29 January 2013

Aku Tidak Tahu


Kepada kamu disela-sela dunia barumu,

Aku tidak tahu bernama apa rasa ini? Aku tidak tahu betulkah rangkaian rasa ini berdefinisi cinta? Aku tidak tahu benarkah kamu objek istimewanya? Yang aku tahu, kamu tidak sepenting itu dulu. Kehadiranmu sangat menyamankanku untuk selalu berada di dekatmu. Mana mungkin segalanya tertuju padamu, jika ada orang lain yang memalingkan pandanganku waktu itu? Meski dulu kami memang tidak resmi, tapi dia seperti bisa mengisi. Tadinya memang begitu kukira. Tadinya memang begitu kurasa. Tapi ternyata tidak. Aku salah jatuh, aku salah sangka, kukira dia ternyata kamu.

Aku tak pernah sadar sepenting itu kehadiranmu bisa membuat hatiku bergetar. Tepatnya mungkin saat ada perempuan lain yang coba mendekatimu, yang pelan-pelan memalingkan wajahmu dari aku, yang memberikan sekat pembatas agar kita tak lagi memiliki hubungan erat. Meski aku belum tahu bernama apa rangkaian rasa itu, tapi aku sudah mulai merasa kehilangan kamu. Betulkah tawa itu sudah ada yang mensponsori? Betulkah hari-harimu sudah tidak lagi sepi? Betulkah tidak ada lagi harapan untukku mengisi? Betulkah sebentar lagi kau sudah ada yang memiliki?

Aku takut. Aku takut kehadiran perempuan itu bisa menghilangkan peristiwa-peristiwa sederhana yang bisa membahagiakan kita. Aku takut ada jarak kecil yang lalu perlahan-lahan membesar, hingga kita kehilangan ritual-ritual manis tanpa sadar. Tapi jikalau bahagiamu itu bersama dia, aku bisa apa? Mungkin mulai dari sekarang, aku harus berancang-ancang. Mungkin aku harus membiasakan diri untuk terlepas dari ekspektasi untuk bisa kau kumiliki.

Bisakah kusebut ini cinta ketika aku melepaskan dia dan ternyata kamu tidak memilihku, aku tidak akan menganggap semuanya sia-sia?

Aku yang masih belum mau mengaku


Oleh @lovepathie
Diambil dari http://lovepathie.tumblr.com/post/41693012035/aku-tidak-tahu

Untuk Gadis Paling Ceria yang Pernah Kutemui


Bandung, 28 Januari 2013

Kepada Andica Titis Sofie Nendea — gadis manis yang luar biasa menyenangkan.

Dear Cacha, surat ini memang ditulis untuk memenuhi kebutuhanku yang terus haus akan menulis, dan pagi ini, tiba-tiba terlintas untuk menulis surat untukmu. Kaget ngga, mendapat surat dariku? Ah tapi aku yakin kamu bahkan tak akan menemukan surat ini, makanya aku berani menulis namamu secara lengkap :)

Dear Cacha, apa kabarmu? Terakhir yang kulihat dari status BBM kamu, katanya sedang tidak enak badan? Semoga hari ini sudah membaik, ya, jangan lupa jaga kesehatanmu.

Dear Cacha, sudah lama kita tak bertemu ya? Dulu, jika aku pulang ke Bogor, pasti kusempatkan untuk bertemu denganmu. Eh, jangan salah paham dulu, kali ini bukannya aku tak sempat menemui kamu, banyak urusan yang masih harus diselesaikan di Bandung, bahkan untuk ke Bogor pun aku tak sempat, Cha. Padahal kangen deh, dengerin cerita kamu tentang manis-pahitnya masa putih abu. Gimana sekolahnya? Apa kamu sudah mengiyakan pernyataanku tentang betapa indahnya masa putih abu? Kalau belum, aku yakin kamu cuma belum tersadar saja, tenang ya. Masa-masa ini adalah masa yang paling kamu rindukan beberapa tahun lagi, nikmatilah :)

Dear Cacha, aku juga kangen mendengar ceritamu mengenai salah satu boyband ternama di negeri ini, masih suka sama SM*SH kan, kamu? Aku baru sadar pas kemarin aku lihat di televisi, ketika Morgan kecelakaan tunggal, ternyata dia memang ganteng ya, Cha.. Terus, kalo sama Bang Raditya Dika, masih nge-fans ngga? Anyway, novel Manusia Setengah Salmon karyanya masih disimpan di rak belajarku di Bandung, loh. Akan aku kembalikan secepatnya, ya.

Dear Cacha, apa kabar Mama? Abah? Dhea? Sarah? Semoga mereka selalu dilindungi Allah, ya.. Kalau kakak laki-lakimu yang satu itu, ah tak perlu kusebutkan namanya kan? Bagaimana kabarnya, Cha? Apa dia masih sering berbuat iseng padamu, seperti menggelitiki badanmu hingga kamu hampir menangis? Aku ingat dulu dia sering bercerita tentangmu, lengkap dengan keisengan yang dia lakukan padamu. Ah, pokoknya percaya sama aku ya, yang terpenting dia menyayangimu sepenuh hatinya. 

Dear Cacha, apa dia pernah bercerita sesuatu tentangku? Atau mengenai cerita kami yang kali ini sudah berbeda peran? Hahaha tenang saja, keadaanku baik, dan sepertinya dia oun baik-baik saja. Jika kamu bertanya tentang cerita kami yang kemarin, mungkin kami memang sama-sama lelah, Cha. Lelah untuk bertahan, juga lelah untuk mencoba. Ah sudahlah, jangan sampai aku malah curhat colongan di surat ini. But actually, I’m just pretty curious, did I ever cross his mind? Pertanyaan-pertanyaan tadi cuma kalimat tanya retoris, Cha. Tidak usah kamu tanyakan dan kamu pikirkan jawabannya, ya. 

Dear Cacha, sepertinya kamu mulai lelah membaca suratku yang tak berinti ini, maka sebaiknya aku sudahi surat ini. Kamu baik-baik disana ya, kalau kamu mau bercerita — mengenai apapun, jangan sungkan menghubungiku ya. Oh iya, inget ya sayang, terkadang yang mendewasakan diri kita itu memang keadaan, Cha. Tapi biar saja kamu dewasa karena kebijakan waktu yang mengaturnya, bukan karena kekuasaannya. :)

Dear Cacha, semoga kelak kita bisa duduk lagi di Sop Buah Pak Ewok sambil bercerita dan tertawa bersama, ya.

Peluk jauh,

Aku.


Oleh: @waktuhujansore
Diambil dari http://spidolungu.tumblr.com

Rima


Hai kamu,

Lama aku tak menyapamu, wahai kamu yang membenci rima berikut pecintanya, aku.

Berapa panjang waktu yang telah membuat aku dan kamu saling diam? Berapa tinggi tembok yang sengaja kita bagun untuk saling sembunyi?

Bagaimana? Masihkah kamu membenci rima seperti dulu, meski tak ada aku di situ. Atau, kamu tak lagi menyebut rima sebagai karya yang menyimpan dusta. Ahh.. sebab apa ya kira-kira?

Aku tak lagi mau mendebatnya. Aku biarkan kamu menikmati segala kesalmu yang mungkin saja memang sudah menjadi pilihanmu. Sama seperti aku, yang tetap saja bertahan untuk mencintai rima, bagaimana pun katamu.

Sayangnya, kadang aku merindumu. Mencaci maki rima. Itu membuat aku semakin mencintainya, rima. Aku tak rela melepasnya barang sejenak. Aku tak ingin kami berjarak.

