara dari kartu remi?

Halo laki-laki yang terobsesi menjadi keren.

Coba kamu sekali-sekali bertanya ke aku, seberapa besar aku mencintaimu. Aku pasti akan diam saja. Karena aku kehabisan kata-kata. Bukan. Bukan berarti cintaku sebegitu sempurnanya, hanya saja aku terbiasa mencintai kamu tanpa kata-kata. Dan aku tahu aku tidak perlu itu.

Halo laki-laki berperut buncit.

Coba saja kamu tahu seperti apa hari-hariku. Aku bukannya selalu mencari cara untuk membuat kamu selalu mencintai aku. Sebaliknya aku selalu menabahkan diri sendiri, bersiap jika seandainya kamu direnggut suatu hari. Atau jika tetiba rasa cintamu berhenti. Tapi, halo kamu, aku benar-benar tidak pernah takut. Aku cuma takut sendiri akan menguasaiku, tapi aku tahu kenangan akan kamu tidak akan pernah kubiarkan mati.

Halo laki-laki dengan sedikit ekspresi.

Coba sekali saja kamu tunjukkan pada aku, kamu belum berhenti mencintaiku. Lalu aku berjanji, aku akan berhenti berpikir kamu akan pergi.


oleh @santaaurelia
diambil dari http://santa-aurelia.blogspot.com

Girl With 1000 Angels

Kepada Perempuan dengan seribu malaikat pelindung,

Aku beruntung, mempunyai seorang teman, sahabat dan kakak sepertimu. Saat Allah menciptakan dirimu, dia sudah tahu bahwa kamu adalah cahaya keluarga, menceriakan, menghangatkan, menerangi keluarga. Dengan gaya, pikiran dan semangatmu, kamu menjadi begitu sempurna dengan adamu.

Kak,

Semua orang selalu berusaha menjadi yang terbaik. Mengejar kesempurnaan dengan segala cara. Menjadikan satu tujuan tanpa menghiraukan keadaan. Kamu tidak pernah seperti itu. Kamu hentikan semua keinginanmu untuk memberikan ketenangan dalam keluarga. Kamu tiup cita-citamu menjauh dan menarik seluruh keluarga ke dalam pelukanmu. Aku sendiri tidak akan sanggup sepertimu. Tapi kamu hilangkan semua urusan dunia, menggali-gali lubang kemarahan, ketidakadilan, kebencian dan menutupnya dengan doa dan senyuman.

Kak,

Semua wanita mengidolakan seorang pangeran. Memujanya dengan segala kata-kata dan ketulusan seorang wanita. Ketika sang pangeran menyakiti semuanya berubah, menangis tujuh hari tujuh malam dan tidak percaya lagi atas pangeran. Bagimu, pangeran itu adalah Papa. Dan tidak ada yang melebihi dia. Kekecewaan, keraguan, harapan-harapan palsu, semuanya sudah kamu pahami dengan jelas. Sehingga kamu selalu menjadi tegar. Selalu bisa menghadapi pria-pria  yang bertopeng pangeran. Kamu berikan ketulusan, dari awal sampai akhir, tanpa pernah menyerah atas namanya cinta. Cinta itu ada, yakinilah ia. Bertahan sampai kamu bertemu dengan cinta yang sesungguhnya.

Kak,

Setiap ibu menginginkan anak yang baik. Kamu tidak memberikan satu kata itu kepada Mama, tapi seluruh pengartian dari kata baik itu sendiri. Pengorbanan, ketabahan hati, kekuatan lahir dan batin, semua yang kamu miliki kamu berikan kepada mama dan kami, keluargamu. Siapa yang bisa bertahan menjaga ibunda bertahun-tahun, menemaninya melawan rasa sakit? Mengorbankan seluruh perasaan, keinginan, memendam hasrat untuk mencari kesenangan dunia, semuanya kamu lawan demi Mama. Dari subuh sampai tengah malam, dari tempat tidur sampai ke kamar mandi, semuanya kamu sanggupi. Aku rela kalau Mama lebih banyak mendoakan dirimu. Karena kamu memang pantas mendapatkan perlindungan dunia dan akhirat dari kami semua.

Kak,

Setiap adik menginginkan satu, seorang kakak sepertimu.

Berbahagialah, berbahagialah selalu di setiap hari-harimu.

Happy beautiful day, my lovely sister!

Peluk cinta,
Adikmu yang selalu mengagumimu.


Ditulis oleh : @donagotwit untuk @zeeinme
Diambil dari http://piethstop.wordpress.com

Untuk Kamu, Makhluk Aneh Dari Pluto


Untuk kamu mahluk aneh dari Pluto.

Suratmu telah kubaca sedari tadi pagi. Maaf lama ku balas. Otakku terlalu kacau kala itu, tidak marah kan?

Aku cuma mau bilang terimakasih sama kamu, karena kamu telah rela meluangkan waktumu yang sedikit itu hanya demi menulis sepucuk surat untukku. Jujur, aku sampai detik ini bingung harus menulis apa di surat balasanku ini. Aku tidak begitu pintar menyusun kata-kata dan merangkainya hingga menjadi sebuah kalimat yang puitis. Aku terlalu kaku.  Jadi, sebelumnya aku minta maaf jika surat ini isinya tidak sepuitis surat yang kamu tulis untukku.

Terimakasih juga kamu ternyata masih mengingat senyumku seperti apa. Karena jujur saja, aku hanya tersenyum saat mata kamera menangkapku saja, selebihnya bibirku ini susah sekali untuk tersenyum. Bukan berarti aku jutek lho, aku hanya merasa malas saja. Di duniaku tak ada hal yang luar biasa untukku senyumi. Kehidupanku monoton, biasa saja. Mungkin beda dengan duniamu, seperti yang ku lihat nampaknya begitu banyak warna disana.

