15 January 2013

Prolog : Surat (Hampir) Larut

Gerimis,

Saat aku menulis surat ini hujan turun rintik-rintik, malam masih terus berlanjut detik demi detik. Apa kabar kamu? Semoga semesta selalu memberi bahagia untukmu, karena jika kamu bahagia maka aku senang karena ada doaku yang dikabulkan-Nya. Kamu tahu pasti doaku itu apa.

Gerimis, ada yang perlu kamu tahu tentangku dan rindu. Aku kadang muak dengan rindu ini, karena tak sekalipun sempat ku muntahkan ke pelukanmu. Kamu tahu, apa lagi yang lebih menyiksa? Kita berada di tempat yang sama namun tidak dapat berjumpa. Aku sering memuja mimpi, membujuknya untuk menghadirkan citra tentangmu. Aku berhasil, mimpi selalu berbaik hati namun saat bangun aku patah hati. Segala tentangmu hilang saat aku membuka mata.

Gerimis, serupa hujan yang turun deras di luar sana, rindu menghujam kepalaku keras-keras. Sepertinya ia tahu aku sedang mendamba pertemuan yang tak kunjung tiba. Sekiranya kamu tahu, rindu selalu menjadi juara setiap malam hingga kadang aku kewalahan sendiri mengalahkannya. Sekarang aku hanya mematikannya lewat garis-garis pada tanggalan. Garis-garis rindu yang selalu juara, tapi tunggu saja, aku akan menang sekali. Di tanggal pertemuan kita, bulan depan.

Tertanda,

Si penumpuk rindu pada tombol-tombol ponselku.




oleh @sedimensenja
diambil dari http://sedimensenja.wordpress.com

No comments:

Post a Comment