Kamu, apakah merindu mencaci maki “aku”? Rindukah kamu membaca “aku”?

Iya… lama kita tak berjumpa di ruang aksara. Menghirupi udara yang menyusupi setiap kata. Mungkin nanti tanpa sengaja aku mendapati rima diantara belantara kata yang kamu punya. Mungkin. Ia yang akan ada dalam sembunyimu 

Aku,

pecinta rima selamanya


Oleh: @wulanparker
Diambil dari http://lunastory.wordpress.com

Untuk Twitter Crush


Twitter crush, ini surat pertama yang aku tulis untuk kamu. Kamu gak marah kan? Maaf ya kalau twit-twitku mungkin kurang berkualitas bagi kamu. Kamu nyesel ya udah follow aku? Gak kan? Jangan nyesel ya.

Twitter crush, aku gak tau kamu sadar atau engga kalau sebenernya memang kamulah twitter crush aku―memang kamulah orang yang aku kagumi di timeline―dan semua twit-twit aku itu memang untuk kamu. Kamu sadar gak sih sebenernya?

Twitter crush, aku udah mulai capek cuma bisa mengagumi kamu diam-diam. Kamu sih enak di sana bisa ngetwit santai dan menganggap semua twit aku angin lalu. Tapi, apa kamu mikirin gimana perasaan aku? Tiap twit kamu muncul di timeline tuh, hati aku dag dig dug gak karuan, perasaan aku aneh banget deh pokoknya―semacam ada hal menarik di timeline yang bikin aku betah buat ngelihatin avatar kamu bermenit-menit. Kenapa sih bisa kayak gini, twitter crush? Aku mulai capek.

Twitter crush, kamu harusnya tahu gimana senengnya aku kalo kamu mention aku! Kamu harusnya lihat gimana histerisnya aku kalo kamu samber twit aku! Kamu harusnya baca semua DM-DMku ke beberapa temen-temenku yang isinya memuji-muji kamu! Biar kamu tahu gimana istimewanya kamu buat aku.

Twitter crush, kadang aku cemburu lihat kamu mention-mentionan dengan orang lain―sedangkan dengan aku enggak! Aku benci lihat kamu! Kenapa harus mention mereka? Kenapa gak mention aku aja yang jelas-jelas gak pernah bosan nunggu twit-twit kamu? Aku mulai capek, twitter crush.

Twitter crush, setiap kamu mention aku, aku berusaha terlihat biasa aja di timeline. Sengaja aku simpan rasa bahagia aku buat ngetwit beberapa jam yang akan datang. Supaya apa? Supaya kamu gak ngerasa banget kalo kamu itu twitter crush aku dan jadi benci sama aku. Aku takut banget kamu benci dan ngerasa risih dengan twit-twitku.

Twitter crush, twit-twit kamu bagus. Aku bisa lihat kalau kamu itu pinter dan kreatif. Tapi siapalah aku―aku cuma bisa mengagumi kamu dari jauh.

Twitter crush, sampe detik ini aku masih berdoa ke Tuhan. Semoga setiap doa-doaku membentuk satu tangga indah dari langit sana. Aku cuma mau kamu, twitter crush. Cuma kamu. Tolong dong ngertiin aku. Susah banget ya buat sedikit lebih peka, twitter crush?

Twitter crush, jangan unfollow aku walaupun segimana gak penting dan gak bagusnya twit-twit aku. Cuma kamu yang bisa jadi semangat aku buat tetap caper di timeline, twitter crush.

Twitter crush, balas suratku, twitter crush. Kasi tau aku kalo kamu itu sebenarnya sadar dengan setiap twit-twit aku yang memang untuk kamu. Surat kaleng mungkin, twitter crush.


Oleh: @vanatigh
Diambil dari http://irvanwiraadhitya.tumblr.com

Perempuan Ketiga


Dear perempuan ketiga.

Aku sudah menyangka, kau akan memenangkannya suatu hari. Aku juga yakin, perjuanganmu untuk merusak hubunganku dan dia tak akan sia-sia. Kau gigih sekali, kau tak kenal menyerah. Perjuanganmu berakhir manis. Kau membuatku lelah, kau membuat ia goyah. Kau membuat kami menyerah.

Aku tak pernah ada di pihakmu, tidak juga pernah mengaminkan doamu. Tapi bolehkah aku merayakan keberhasilanmu? Aku turut senang untuk kalian. Bukan senang sebenarnya, mungkin aku akan merencanakan merebutnya kembali, atau mungkin akan hanya menangis sendiri. Mungkin aku akan meniru bagaimana geliatmu merebutnya dariku. Merebut keberhasilan lebih gampang ketimbang mempertahankannya. Kau ingat pepatah itu?

Mungkin akupun telah berjuang mempertahankannya. Mungkin aku akan merebutnya kembali. Tapi itu jika aku tidak terlalu sibuk dengan banyak godaan lain di luar sana. Atau jika aku tidak terlalu bosan dengannya.

Setelah aku memikirkan lagi, aku rasa aku akan mengikhlaskannya untukmu, semenjak dia jadi milikmu, dia jadi tidak menarik lagi. Selama ini aku terlalu sibuk menjaganya, sementara, sepertinya ia terlalu sibuk dengan godaanmu.

Aku akan mencari laki-laki lain saja, yang akan sama-sama sibuk mempertahankan kami. Jika kau datang lagi saat itu, aku yakin, kami tidak akan sadar kehadiranmu, karena kami tak perduli.

Sampai bertemu lagi.

Oleh: @ulansabit
Diambil dari http://punyaulan.wordpress.com

Surat Cinta untuk Cinta


Hai cinta,
Apa kabar kamu disana? Bagaimana setelah kau hidup dengan nafas yang tak berhembus bersama-sama?
Kau terlihat lebih bahagia yah..
Tersenyum lega tanpa harus membohongi perasaan sendiri.

Cinta..
Kau nampak bahagia dari yang lalu, seandainya aku bisa melakukan itu sejak awal. Melepaskanmu, membiarkanmu pergi. Iyaa..
Kau pasti akan lebih cepat menggapai kebahagianmu, tanpa aku.

AKu tau aku sudah terlambat melakukannya, sehingga berani tenggelam ke dalam rasa yang kau tinggalkan. Seandainya, dapatku ulang kembali, aku tak akan mempertahankanmu seperti yang masih aku lakukan saat ini.
Seolah olah sedang mempertahankan sesuatu hal, tapi sebenarnya tidak ada yang sedang aku pertahankan lagi, termasuk kamu.

Aku hanya ingin menutupi dari sekian banyak orang yang tau tentang hubungan ini, mungkin aku munafik, cinta. Tapi aku ingin menyadarkan diri ini, bahwa tidak ada yang saling mempertahankan hubungan ini lagi, tidak ada. Aku tak sepertimu, aku mungkin tersenyum tapi memiliki beban kesedihan selama ini. Cinta, ingatkan aku akan hal ini selalu, ku mohon. Tidak ada kata KITA lagi. Ingat, tidak ada lagi aku dan kamu dalam sebuah kata KITA.

Cinta yang indah, aku ingin berhenti, aku muak, aku terluka, aku sakit.

Tertanda,

Bagian yang dulu ada dalam kata KITA.

Oleh: @windyku
Diambil dari http://windyku.wordpress.com

Kepada (Calon) Suamiku


Semoga hadirnya surat ini, akan membuatmu merasa yakin bahwa kita memang ditakdirkan bersama, bahwa memang kita adalah separuh raga dan jiwa yang selayaknya bersama. Hanya bersamamu aku hidup dan menyerahkan segalanya untukmu. 

