19 January 2013

Surat Kaleng untuk @Muhadkly

Dear Mas @Muhadkly aka Acho, 

Jangan kaget kalau kamu menerima surat kaleng, aku lagi ikutan #30HariMenulisSuratCinta yang tema Jumat ini berupa Surat Kaleng. Ini bukan surat kaleng anceman atau hujatan, justru sebaliknya. Surat ini berisi pujian dan godaan. Kenapa surat kaleng? Ya, karena kalau surat nikah, takutnya kamu belum siap. Maaf ya mas, kalau aku menggoda. Sedikit saja, gpp ya. :")

Mas Acho, kamu lucu ya. Dengan segala twitmu dan segala keanehan tempat tinggalmu. Aku sekarang punya hobby baru sama kakak kalau lagi makan. Dari dulu kalau makan senangnya nonton tv atau film. Tapi sekarang cari video-video StandupComedy dan pilih @muhadkly open mic, atau battle of comic atau standupcomedy. Terus ngakak bareng sambil makan. Makanan yang tadinya biasa aja, bahkan kadang nasi nya keras atau sambalnya kurang enak (maklum, kami kurang pintar masak) jadi gak terasa sama sekali. Bawaannya udah kenyang aja. Mungkin karena makannya sambil ketawa bahagia ya. Iya, mungkin karena kamu juga. 

Kamu lumayan cakep juga. Senyum kamu manis dan ramah. Kelihatan banget dari cara bicara kamu, sepertinya kamu orangnya rendah hati. Tapi kamu kenapa kurus banget? Kalau kamu pakai kemeja, kelihatan banget kurusnya. :( Jaga kesehatan, makannya teratur. Apalagi saat musim banjir gini, moga-moga di Free York gak banjir ya. Dan sholat 5 waktunya jangan tinggal. Supaya cantik luar dalam. Iya loh, cowok juga penting menjaga inner dan outer beauty. 

Mas, kamu lucu. Udah ya? Tapi yang ini lucunya lain. Lucunya waktu kamu suka dengan tiang listrik. Masih ingat sama kekasihmu yang tinggi panjang berwarna keabu-abuan itu? Aku tertarik sama kamu karena itu, karena kamu bisa sejomblo akut gitu, sampai tiang listrik dipacarin. Tapi ada loh yang pacarin Menara Eiffel di Paris, bahkan udah menikah, nama cewek itu Erika Eiffel. Kalau kamu berniat menikahi tiang listrikmu, aku dukung kok. Dukung nyeburin kamu ke kolam, biar langsung sadar. (maaf ya, yang ini bukan anceman). 

Sekian aja surat dari aku. Kalau kamu gak merasa tergoda, ya gpp. Kata orang bijak, kegagalan itu adalah keberhasilan tertunda. Kalau kata orang pintar sih, ya minum tolak angin aja. 

Always stalking, 
Your secret stalker. 

Surat Kaleng untuk @ASanyyy


Selamat sore, Kamu.

Sore di sini diguyur hujan. Bagaimana soremu di sana – yang entah di mana?

Sebelum kamu mulai hanyut dalam genangan kata-kata dalam surat yang kukirimkan ini, boleh kalau mau sambil minum kopi atau bakar dulu sebatang rokokmu. Agar kamu bias membacanya dengan santai. Aku tak akan memberatkanmu seperti yang sudah-sudah. Aku hanya akan menuliskan hal-hal sederhana yang tak sempat ku sampaikan.

Bagaimana kabar hatimu? Ah, dia pasti sudah lama menemukan bahagianya, ya? Karena tetap berjalan menuju masa depan denganku mungkin adalah keputusan yang salah untukmu. Aku bukanlah perempuan yang kau inginkan ada di masa depanmu. Selama ini, yang kita jalani sepertinya adalah gabungan antara mimpiku dan keterpaksaanmu yang dibalut rasa kasihan. Begitu?