Ah, kamu membayangkan kita saling bertatapan di bangku kereta ya, aku masih mengingatnya kok. Saat pertama kali kita saling mengenal, bertukar kata tentang kereta, bercakap tidak jelas seperti sedang bermain drama puitis, sungguh sangat aneh jika ku ingat kembali. Tapi aku suka.

Oia,  maaf  jika di awal surat aku menyebutmu dengan sebutan  “mahluk aneh dari Pluto”. Aku juga tidak tahu kenapa, kata-kata itu muncul begitu saja di benakku.  Habisnya, kamu memang aneh sih.  Kadang-kadang kamu seperti begitu antusias saat membalas pesan singkatku, tapi terkadang juga kamu seperti orang yang bosan berbicara denganku. Aneh kan? Iya kamu aneh, hehehe.

Hey mahluk aneh,

Aku sebenarnya tidak suka saat kamu bilang suaraku “serak basah”. Aku benci kata-kata itu dari dulu. Entah kenapa, pokoknya aku membencinya.  Jangan bilang seperti itu lagi ya. Sedang apa sekarang? Aku bingung mau menuliskan apalagi di surat ini. Oia, satu lagi, jangan pernah menjanjikan sesuatu hal padaku.  Aku memang orangnya pelupa,  tapi tidak semua hal aku bisa lupa begitu saja. Janji seseorang misalnya, aku tanpa  sengaja entah bagaimana caranya, setiap janji yang di keluarkan seseorang padaku pasti akan teringat terus-menerus. Dari janji yang kecil, sampai janji yang terlalu besar aku bisa mengingatnya dengan jelas. Jadi, jangan berjanji apapun padaku ya.  Takutnya aku menaruh harap pada janjimu, tapi tidak bisa terpenuhi. Itu akan menyakitkan nantinya.

Hey mahluk aneh, nampaknya aku mulai kehabisan kata-kata. Aku sudahi saja ya.

Aku senang bisa mengenalmu, bisa berbicara tentang apa saja, meskipun tidak jelas tapi aku menikmati setiap kata yang mengalir begitu saja.  Yasudah, terimakasih telah membaca suratku, jika  sempat, balaslah suratku segera.  Bye!

Dariku untuk  kawan baruku.


Ditulis oleh : @ekapusp untuk @deus_amoris
Diambil dari http://justrendezvous.wordpress.com

Sebuah Undangan Di Halaman Masjid


Kamu ingat kapan akhirnya kita bertemu kembali?

Iya saat itu Idul Fitri 2012 lalu, seusai semua orang menunaikan ibadah Shalat Idul Fitri dan bersalam-salaman meskipun tidak saling mengenal hanya sekedar silaturahmi dan meminta maaf.

Saat itu aku hendak menuju halaman masjid lalu melihatmu sedang berdiri disana, dan akhirnya kita pun saling bertatapan seolah mengenal, sambil menerka dan mengingat itu siapa?

Iya kita memang pernah saling mengenal, pernah dekat dan sudah dekat. Itu sekitar 17 tahun lalu saat kita sekolah dalam lingkungan yang sama pada sebuah komplek sekolahan yang terdiri dari 5 Sekolah Dasar, meskipun tidak satu sekolah.

Semesta saat itu pun seolah memang menakdirkan kita untuk terus dekat, pagi kita sekolah dasar dan siangnya sekolah agama dan kita pun satu kelas.

Banyak hal yang sering kita lakukan saat itu, dan tidak pernah tau serta merencanakan hal apa yang akan terjadi dimasa depan, ya begitu polosnya kita berdua saat itu.

Sejak akhirnya kita bertemu kembali disebuah halaman masjid, bersalaman dan bertegur sapa tentang kabar yang selama ini terjadi.

Banyak hal sudah berubah terutama tentang isi hati, ternyata kita berdua sama-sama terlambat dalam menyampaikan isi hati sampai akhirnya sama-sama sudah ada yang memiliki.

Sore ini kau pun menjanjikan bertemu disebuah halaman masjid seperti saat pertama kali kita bertemu, untuk menyampaikan kabar bahagia tentang penyatuan dua keluarga. Aku senang mendengarnya dan terlebih tau pria yang akan mendampingimu adalah seorang pria yang baik yang kelak akan jadi imam untukmu dan aku pun percaya itu.

Masjid ini memang memiliki banyak cerita, dari masa kanak-kanak sampai akhirnya kita telah beranjak dewasa.

Serta bertemu dan berpisah di masjid ini.



Ditulis oleh : @fqdh_
Diambil dari http://duatujuhsore.tumblr.com

But Then I Did


I promised you that you would always be the only one in my eyes. You believed that whenever we were on our dates, I would never look at someone else. But then I did.

I promised you that you would always be the only one I ever texted and talked to on the phone. You believed that I would never respond to those who flirted at me. But then I did.

I promised you that you would always be the only one in my heart. You believed that I would never fall in love with someone else. But then I did.

I promised you that I would always be there for you every time you needed me. You believed that I would never leave your side. But then I did.

I promised you that I would always keep all my promises. You believed that I would never break them. But then I did.

I promised you that I would always accept what happened no matter what. You believed that I would never wonder how it would feel like if I were you, and if you were me, and if everything were the other way around. But then I did.

If I were you, I would never believe in anything I said.


January 24
― a man who believed too much



Ditulis oleh : @dennyed
Diambil dari http://dennyed.tumblr.com