Kepada (calon) suamiku mendatang,

aku telah dihidupkan oleh Tuhan ke dunia. Dia meniupkan roh untukku, agar aku dapat melihat dunia, agar aku dapat menemukanmu, dan kamu juga dapat menemukanku kelak. Dia telah mempersiapkan segala hal untukku (calon) suamiku. Awalnya, aku takut untuk hidup dan menghadapi hidup. Tapi, Dia yang slalu menguatkan aku, agar aku tetap berjuang  dan berjumpa denganmu nantinya. Kau tau (calon) suamiku, kau adalah laki-laki terpilih dan yang dipilihkan oleh Tuhan untukku. Aku adalah bagian dari tulang rusukmu yang hilang dan kau pun juga demikian. Yang pada akhirnya pun, nanti akan disatukan dalam sebuah ikatan yang disebut dengan pernikahan. Setidaknya, kita telah menunaikkan sunnah Rasul untuk menjalin cinta bersama-sama. Ketika saatnya tiba, aku pun mengandung satu roh dalam diriku untuk menjaga kita kelak di masa depan, untuk merawat kita kelak di masa depan. Dia adalah calon untuk berbakti kepada kita berdua, nusa bangsa serta agama.

Wahai (calon) suamiku, sungguh aku bahagia memilikimu. Aku merasa utuh ketika aku bersamamu, apalagi jika ditambah dengan anak kita kelak. Itu akan melengkapi segalanya yang utuh, karna aku merasa sempurna dengan itu semua. (calon) suamiku yang tercinta, terima kasih telah membuatku slalu merasa bahwa aku adalah wanita yang "terhormat" karna kamu slalu saja mengutarakan kata-kata manis di depanku. Aku ingat, seseorang pernah berkata demikian "pernikahan itu seperti kita berlayar. Untuk mencapai pulau impian, banyak yang terjadi dalam perjalanan. Perjalanan untuk menuju ke pulau impian tersebut tidak akan pernah mulus. Pasti akan banyak gelombang, yang slalu berusaha untuk mematahkan kapal. Tergantung bagaimana kita untuk mengendalikan kapal itu, agar tetap mencapai ke pulau impian tersebut." Itu sungguh kalimat yang menyentuh hati (calon) suamiku. Semoga kita berdua slalu terus berjalan dan berlayar di jalanNya. Karna bagaimana pun keadaan, bagaimana pun kondisi kita, ketika dihadapi dengan berbagai masalah slalu mengingatNya. Aku yakin, kamu adalah pilihanNya, jadi kamu akan slalu menjadi imam yang baik untukku dan untuk anak-anak kita (kelak).

Aku akan slalu mencintaimu (calon) suamiku, hingga hanya ajal yang akan memisahkan aku dan kamu. Hingga nantinya kita hidup di dunia yang berbeda, aku slalu mencintai kamu (calon) suamiku...

Dari (calon) istrimu

~Vida Hasan~

Oleh: @vidahasan
Diambil dari http://vidahasan.blogspot.com

Celana Jeans, Apa Kabar?


Kepada Celana Jeans Yang Membusuk Di Lemari,

Hai sempit, apa kabar?
ingat terakhir kali bersapa? Kalau gak salah saat itu nama pacarku saat itu masih Reda, tahun 2004. Reda apa kabar? *fokus, Ka.. fokus*

Kamu masih aku simpan di lemari, aku juga kadang masih berharap bisa menggenakanmu lagi, tapi apa daya.. udah sempit. Ada dua pilihan sih, aku buang kamu dan beli yang baru, yang pas dengan apa adanya diriku sekarang.

Tapi buktinya, lihatkan? kamu masih ada di dalam lemari, dan aku juga gak beli celana jeans yang baru, bukan karena aku gak mampu, tapi karena aku yakin. Yakin bisa berubah demi kamu, biar kita muat lagi, biar pas aku pakai kamu, aku kelihatan cantik, dan kamu juga gak malu aku pake kesempitan. Ngerti?

Bukan, aku bukannya nyuekin kamu, biarin kamu ke simpan di lemari tanpa aku pake, ngeliat yang lain lalu lalang di jemuran dan strikaan karena sering aku gunain, bukan.. itu semua cuma pengalihan, pengalihan karena aku belum bisa berubah seperti apa yang pas di kamu. Buktinya, aku gak pernah kan beli celana jeans yang lain? Gak pernah. Karena semata aku yakin, cuma kamu celana jeans yang pas buat aku, cuma kamu celana jeans yang bisa bikin aku ngerasa cantik.

Celana jeans yang sempit, di dalam lemariku sendirian, kamu gak bosan kan? Masih tetap mau nunggu aku berubah biar kita bisa saling melengkapi lagi seperti dulu?

Yah.. mungkim sebelumnya kamu pernah kecewa karena aku yang rakus dan jadi gak bisa lagi make kamu, dan kamu bosan ngingetin aku buat berubah. Tapi kali ini aku janji, celana jeans kesayanganku.. kali ini aku janji, perubahan kali ini akan nyata, akan tidak berakhir kepada hal mengecewakan.

Aku sungguh bosan terus menerus cemburu melihatmu dikenakan orang lain, aku mau kamu bisa dikenakan olehku. Aku kangen.

Celana jeansku, bisa tolong sampaikan ke satu pria yang sampai saat ini ada di hatiku? Kurang lebih perasaanku padanya mirip dengan isi suratku kepadamu.
Aku janji, akan berubah agar kita bisa saling dibanggakan satu sama lain lagi. Janji.

Me miss u, celana jeans sempit.

Oleh @knrlkst
Diambil dari http://enulul.tumblr.com

Kita


Tentang Kita

-Nomor: 15


-Pada pukul 07.58 (tujuh lewat lima puluh delapan) Waktu Indonesia Bagian Tengah, hari ini, hari Senin, tanggal 21 (dua puluh satu) Januari 2013 (dua ribu tiga belas).

-Bahwa hari ini hari senin. Hari yang mengawali satu hitungan minggu.

-Bahwa tak biasanya kita memulai aktifitas kita di hari senin. Biasanya kita memulainya pada hari kamis. Yes, that’s the special case.

-Bahwa hari ini adalah hari ujian pertama kita. Jadi sebelum menghadapi ujian tersebut, maka hari ini akan diawali dengan doa semoga kita dapat melalui siklus ujian kita dengan baik, dapat menuliskan jawaban dengan lancar jaya, berakhir dengan suatu kelulusan, dan semoga jari kita tidak bengkak ketika harus membuat banyak contoh akta otentik dengan tulisan tangan dalam ujian ini.

-Bahwa sudah setahun ternyata. Sudah setahun berlalu sejak 9 Januari 2012. Sejak kita ditentukan untuk bersama dalam beberapa waktu kedepannya. Ditentukan untuk harus dapat saling mengenal. Ditentukan untuk harus dapat mengatasi segala kesulitan yang datang. Atau malah mengabaikannya.

-Bahwa ini bukanlah suratan takdir, namun suratan karma. Karma yang baik tentu saja. Banyak orang yang ingin berada dalam posisi kita. Meskipun kita yang mengalaminya merasa banyak sekali beban yang harus diselesaikan. Namun bersyukurlah selalu. Sekali lagi, ini adalah karma baik.