Menyedihkan sekali jadi aku. Kita beriringan ke masa depan. Aku dengan riang dan hati meletup, sementara kamu susah payah menyeret hati dengan pikiran datar. Setidaknya inilah yang belakangan ku sadari.
Tapi tak apa, masa itu sudah lama lewat. Toh kita sudah terbiasa tidak lagi membicarakan perihal cinta dan tetek bengeknya. Kita mulai nyaman dengan ruang yang kita bangun berdua. Ruangan baru bersekat status. Ruangan yang membuatku hanya bias melihat siluet dirimu yang terpantul cahaya msa lalu. Tanpa bias menyentuh, tanpa bisa direngkuh olehmu.

Banyak hal yang kemudian ku alami setelah kepergianmu. Banyak cerita yang tertulis dalam lembaran hatiku yang kau tinggalkan tergelak di meja hidup. Kau mau dengar ceritaku?

Oh iya, silahkan teguk dulu kopimu.

Kau mau tahu kabar (hati)ku? Kau tahu, hatiku sudah jauh lebih baik. Meski lebam biru bekas hantaman cinta semumu masih jelas terlihat, setidaknya hatiku mau berjuang menyembuhkan dirinya. Dia bahkan sudah tidak lagi menangis saat disakiti. Hatiku jadi jauh lebih kuat. Hatiku banyak belajar setelahnya. Apa itu terdengar bagus agimu? Semoga.
Awalnya, kupikir tak mungkin mencoba menyembuhkan hatiku tanpa bantuan orang lain. Lalu setelah kamu, aku beranikan diri mencari seseorang yang memiliki penawar. Iya. Aku mencari cinta baru. Hati baru yang siap menjaga.

Aku bertemu dengan beberapa pria, yang tak pernah bis abertahan lama. Dalam hitungan hari, mereka perlahan mundur. Tak sanggup. Hatiku mengidap penyakit setara kanker stadium 4 yang kemungkinan sembuhnya mencapai nol persen. Sepertinya ini yang membuat mereka menyerah.

Akhirnya kuputuskan membiarkan hatiku disembuhkan waktu. Lagipula kupikir, tak adil rasanya memaksa oranglain melakukan sesuatu yang mestinya menjadi tugasku; menyembuhkan hati.

Dan lagi, bagaimana mungkin menghadirkan cinta baru sementara di dalamnya masih disesaki penghuni lamanya. Benar. Kamu tak pernah benar-benar mati di hatiku. Kamu menyubur, mengakar. Aku bahkan harus berebut tempat denganmu di hatiku sendiri. Aneh! cinta tak bisa dipaksa tumbuh ketika dia belum menyelesaikan cinta yang sebelumnya. Tak bisa.

Kau tahu, bahagiaku yang paling adalah ketika bersamamu. Hari-hari yang kulewati denganmu adalah waktu terbaik yang pernah aku punya. Kita pernah menghabiskan semalam suntuk di kaki merapi. Dan momen terbaik yang terekam jelas di otakku adalah malam singkat dihujani ratusan nyala kembang api dalam pelukanmu. Meski hatus melawan hujan setelahnya hingga pagi hari. Kamu yang terbaik. Setidaknya saat ini, belum ada yang sanggup mengambil seujung saja posisimu di hatiku. Tak pernah ada.

Dan kalau boleh jujur, hanya saat bersamamu aku menemukan diriku. Aku tak perlu menjadi siapa-siapa. Kau membuatku berani bermimpi. Berani menginginkan. Termasuk berani menginginkanmu yang tak menginginkanku. Ironis.

Tunggu. Jangan dulu bakar rokok keduamu. Suratku sudah hampir selesai.

Aku hanya ingin mengatakan betapa aku sangat merindukanmu. Masih banyak hal yang ingin ku ceritakan padamu. Tentang hari-hariku bersama teman-teman. Tentang dunia kerjaku. Aku pun ingin mendengar banyak kisah yang kau alami setalah tak lagi ada aku di sisimu.

Dan dengan siapapun kini kau habiskan hari-harimu, mohon agar kau harus lebih bahagia. Bias? Bagus!

Tak perlu kau balas suratku. Balas saja rinduku agar aku kembali berani hidup.
 
Suratku selesai di sini, sejauh kata rindu. Tapi cintaku padamu tak pernah selesai.

Salam,


Aku
Perempuan penyimpan cinta untukmu 



Surat Kaleng untuk @RafkiHaris

Terimakasih Banyak, Kak! 