-Bahwa semua yang berawal, pasti akan berakhir. Suatu hari nanti, semuanya akan berakhir juga. Awal yang datang mungkin tak begitu menyenangkan, jadi mari kita buat akhir yang dapat dikenang kemudian. Entah apa yang akan terjadi dikemudian hari, semoga selalu ada ingatan yang menyenangkan tentang masa ini, sesulit dan seberat apapun perihal-perihal yang harus kita lalui di masa ini.

-Demikianlah surat ini, dibuat dan diselesaikan di Denpasar, pada pukul, hari dan tanggal tersebut pada awal surat ini, tanpa dihadiri pada saksi. Setelah saya, memposting surat ini sebagai surat hari ke-15 dalam 30 Hari Menulis Surat Cinta dalam blog, maka dengan segera surat ini harus dibaca.

-Dilangsungkan tanpa adanya perubahan.

-Surat ini telah ditulis dengan makna yang sempurna.

-Diberikan sebagai salinan yang sama bunyinya untuk teman-teman Angkatan III Mandiri MKn Unud: Gek Ray, @ayu_triagst, @ayucandika, @era_way, @Lidya_Mahendra, @WiwinEma, bu Arini, Mbak Linda, Laksmi, Bu Tirta, Mang Jana, Om @mulyawansubawa, @wisnu_mulya1, @dwipayana_putra, @DefriSaputra, @BenToDake, Siska, mbak Munnie, Deny, Tu Aji, Pak Mardi, Pak Tut, mbak Cok Mira, mbak Atih, Rama, Rusmawan, Bayu, Pak Yan, and the last but not least, Bli Putu Bro.



                                                                                           Dari aku,

                                                                                           @kriandianti

Oleh @kriandianti kepada @ayu_triagst @ayucandika @era_way @Lidya_Mahendra @WiwinEma @mulyawansubawa @wisnu_mulya1 @dwipayana_putra @DefriSaputra @BenToDake

Diambil dari http://kriandianti.tumblr.com

Untuk Tukang Kue Putu


Hai abang tukang kue putu,
            Apa abang tahu betapa takutnya aku dulu tiap abang melintas di depan rumahku?
           Tuuu… tuuu… suara bambu yang menyayat-nyayat seperti suara anak yang menangis itu membuat anak seatraktif aku—bukan bandel, lho, ya?—lari ke rumah dan bersembunyi di tirai jendela.
      Mama selalu bilang, kamu itu perwujudan tukang cekok: orang yang memasukkan ramu-ramuan tradisional ke sebuah kain lalu menjejalkan kain itu ke atas mulut agar obatnya masuk. Mana mau aku yang tidak suka obat dan jamu ini berurusan dengan tukang cekok? Hih. Kain kumal tukang cekok selalu melintas di benak saat kau lewat—apalagi berhenti—di depan rumahku. Jantungku rasanya mau kabur. Takut aku.
            Abang tukang kue putu,
            Tahukah kau, hingga aku besar, aku baru mengenal putu dan kelepon. Itu pun setelah mengalami proses penyelidikan—ala aku sendiri tentu. Aku lihat orang-orang yang mendekatimu, pulang dalam keadaan menangis atau tidak. Aku cari asal suara “tuuu, tuuu” itu, ada anak nakal yang menangis yang kausembunyikan di gerobak atau tidak. Aku yang semula tidak mau melihatmu sama sekali mulai memberanikan diri mengintipmu dari balik tirai. Sebisa mungkin tidak terlihat.
            Uh, syukurlah, kamu tidak benar-benar menakutkan, Bang. Itu semata ulah Mama yang menurutnya aku tidak bisa dinasihati dan hanya kapok jika merasakan sendiri; dan aku takutnya hanya cekok. Semoga tidak ada anak yang takut lagi kepadamu sehingga mereka bisa merasakan kue buatanmu yang sangat Indonesia itu.
            Sekian suratku. Selamat berjualan, Bang. Semoga orang-orang tetap menyukaimu sehingga daganganmu laris.

Salam cekok,

Aku

Oleh @Ikafff
Diambil dari http://ikafff.blogspot.com/

Rindu Pada Kamu si Jaket Merah Adidas


Dear you, F!

Selamat siang kepada kamu yang sedang berada dikantor. Hari ini hari senin terakhir di bulan Januari tahun 2013. Bagaimana tidurmu semalem? Apakah nyenyak? Apakah mimpi indah? Aku harap tidurmu nyenyak dan mimpi indah ya :) Aku bahkan tau sebelum kamu tidur, kamu pasti memanjakan motor dan mobil kesayanganmu itu kan? Pasti tengah malam lagi kamu nyuci motor dan mobilmu itu? Bagaimana? Apa kamu kedinginan? Aku bahkan tau lagi, kamu pasti akan menjawab ‘Dingin sih.. Tapi mau gimana lagi? Udah resiko nyuci motor dan mobil tengah malam begini.. Ya supaya besok pagi aku ngga usah repot-repot untuk nyuci motor dan mobil ini.’ Begitu kan? Tak perlu kamu jawab, aku bahkan sudah mengetahui jawaban apa yang akan aku terima saat itu. Aku terkadang heran loh, mengapa memori tentangmu selalu baik di dalam otakku ini. Bahkan memori tentangmu kalau dibandingkan dengan memori matapelajaran kuliahku, memorimu itu lah yang paling aku ingat.

Oh ya apa pagimu ini menyenangkan? Apa kamu tak lupa untuk sarapan? Aku kadang selalu khawatir dengan keadaanmu yang sibuk hingga lupa tak sarapan. Seandainya saja rumahku dan rumahmu berjarak 5 meter, aku bahkan selalu siap menyediakan coffee kesukaanmu + setumpuk roti :) Sayangnya rumahku dan rumahmu terlalu jauh, sehingga tak mungkin aku membuatkan sarapan yang enak untukmu :’) Jam berapa pun kamu berangkat ke kantor, aku harap kamu selalu sudah sarapan dirumah. Karna aku tahu, saat kamu terjebak macet pagi di Kota Bandung, kamu akan kesulitan mendapatkan sarapan di perjalanan. Dan seandainya rumahku dekat dengan rumahmu, aku bahkan selalu siap untuk menyiapkan makan siang untuk bekal ke kantormu. Yah itu tadi, sayangnya hal ini tidak mungkin terjadi. Apa kamu sempat membaca suratku yang pertama? Yang berjudul ‘Bisakah kita bertemu kembali?’ Iya dalam suratku yang pertama ku jelaskan keinginan ku untuk bertemu kembali padamu. Ya walaupun hanya sekedar menikmati langit mendung disertai hujan turun di sore hari di Kota Bandung dan di temani secangkir hot white coffee kesukaanmu.

Apakah kamu tahu mengapa ku tuliskan surat pertama dan kedua ini untukmu? Iya. Aku merindukan saat-saat pertama kita bertemu di minimarket di salah satu jalan di Kota Bandung. Aku juga merindukan candaan yang kau sering lontarkan padaku. Dan bahkan aku juga merindukan kita mengobrol serta berjalan bersama lagi dan minum coffee kesukaanmu di cafe di salah satu Kota Bandung. Sejak malam itu aku sering tersenyum sendiri di kamar. Mengingat kenangan manis yang takkan pernah ku lupakan. Dan aku pun berharap yang sama juga terjadi padamu. Sudahkah kamu mencoba mentelepon ku lagi? Sejak malam itu aku bahkan mengharapkan keesokan harinya, kamu mentelepon ku dan mengajakku jalan bersama. Tapi sayangnya kamu terlalu sibuk di kantor hingga lupa menteleponku lagi. Taka apa. Seandainya kamu meminta maaf atas kekecewaanku hari itu, sebelum kamu meminta maaf, aku bahkan sudah memaafkanmu terlebih dahulu.

Sudah dulu ya, aku menulis surat sudah terlalu panjang. Aku takut kalau nanti kamu bosan membaca suratku. Dan aku juga takut mengganggu pekerjaanmu di kantor. Aku harap kamu tidak selalu lupa pesan-pesanku ya. Dan satu lagi, aku disini selalu merindukan kamu si Jaket Merah Adidas.

Salam dan Rinduku,

-Kikey-

Oleh @kikeyooo
Diambil dari http://keyforkikeey.tumblr.com

Munajat


Kepada Suamiku,


Apa kabarmu hari ini?

Apa yang kau makan untuk sarapan pagimu?

Roti gandum dan mentega dengan secangkir kopi tanpa gula seperti biasa??

Atau oat dengan buah berry dan taburan kacang almond di atasnya?

Kau pasti akan tertawa mendengarnya. Lalu kau bilang :

“Apa itu?? Tidak ada barang mewah semacam itu di sini, Sayang. Kami ini makan seadanya, menghirup udara seadanya.”

Namun inilah harapan yang setiap hari aku jaga agar tak kalah termakan selentingan warga , bahwa kau baik-baik saja di sana.

Apa kabar cuaca di tanah sengketa?

Masih gelap gulita?? Masih penuh dengan deru dentingan peluru dan derap prajurit lewat terburu-buru seperti dalam suratmu setahun lalu itu??

Kuharap tidak. Seminggu yang lalu kulihat berita keadaan di sana sudah membaik. Prajurit banyak yang ditarik pulang. Kota mulai tenang. Penduduk yang pergi kembali datang. Sinar harapan perlahan menerang.

Lalu apa kabarmu hari ini, Suamiku??

Semalam aku memimpikanmu pulang, hingga kutulis surat ini dengan menangis.


-  Teriring munajat untukmu tetap selamat dari istrimu yang  susah payah meyakinkan kedua orang tuamu bahwa dirinya belum janda

Oleh @ildesperados
Diambil dari http://abracupa.posterous.com

Give Me So, Give Me To


Dear soto Pak Zainal,

Kapan terakhir aku berkunjung? Waktu ujian akhirkah? Ah itu ternyata sudah cukup lama..

Aku mulai membayangkan seporsi soto ayam. Tambahan 2 tempe goreng. Satu telur ayam tampaknya juga cocok untuk menemani soto ayam. Minumnya?? Air es saja sudah cukup.

Setelah soto datang, tambahkanlah seiris jeruk nipis, peras. Selanjutnya tambahkan kecap dan sambal. Untuk kombinasi 2 komponen ini harus ditambahkan dengan tepat. Sedikit lebih lama dalam meracik tidak masalah. Yang paling penting bisa dapetin rasa yang sesuai selera.

Seporsi soto ayam dengan warna yang tidak terlalu pekat namun pedas.. Huaaa..

Pikiranku mulai penuh dengan soto..

Besok harus ke sana. Nantikan aku ya.. :D

Hana.

Oleh @Hana_Hanifah
Diambil dari http://hanahanhan.tumblr.com

Jarak


Selamat sore sayang,


Hari kedua puluh delapan di bulan satu, surat ke delapan yang kutunjukkan untuk pemilik hatiku yang utuh. Bagaimana kabarmu, wahai pria yang selalu saja kusebut abu-abu? Jangan lagi sakit ya, aku khawatir. Kuasaku ditelan jarak untuk menjagamu dengan sebuah hadir.

Seribu seratus tujuh puluh delapan kilometer jarak yang memisahkan kita. But hey, it just a damn number, right? Aku tidak perduli. Berbicara denganmu meski lewat sambungan gsm, aku rasa lebih dari cukup menghadirkanmu di keseharianku. Meski rindu nampaknya selalu mencumbu diantaranya.

Kau ingat bukan, aku adalah pelupa yang hebat? Aku mohon kau tak kan marah, jika wajahmu mulai memudar dalam ingatan. Hanya nampak bayang-bayang pucat, seolah kau hanya sebuah penampakan. Ya, jika bukan karena foto-foto yang kumiliki, aku rasa ingatan lumpuh dalam diri. Ah, aku tidak perduli. Bukan wajah yang rupawan yang menjadi penilai untuk hati, tapi rasa yang kau beri. Yang aku tahu, aku menyayangimu dan itu cukup bagiku untuk menjadikanmu pria satu-satunya dalam hati.

Setidaknya disini hati berani untuk jujur pada diri. Bahwa rasa sayang menjadi mahkota bukan berdasarkan fisik. Jika jarak membuat mata kita buta tentang sosok yang merajai pikiran, tapi jarak pula yang membuat kita menjadi penguasa pada masing-masing hati. Jarak pula yang menjadi pengendali rindu yang selalu tumbuh detik demi detik. Persetan dengan jarak! Jarak tidak akan pernah menjauhkanmu dariku. Pikiran dan hati tempat kau bersemayam, tak kan mudah memudarkan perasaan meski jarak membentang jauh.

Yang aku benci pada jarak adalah saat hadir begitu penting di saat-saat yang sinting. Meski sebuah kita menjadi penenang dalam hidupmu yang semakin miring, bukan berarti tidak terselip duka yang tak lagi hening. Aku ingin berada disamping meski kau coba tuk berpaling, tapi jarak menjadi nyata di saat-saat genting. Aku benci. Tapi percayalah sayang, meski raga tak hadir, doa-doaku terlafalkan untuk memelukmu dari belakang. Hanya doa yang ku percaya memelukmu tanpa sebuah hadir untuk hatimu yang getir.

Aku tidak percaya bahwa jaraklah yang menguatkan masing-masing hati. Seperti obat kuat yang menguatkan seksualitas seorang laki-laki lebih tinggi, jarak menjadi obat bagi kita untuk menguatkan diri bertahan dengan rindu-rindu yang semakin liar. Menjalar di tiap detik, membuatkan tinggi hasrat cinta hingga pertemuan kan terlahir.

Mari bersama-sama bersabar sayang. Aku percaya Tuhan memiliki rencananya sendiri untuk menyatukan cinta kita dalam sebuah kehadiran, seperti pertemuan pertama kita yang tidak direncanakan. Aku menyukai hal-hal ganjil yang mengejutkan. Seperti rasa yang tiba-tiba mengulum hati meski kita tak mengerti bagaimana cara berbagi, seperti rindu yang terkadang memuncak dan tak tahu diri, seperti jarak yang acap kali membuat muak pun ternyata menjadi penggenap untuk masing-masing hati. Menyenangkan bukan? bagaimana sebuah ganjil ternyata malah memberi kebahagiaan yang berlebih-lebih bak nyanyian kegembiraan dalam sebuah injil.

Sayang, aku yakin jarak tak kan menyulitkan jika hati yang ingin kita tautkan. Percayalah sayang, semua akan terjadi pada saat yang sangat tepat. Meski kita seringnya berbeda pendapat, tapi itulah yang membuat hati lebih hebat.

Jaga dirimu baik-baik sayang. Aku tak kan memintamu untuk mengingatku, cukup maknai kita dalam-dalam hatimu yang terdalam. Aku percaya, tidak akan ada yang sia-sia; selama ketulusanlah yang utama. Ikhlaskan untuk apa yang tak dapat terjadi sekarang, aku lebih senang jika mengalah untuk sebuah menang. Kemenangan untuk sebuah kita.