Teruntuk kak @RafkiHaris.

Assalamualaikum kak. Maaf sebelumnya kalo saya kirim-kirim kayak gini. Hehehe. Gak ada maksud apa-apa sih cuma ingin mencoba membuka tali silahturahmi.
Ohya, karna ini surat kaleng jadi identitasnya rahasia haha. Hmm saya itu salah satu penggemar tweet-tweet kak Rafki. Kayaknya kalo baca timeline kakak adeeeem gitu sekalipun hati lagi kalut banget kayaknya. Baca timeline kakak ngebuat saya lebih menyadari kalo Allah SWT itu gak jauh dari kita malah dekeeeet banget lebih deket dari urat nadi. Bahkan dengan membaca timeline kakak, saya belajar untuk lebih mensyukuri semuanya, semuanya yang baik dan semuanya yang gak baik. Dan yang terakhir, dengan membaca timeline kak Rafki membuat saya belajar untuk tidak menyimpan dendam di dalam hati. :)
Pertama kali liat kak Rafki di acara Wisata Hatinya ust. Yusur Mansyur. Eye catching banget waktu itu hahaha. Dan ternyata kakak calon dokter. Satu kata yang terlintas di pikiran saya, subhanallah! Udah sholeh pinter lagi, gimana gak jadi calon suami idaman tuh? Hahahaha:] Trus ust. Yusus Mansyur ngasih twitter kakak, makanya hari itu juga saya langsung search dan follow. Satu bulan setelah follow kakak, ternyata kakak ramah sama siapa aja yang mention kakak, saya juga tadinya berpikir buat mention kakak, tapi kayaknya belum ada topik yang pas. Akhirnya ada satu topik yang paas banget dengan hati dan saya akhirnya mention kak Rafki daaan dibales. Seneng? Seneng banget! Saya jadi tau kalo gak ada gunanya buat bales orang yang udah jahat sama kita.
Di surat ini, saya mau bilang makasiiiih banget buat tweet-tweetnya. Tetep ngetweet kayak gitu ya kak! Dan tetep ramah sama orang-orang yang mention. Hmmm kata pak ustadz, setiap abis sholat boleh ya sholawatin kak Rafki? Kali aja kita ketemu beneran hahaha. Ohya satu lagi, semangat ya kaak jadi dokternya. Semoga kakak selalu bisa nlong orang-orang yang membutuhkan dan selalu dalam berkah dan lindungan Allah SWT. Amin:)
Bosen ya kak? Yaudah segini aja dulu kak suratnya hehehehe.
Wassalamualaikum wr.wb.



Dari,
R.

Surat Kaleng untuk @Azh_Man

Buat seseorang yang pengen banget dapet surat dari gue, @Azh_Man.


Jangan senyam-senyum gitu sih dapet surat dari gue. 
Sebenernya surat tiap jumat itu surat kaleng, tapi berhubung lo selalu bilang 'Dibilang buat gue aja' tiap gue nanya (sama diri sendiri) buat ngirim surat kesiapa, yaudah deh gue berbaik hati ngirimin lo surat ini.  Ya, walaupun lo pasti udah tau ini surat dari siapa. 
Gue juga bingung sih mau nulis apaan. Lo mau gue tulis apa nih disini? Mumpung gue lagi gak ada kerjaan dan lagi berbaik hati (ʃƪ‎)
Jangan nyari surat ini di blog gue, gak bakal gue post disitu. Jangan re-post surat ini di blog lo juga. Jangan biarkan orang lain tau. Cukup kita berdua dan tukang pos cinta yang ngirimin ini ke lo. (sumpah ini bukan surat cinta buat loooooo)
Gue bingung nih mau nulis apa, secara ketemu juga belum pernah kan (walau menurut lo udah). 
Oh iya, waktu itu gue mimpiin ada orang ngaku-ngaku dia itu Yonghwa gegara lo obsesi banget jadi Yonghwa, eh sebentar, lo obsesi jadi Yonghwa nya atau.................. Gak jadi ah. haha XD
Untung sih di mimpi itu bukan lo yang ngaku-ngaku, kalo engga itu mimpi bisa makin serem.
Kadang juga sih gue suka sebel kalo baca mention lo ngaku-ngaku Yonghwa, ya walaupun kadang juga suka lucu sendiri (bukan lo nya yang lucu, tapi mention lo nya, please jangan salah paham. lo kan suka ke-GR-an).
Berhubung gue sampe sekarang gak tau lagi mau nulis apa disurat ini, udah ya suratnya sampe sini aja. Jangan sedih gitu suratnya cuma berakhir disini. Setidaknya gue udah berbaik hati kan ngirimin lo surat. Anggep aja lo gak tau ya ini surat dari siapa, soalnya ini surat kaleng. Tapi, jangan anggep gue secret admirer lo juga. Camkan itu~! hehe XD

Dari, istrinya Yonghwa.

Surat Kaleng untuk @setyadewi_92


Depok, 20 November 2012

Kepada: Setya Dewi Sarti ( @setyadewi_92 )

Dear, kamu. Tanpa ragu-ragu, aku menuliskan ini untukmu.

Hai, sudah lama tak bertemu, sehingga aku hampir bosan menelan rindumu setiap hari. Bagaimana kabarmu? Apakah adikmu bertambah lagi? Aku harap tidak, ya. Hehehehe...

Aku tak tahu, entah hal apa yang terjadi padaku sehingga dengan berani aku mampu menuliskan ini. Surat ini, kali kedua aku menulis surat untukmu. Setelah surat pertama yang tak pernah tersampaikan kepada kamu yang dahulu pernah aku tulis. Sudahlah, tak perlu diingat lagi hal yang kemarin. Ups, bukan kemarin, dulu maksudku.

Ingin sekali rasanya bertemu kamu. Setelah hampir 4 tahun yang lalu kita terakhir bertemu. Aku masih ingat betul kejadiannya. Di depan Mushola (yang katanya akan dibangun Masjid tapi nyatanya sampai sekarang Masjid itu belum jadi juga), tepatnya di warung samping SMP kita persis. Malam itu, kamu luar biasa cantik. Mungkin, kamu akan menyangkal kalimatku barusan, atau tersenyum-senyum sendiri. Tapi, sejujurnya, kamu sungguhan cantik. Setidaknya di mataku begitu.

Mungkin kamu tahu, sejak pertama kali kita bertemu saat Taman Kanak-Kanan dulu, aku telah jatuh hati kepada kamu. Kamu juga tahu, tiga kali sejak SD, SMP, SMA, aku membutuhkan kamu untuk jadi pengisi waktu-waktuku. Namun, kamu selalu menolaknya. Bahkan, kamu dengan sesuka hati kamu memainkan perasaanku dengan semua harapan-harapan maya yang selalu kamu beri setiap kamu datang padaku.

Aku bahagia, meski kamu hanya menganggapku sebagai teman kecil. Aku selalu ingin pingsan saat kamu mengirim pesan singkat. Lalu aku menjadi bingung harus menempatkan dimana mukaku saat kedua orang tua dan adik-adikku menanyakan kabar tentangmu. Aku juga bingung, bahkan dengan hati ini, yang selalu saja menginginkan kamu untuk ada di dalamnya.

Aku selalu menyukai angka sebelas. Aku menyukai angka sebelas karena aku ingat bahwa itu bulan ulang tahun kamu. Menurutku, sebelas itu unik. Dua angka satu yang berdiri bersama-sama, berdampingan. Cukup. Tidak kurang, tidak juga lebih. Seperti cinta yang pada seharusnya. Yaitu cukup. Pas. Hingga pada akhirnya aku tahu. Mengapa hingga sampai saat ini kamu belum singgah di hatiku. Karena cintaku padamu berlebihan. Cintaku kepada kamu terlalu besar. Dan aku sadar, aku pernah mendapatkan kesempatan untuk memilikimu. Namun, telak, aku melewatkannya. Maafkan aku ya, Leek. Kini aku pun belajar berusaha untuk tidak mencintai kamu secara berlebihan. Sehingga aku memaksa
untuk bisa merelakan hati kamu berlabuh ke hati mana saja yang kamu mau.