Tertanda,

Wanita Sore (yang selalu mengutuk dan bersyukur terlahirnya sebuah jarak).

Oleh @iiTSibarani
Diambil dari http://iitsibarani.wordpress.com

Kekasih Sahabatku


Hai kamu.
Apa kabarmu?

Pertanyaan yang aneh. Karena baru beberapa hari yang lalu kita baru saja saling menyapa. Membicarakan beberapa hal yang akhirnya membuat kita tertawa bersama. Dan aku tahu kok kamu baik-baik saja. Hehe.

Cuma yang berbeda, tawa itu sekarang terasa biasa. Sudah tidak ada lagi terselip rasa. Iya, karena kini kau telah bersama dia. Sahabat terbaikku yang kini engkau sedang memadu kasih dengannya.

Hehe. So awkward ya.
Dia yang dulu selalu mendukung apapun tentang aku dan kamu. Orang yang selalu jadi tempatku berkeluh kesah tentangmu. Orang yang paling tahu apa yang terjadi antara aku dan dirimu. Sekarang dia yang kini berada di sisimu. Bukan diriku.

Ya memang apa yang terjadi antara diriku dan dirimu hanyalah sedikit hal yang terjadi di masa lalu. Mungkin tidak terlalu berarti apa-apa untukmu. Ya begitu juga untukku. Tapi hal itu cukup membuatku tersenyum kalau meningatnya. Hahaha. Iya kali ini aku tertawa.

Oke kali ini aku tidak berpanjang-panjang. Hubungan kita juga sampai saat ini masih baik-baik saja. Kita masih sering bertegur sapa. Juga kepada sahabatku yang kini kau bersamanya.

Aku hanya berharap yang terbaik untuk kalian. Semoga kau yang terbaik dan terakhir untuknya. Dan dia juga yang terbaik dan terakhir untukmu. Aku tahu dia yang terbaik untukmu. Karena dia yang terbaik di antara sahabatku. Dia satu-satunya sahabatku yang tidak pernah berkata tidak kepadaku. Maka aku yakin dia akan selalu mengiyakan semua pintamu. Tolong jaga dia untukku, sebagaimana aku memintanya menjagamu untukmu.

Akhir kata, semoga bahagia.

Dari sahabat kekasihmu.

Oleh @jakapermana_
Diambil dari http://jaka-permana.tumblr.com

Terima Kasih


Kepada kamu 
yang setia mengikuti perkembangan saya
surat ini ditujukan

Saya sebenarnya ingin berterima kasih kepada kamu, :)
mungkin kamu akan bertanya-tanya apa yang kamu lakukan sehingga saya berterima kasih kepadamu.
bacalah surat ini perlahan, sambil minum teh hangat agar hatimu tenang.

Hmm begini apakah kamu heran mengapa saya bisa menjadi seperti ini? 
maksud saya ya saya sudah bisa memilih sendiri jalan yang akan saya tuju, tidak kebingungan tanpa arah seperti dahulu.

Itu semua karena kata-kata mu saat itu, yang berkata bahwa saya tidak mungkin bisa menggapai impian saya. namun lihatlah saya sekarang, saya sedang dalam proses menggapai mimpi-mimpi saya. saya bersemangat, bangkit, dan berusaha membuktikan bahwa saya bisa menggapai mimpi-mimpi saya.

Terima kasih telah mengeluarkan kata-kata itu.

Saya ingin berkata bahwa sudahlah hentikan semua ini, apa kamu tidak lelah mengikuti saya setiap saat? jalan kita berbeda, takdir kita berbeda. maka urusilah urusanmu sendiri. 

Ini surat cinta bukan surat ancaman, maka tak perlulah kamu takut. saya berdoa semoga kamu juga bisa menggapai mimpi-mimpi kamu kok.

Baik-baiklah disana kawan.


-Aku-

Oleh @kaikarizka
Diambil dari http://kaikarizka.blogspot.com

Hujan Datang Lagi


Hey, kau rindu aku?

Hahaha, di sini sedang hujan. Deras. Entah mengapa aku yang dulu candu terhadap senja, sekarang tiba-tiba candu kepada hujan. Mungkin ini permainan alam, aku jarang sekali bisa melihat langit merona di kala maghrib menjelang. Sering aku melihat langit menghitam, kelam, dan menurunkan butiran air. Dan ketika semua itu ada di hadapanku, aku merindukanmu. Akan beda rasanya jika setiap kali langit membasahiku, ada kamu yang memelukku, atau sekedar tersenyum melihatku.

Aku selalu bercerita kepada alam, tentang rindu yang belum mampu kita lepaskan. Dan entah inspirasi dari mana, aku menganggap bahwa hujan dan angin adalah gambaran kerinduan antara kita. Jangan tertawa, aku tahu kau akan menyebutku wanita hiperbola. Ah, entahlah, terserah kau saja.

Aku tak tahu aksara seperti apalagi yang akan aku tuliskan. Segala kata sudah aku katakan, bukan?  Ah, tidak. Banyak yang belum aku katakan. Seperti: “aku cinta kamu” ah, tidak, aku lebih suka berkata “aku sayang kamu”. Atau “aku ingin menikah denganmu, punya anak, rumah di bukit, bahagia sama kamu…” oh iya, aku sering mengatakan itu.

Lupakan tentang aksara, hujan, atau kerinduan.

Intinya masih sama. 22 bulan bersama tapi tak ada kebersamaan, aku tetap mati rasa. Maksudku aku mati rasa kepada pria lain, kepadamu? Tak usah kau tanya, cinta itu terus tumbuh. Mungkin prosesnya lambat, seperti katamu, bersabarlah… Suatu saat nanti kita akan menikmati hasilnya bersama.

Oke, cukup. Aku ingin menikmati hujan lagi. Menikmati rindu lagi. Sesekali aku memejamkan mata dan membayangkan dipeluk kamu, tak masalah kan? Kalau lebih dari dipeluk kamu? Hahaha, aku becanda. Biarkan yang lebih dari pelukan, kita saja yang merasa ;)

Love you much :*

Oleh @iddailiyas
Diambil dari http://iddailiyas.tumblr.com

Pak, Apakah Aku Bisa?


Pak, apa kabar? 
Semoga Bapak selalu sehat. Aku dag dig dug der kalau ada kabar Bapak tidak enak badan. Walaupun cuma masuk angin, tetap saja aku khawatir. Semoga Allah selalu memberimu kesehatan, Pak. Amin.

Pak, Bapak tahu kan, kalau anakmu yang satu ini suka sekali menonton film. Tadi malam aku nonton film. Judulnya 'School 2013'. Di film itu ada suatu adegan yang menarik perhatianku. Ada guru senior (dan sudah agak tua) dan ada guru baru. Guru baru sedang merasa khawatir karena temannya tidak datang mengajar. Sang guru senior melihat kekhawatiran guru baru tersebut. Ia kemudian berkata. Hanya 2 kalimat, Pak. Tapi membuat aku berpikir. Kata guru senior pada guru baru, "Jangan khawatir, dia akan datang. Ke mana lagi seorang guru akan pergi kalau bukan ke sekolah?" 