Leek, sejauh ini, aku belum tahu hal apa yang membuatku insomnia selain kamu. Setiap malam, sesampai aku kembali ke rumah setelah seharian bergelut dengan pekerjaan. Kamu yang diam-diam mengintip saat aku harus mengerjakan deadline untuk keesokan pagi. Kamu yang bersembunyi di balik jendela kamarku—yang memaksaku untuk menoleh ke arahnya. Kamu yang membias di layar laptop, sejenak membuatku menghentikan jari untuk mengetik. Kamu yang berbisik lirih dalam setiap angin yang berhembus masuk melalui celah-celah ventilasi. Kamu yang menutup mulutku saat menguap menahan kantuk. Kamu yang samar-samar muncul dalam asap setiap kali aku menghisap rokok. Kamu yang secara khayal menitipkan cium di bibir gelas pada setiap kopiku.

Ah, kamu Leek, kenapa sih selalu ada di mana saja tempatku ada?

Hingga saat ini, aku (pura-pura) lupa. Hal yang seharusnya—dan dari dulu—aku lakukan adalah merelakanmu. Membiarkan kamu terbang dengan kedua sayapmu kemana saja kamu mau. Namun, kadang, sebuah pertanyaan tidak cocok dengan segala jawaban. Seperti halnya pertanyaan “Mengapa aku masih saja menginginkan kamu?”

Sejak dulu, bahkan sampai detik di mana aku menulis ini, aku masih berusaha mencari jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu. Seperti kata Dr. Seuss, “Sometimes the questions are complicated and the answers are simple.” Bagiku, entah memang pertanyaannya yang rumit atau memang jawabannya yang rumit, aku tak peduli. Satu yang pasti, aku belum tahu jawabannya. Mungkin, jika kamu memiliki jawaban untuk pertanyaan tadi, segera beritahu aku!

Oh iya, Leek, aku menjadi suka menulis. Aku tak tahu hasrat dan bisikan darimana yang menyebabkan aku menjadi suka menulis. Awalnya, aku hanya menuliskan kejadian sehari-hariku. Lalu, seiring berjalannya waktu, aku menjadi suka menuliskan hal lain. Seperti cerpen, sajak, naskah film panjang atau pendek, bahkan puisi. Yaa, meski naskah cerita filmku belum dilirik Produser, barangkali memangharus aku sendiri yang mewujudkannya menjadi bentuk audio visual.

Aku pernah menulis sedikit puisi untuk kamu. Dan aku akan menuliskannya kembali (alias copy) puisi tersebut untuk kamu. Semoga kamu suka, yaa...

Aku adalah pagi.
Kamu seperti puisi yang menjelma embun.
Yang menyisakan basah pada jantung-jantung daun.

Kamu adalah pelukan nyanyian-nyanyian burung,
yang lambat laun hilang diterpa hujan.

Matamu serupa jarum.
Aku bosan menjadi puisi yang kautenun.

Kamu serupa matahari,
yang curi-curi pandang pada bulan,
sesaat setelah dikumandangkan adzan Shubuh setiap akhir pekan.

yang memilih tetap tinggal dalam kesombongan awan-awan.

Kamulah harapan dalam setiap wajah yang memandang.

Aku adalah malam.
Kamu bulan yang membisikkan puisi pada bintang.
Aku cemburu.

Aku sebuah cangkir.
Kamu kopi yang selalu memeluk seluruh tubuhku setiap pagi.

Kamu adalah matahari.
Aku embun,
yang diam-diam ingin merasakan hangat kasihmu tiap pagi.

Aku matahari,
kamu bulan.
Berada di tempat yang sama tapi tak saling sapa.
Selalu berpapasan tapi tak pernah bersentuhan.

Kita adalah sedih yang bermuara di ujung yang sama: air mata.
Lalu kita terpisah dengan bahagia yang sama pula: hati yang berbeda.

Kita adalah sepasang sayap yang terpisah jarak di punggung malaikat.
Diam-diam saling sentuh saat pekat.
Kita hebat.

Itu baru yang sepotong, masih ada sepuluh lagi yang kayak gini.
*okay, itu kata-kata di iklan cokelat, maaf*

Tengoklah sisa basah pada kaca jendela kamarmu.
Padanya, telah kuselipkan doa agar kamu senantiasa bahagia.