"Jangan khawatir, dia akan datang. Ke mana lagi seorang guru akan pergi kalau bukan ke sekolah?" Perkataan sederhana, ya, Pak. Tapi cukup dalam maknanya. Pak, apakah kalau aku malas pergi ke sekolah berarti aku bukan guru? Apakah kalau aku merasa 'berat' pergi mengajar berarti aku kehilangan passion sebagai seorang guru? Pak, waktu Bapak banyak dihabiskan untuk mengajar. Apakah Bapak selalu 'kembali' ke sekolah? Bapak adalah temanku berdiskusi tentang profesi kita. Bapak juga sering cerita tentang kebijakan-kebijakan yang selalu berubah-ubah. Tapi, Bapak tetap mendukung aku dengan profesiku sekarang. Bapak memang tidak pernah terang-terangan mengatakan 'bangga' karena aku berprofesi seperti Bapak. Tapi aku ingat sewaktu Bapak bertemu dengan teman Bapak di tempat praktik dokter. Waktu itu, Bapak mengatakan padanya bahwa aku seorang guru, sama seperti Bapak. Aku merasakan kebanggaanmu saat Bapak berbicara pada teman Bapak itu. 

Pak, ingatkah Bapak? Kala itu, aku berkata aku mau ke Indonesia Timur. Bapak berkata, "Nggak usah macam-macam." Tapi Bapak langsung memberikan lampu hijau ketika aku mengatakan kalau aku mengajar di sana. "Oh, kalau ngajar nggak apa-apa," begitu kata Bapak. Pak, ternyata jiwa mengajarmu tetap kau miliki meskipun kau sudah pensiun. Apakah aku bisa seperti Bapak? Tetap memelihara api semangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sampai saat ini. Apakah aku bisa selalu 'kembali ke sekolah' seperti perkataan guru senior dalam film itu? Pak, rasanya aku malu padamu jika mengatakan, "Aku tidak bisa". Di usiamu yang sudah renta, kau masih mengajari orang-orang. Jiwa 'guru' masih berkobar pada dirimu. Pak, aku bangga padamu, aku bangga jadi anak guru, tapi apakah aku bisa memiliki semangatmu? Semoga Bapak selalu dilindungi Allah. Amin.


Anak Bapak.

Oleh @Jo_iin 
Diambil dari http://bintang-dan-air.blogspot.com

1-1=0


Wah, matahari sedang berkemas-kemas ingin pulang nih. Maka dari itu saya luangkan indahnya sore ini untuk menulis surat khusus buat kamu. Kamu adikku paling hmm paling apa ya? Ada ide untuk mendeskripkanmu? Melalui surat ini, lagi-lagi saya ingin mengucapkan rasa terima kasihku. TERIMA KASIH? UNTUK APA?

Jadi gini, tadi siang 'kan kita sedang berbincang hal-hal tabu yang tak layak diperbincangkan. Lalu obrolan kita entah kapan tiba ke hal yang menyangkut privasi. Lebih tepatnya obrolan kita mengenai masa lalu. Kira-kira tadi malam, termasuk masa lalu bukan? 

Malam itu, kamu dengan manisnya menodai kepercayaanku. Yaps, kamu adikku yang ceroboh memohon padaku untuk meminjam hape sempurnaku. Sebagai kakak yang perhatian, tentu saja saya meminjamkannya. Alih-alih kamu berkata untuk mendengarkan musik, eh kok kamu gunakan untuk "sesuatu" yang tabu.

Tanpa kamu pergunakan terlebih dahulu otak hebatmu itu, Kamu biarkan hawa nafsu menuntunmu melakukan hal "ceroboh". Se-ceroboh apa? Mari kita gunakan analogi.
Di dalam kelas yang sedang berlangsung suatu ulangan, di mana kita semua tahu bahwa tata tertib di suatu kegiatan hebat bernama Ulangan itu adalah: dilarang meminta jawaban ke teman, dll. Nah, kamu sebagai salah satu peserta dengan sangaaaaaaaaaat mudahnya berteriak: "TIT NOMER 2 APA?" Sungguh lantang 'bukan?
Sebenarnya kejadian apa itu? Biarlah hanya menjadi kenangan bagi kami. Sepasang Kakak-adik yang selalu bertengkar akur.

Sialnya, saya baru menyadari itu tadi siang. Setelah seharian melewati hari-hari memalukan. Ah, saya spechless. Saya terlalu canggung untuk membicarakannya di sini. Kita selesaikan nanti malam ya adikku kecil.  HAHAHAHA! LUCU YA! 

Salam dari Kakakmu yang telah kau permalukan.

Oleh @inirvin kepada @inirka
Diambil dari http://lutfianirvin.blogspot.com

I Wanna Talk With You


Dear,

I wanna talk with you in silent whispers, 
softly voices that no one else can hear.

I wanna talk with you in our own language,
that to understand it, someone has to beg.

I wanna talk with you in our secret place, 
that no one can visit, lost in the maze.

I wanna talk with you in our own world, 
that no one can interrupt with their every word.

Dear,

I wanna talk with you under secret stair,
silently we’re hiding from eyes that stare.

I wanna talk with you under my blanket,
cuddling each other that’ll be our secret.

I wanna talk with you under the rain, 
hugging each other so there’ll be no more pain.

I wanna talk with you bout silly thing over nothing,

So Dear,

could you come to my dream this evening?

Oleh @I_am_BOA
Diambil dari http://mesecretlyyours.tumblr.com

Surat Untuk Tukang Pos


Untuk tuan tukang pos, @KorekApiKayu



Terima kasih sudah setia mengantarkan surat - surat saya.

Terima kasih sudah rajin membalas mention saya.

Terima kasih sudah meretweet surat - surat saya.

Terima kasih sudah membaca surat - surat saya.

Terima kasih sudah memilih beberapa surat saya untuk dipublikasikan ke blog.

Terima kasih... karena kalau tidak, surat ini akan berformat seperti ini:



surat untuk tukang pos

untuk tuan tukang pos, @korekapikayu

terima kasih sudah setia mengantarkan surat - surat saya.

terima kasih sudah rajin membalas mention saya.

terima kasih sudah meretweet surat - surat saya.

terima kasih sudah membaca surat - surat saya.

terima kasih sudah memilih beberapa surat saya untuk dipublikasikan ke blog.




Abang @KorekApiKayu,


Terima kasih sudah mengoreksi tanda baca pada surat - surat saya dan membetulkannya satu per satu.

Terima kasih sudah membuat saya tersadar untuk selalu membuat postingan dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Oleh @ismarestii kepada @KorekApiKayu
Diambil dari http://ismapratiwii.blogspot.com

Baaasss!!!


Kepada kamu yang telah mengingatkanku bahwa aku mencintai senja,

Baaasss!!! Masih saja ya kamu itu. Kalau nulis itu, bisa gak sih kalo gak typo? Kebiasaan deh. Perhatikan dong tulisannya. Jangan buru-buru kalo nulis. Kalau perlu dibaca ulang. *mulai bawel*

Kabarku seperti yang kamu tahu (atau jangan-jangan kamu memang gak tahu apa-apa ya) aku galau. Haha... Ga segitunya juga sih. Tapi lumayanlah. Kamu tuh yang apa kabar? Ngilang mulu, ga jelas gitu. Walaupun lagi patah hati, ga perlu pake ngumpet gitu kali. Hadapi semuanya dengan tegar. Sok nasehatin, padahal diri sendiri rapuh banget.

Sebentar deh, aku sebenarnya sedikit bingung membaca suratmu itu. Kebanyakan basa-basi. basa-basinya lima paragraf. Intinya cuma satu paragraf. Huff... Makanya jangan nulis surat pas lagi kuliah. Untung suratnya ga diambil dosen kamu. Kalo diambil, aku kan ga bisa baca.