Hujan, barangkali pertanda awan rindu dengan tanah.
Biarkan mereka saling sentuh.
Agar mereka tak lagi cemburu pada kita.

Gerimis itu,
kecup yang kau titipkan pada embun saat malam lupa menyatukan kita.

Senja membuatku tenang.
Malam membawaku terbang.
Namun, hanya kepadamu aku kembali pulang.

Kita pernah kehilangan kesempatan.
Itulah sebab mengapa kini kita diperbudak harapan.

Ada sekat di antara senyummu.
Mungkin kau menahan diri,
atau barangkali tersirat pesan bahwa kau akan pergi?

Setiap malam.
Selalu ada aku, kamu, dan mimpi yang belum terwujud: Kita.

Sampai sekarang, aku masih tidak mengerti.
Aku yang keliru atau hatimu yang ambigu.

Aku hanya belajar memahami bahwa mencintaimu bukanlah kesalahan.
Juga belajar menerima kehilangan tanpa harus ada kesedihan.

Aku lupa cara benar untuk jatuh cinta.
Sehingga aku begitu saja jatuh kepada kamu.

Andai masa lalu kamu bisa terima aku.
Mungkin kita tak akan sejauh sekarang.

Ia tak pernah memaksamu tinggal.
Hanya saja, kamu yang memilih tinggal: di hatinya—yang telah terisi
orang lain penggantimu.

Tuhan, sembuhkanlah hatinya.
Yang tengah terluka sekian lama.
Agar ia mampu tersenyum padaku, sesaat saja.

Tuhan, lindungilah hatinya.
Hati yang akan menempatkan aku di sana.
Untuk selamanya.

Kehilanganmu.
Entah aku harus bersedih atau bahagia.
Saat melihat kau menemukan orang yang kau cinta.

Kutemukan sisa kecupmu dalam pekat.
Entah mengapa kau begitu hebat.
Ah, sial! Aku datang padamu saat terlambat.

Ya, begitulah. Beberapa penggalan (sebut saja) puisiku. Sebenarnya masih banyak lagi, namun jika kutuliskan semua di sini, yang ada ini menjadi kumpulan puisi. Bukan surat yang kutulis untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Eh, keceplosan. Duh, jadi ingat, kan. Aku menuliskan ini untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada kamu. Bukan malah curhat panjang lebar. Maaf ya, Leek.

Aku tak mengerti, sampai detik ini aku masih sebegitunya dengan kamu. Ini yang menjadi beban untukku, atau mungkin untuk kamu juga. Bagaimana jika kamu menjelaskan kepada diri kamu tentang hal yang kamu sendiri pun tak mengerti? Itulah sebabnya aku tak bias menjelaskan kepada kamu mengapa sampai sekarang aku masih seperti ini. Namun, aku percaya, kita telah sama-sama dewasa dan mengerti.

By the way, selamat ulang tahun yang ke-20, ya. Ciyeee udah kepala dua. Semoga yang terbaik akan selalu menghampirimu. Semoga kamu bias menjaga kesehatan kamu. Menjaga hati kamu juga, eh, keceplosan lagi. Pokoknya yang terbaik untukmu. Kerjaannya lancar, kuliahnya jalan terus sampai lulus. Semoga, suatu saat kita bisa bertemu lagi, ya.
Selamat ulang tahun, Setya Dewi Sarti.

Sebenarnya, bersama surat ini, aku ingin menghadiahkan kamu sebuah buku kumpulan surat cinta. Bukan, buku itu bukan aku yang menulis. Buku itu aku beli tahun 2009. Namun, tiba-tiba, aku mengurungkan niat untuk memberikanmu buku kesayanganku itu. Buku yang menjadi salah satu pemicuku untuk lebih giat belajar menulis. Jangan tanya mengapa aku mengurungkan niatku, aku tak akan jawab. Mungkin, suatu saat jika kita merencanakan sebuah pertemuan, akan kuceritakan dan kubawa buku itu.

Baiklah, Leek, aku tak ingin buang-buang waktu kamu terlalu lama untuk membaca surat ini. Sekali lagi, Selamat Ulang Tahun.


Dari yang dulu pernah mencintaimu secara berlebihan..