Selamat ya, kamu sekarang jadi penyiar radio. Kasih link-nya yang benar dong, biar aku bisa dengerin kamu siaran. Jangan lupa sebutin namaku ya. Aku pesan lagu juga dong. Puterin lagunya Switchfoot yang You. Okey Bas?!

Jadi intinya kamu cuma mau muji aku saja nih? Hmm.. Makasih ya, Bas. Memangnya aku misterius ya? Baru tau nih. Kirain aku perempuan yang baik hati, ramah, mengagumkan, anggun, rajin, suka menolong, sholehah,... Okey ini mulai lebay. Haha...

Oh ya, jadi kamu sudah ga pake BB lagi nih. Kok BBnya ga pernah aktif?

Boleh kasih pesan kan? Kuliahnya yang rajin. Biar cepat wisuda. Ada lagi, jangan berhenti nulis ya. Kita bertemu kan karena tulisan. Ada salam dari Nada. Kamu kan pengagum dia. Sudah ah, gitu aja.

Olla

Oleh @hauranazhifa kepada @baskorodien
Diambil dari http://hauranazhifa.blogspot.com

Bagaimana Mas?


Hei! Yang beberapa jam lalu kita dipertemukan. Yang kulihat engkau memakai pakaian putih rapi, berdasi sambil membawa makanan.

Bagaimana sidang skripsimu? Yang kemudian aku belum sempat bercakap banyak tentangmu. Yang kemudian engkau nampaknya sibuk untuk menemui dosenmu. Yang kemudian akupun juga sibuk memandangi berkas-berkas beasiswa.

Minggu pagi engkau mengirimkan SMS, meminta doa untuk sidangmu. Dan mengundangku untuk menyaksikan sidang skripsimu. Aku mendoakanmu. Aku menunggu kabar terbaik darimu. Sebagai teman, bukankah kita harus saling mendoakan? Apabila sukses pastipun aku turut berbahagia.
Sedikit cuplikan percakapan:

Aku menangkap sosokmu berjalan dari ujung, "Haaaai mas".
Engkau tampak sibuk mencari dosenmu, "Haloo"

"Gimana sidangnya?"

Engaku tersenyum dan terus berjalan, sedang aku juga mengabaikanmu dan menatap berkas-berkas beasiswaku.

Yaaaa menyesal mengapa hanya percakapan singkat? Tapi aku tak mau mengganggumu yang sedang sibuk.
Semoga pertemanan ini tidak putus. Hanya itu.
Aku menunggu kabar baik darimu mas. Kabar wisuda

Oleh @insyirahanwari
Diambil dari http://insyirahanwari.blogspot.com

Hai, Kecils


Hai.

Aku bingung malam ini mau nulis surat buat siapa.

Dan terlintas kamu di pikiranku, eh di hati ku juga ding dikit.

Aku heran, gimana bisa yah orang kaya kamu selalu bisa bikin ga karuan walaupun udah lama ga ketemu.

Gimana bisa yah orang kaya kamu selalu tahu harus bersikap kaya gimana kalau deket aku.

Gimana bisa orang kaya kamu, dengan mudah kembali ke tempat yang ku tinggalkan dengan susah.

Gimana bisa, sih?

Kira-kira kamu bakal se-iseng itu ga yah buat buka tumblr ku, trus baca ini, trus sadar ini buat kamu?

Ah, kalau aku minta, pasti kamu langsung baca deh! :D

Kangen? Iya.

Banget? Ngga tuh.

Gimana pun, kamu bisa banget jadi orang yang aku mau.

Walaupun aku bukan (lagi) siapa-siapa kamu.

Terima kasih, kamu.

Ayo jalanin misi makan-makan kita! \o/

- aku yang bingung kenapa selalu ada kamu -

Oleh @imaadew
Diambil dari http://imaadew.tumblr.com

Kopi Terakhir Kita.

Kepada, Lelaki Kopi ku (dulu, sekarang, nanti, dan selamanya)

Lagi… aku masih disini, di Kedai Kopi langganan kita, sayang. Iya, aku masih setia dengan Kedai Kopi ini, pun masih setia dengan kamu, dengan semua cerita kita yang tetap tersimpan rapi di kotak kenangan ku.

Sayang… Kamu tahu? Tempat ini sudah ku jadikan sebagai salah satu tempat wajib yang harus didatangi setiap minggunya. Untuk bersantai dan mengerjakan tugas. Bahkan ketika rinduku minta di lunasi, aku hanya bisa datang di Kedai Kopi ini. Mengenang kebersamaan kita di tempat ini. Tapi, sayangnya kamu tak pernah tahu, sayang :’)

Kamu masih ingat kan, kalau Kopi sudah menjadi sahabat dan teman kencan buat kita. Hal itu masih berlaku buatku. Entah buat mu, masih atau tidak. Ku harap iya, sayang.

Masih ku ingat jelas inci demi inci rangkaian cerita kita di kedai kopi ini. Ia bagaikan sebuah film pendek yang selalu siap sedia menampilkan kamu dan aku sebagai tokoh utamanya. Juga masih jelas terasa setiap kecupan hangat yang berhasil kau curi dariku. Anehnya aku menyukainya bahkan ketagihan hahaha. Sungguh jelas terasa sensasi kopinya ketika kita melakukannya, sayang. Kalau tahu begitu, dulu aku saja yang minta tanpa perlu kau curi kecupan itu.

Sayang… Apakah kopimu sekarang masih senikmat dulu? Masih senikmat kopi di langganan kedai kopi kita ini? Masih senikmat seperti aku yang dulu selalu setia di sampingmu ketika setiap tegukannya kau sesapi perlahan? Atau masih senikmat ketika hanya segelas kopi yang kita teguk bersama, sehingga meninggalkan bekas bibir mu dan bibir ku di gelasnya?

Oiya sayang… Masih ingat dengan peristiwa terakhir kali kita kesini? Sungguh… semuanya begitu aneh. Kamu diam. Aku diam. Sebenarnya ada apa? Di dalam hati berharap semoga ini bukan kali terakhir kita ke kedai kopi ini. Dan semoga gelas kopi kita hari itu juga bukan kopi terakhir kita. Ah meskipun memang benar itu yang terjadi, sayang. Gelas kopi hari itu menjadi Gelas Kopi Terakhir kita.

Sayang… Ternyata selain pandai meracik kopi favorit kita, Barista disini juga punya bakat jadi Comic Stand up Comedy lho. Setiap aku ke sini pasti hal yang pertama ditanya seperti ini “Tumben ga sama pacarnya lagi. Kemana? Sibuk yah?” Lucukan, sayang? Dia ternyata tak tahu kalau tempo hari itu adalah memang terakhir kalinya kamu kesini bareng aku.

Sayang…meskipun sekarang bukan aku yang ada di sampingmu saat kau sedang menikmati kopi mu, ku harap dia tahu betul tentang rasa kopi kesukaan mu. Ku harap iya juga bisa menjadi partner mu di saat kamu menyesapi segelas kopi. Yang jelas, ku harap ia lebih memang lebih baik dari aku. Iya, agar kau tak menyesal melepas aku, sayang.

Sayang… eh ga boleh panggil sayang lagi yah? Lupa :D

Tertanda, Perempuan Kopi mu (dulu)
 


oleh @Rhieryy
diambil dari http://arinddapratami.blogspot.com

Dari yang Kau Sia - Siakan

Untukmu,

Aku menulis surat ini sebelum hilang, karena tak tahu lagi sampai kapan aku sanggup bertahan dengan kondisi ini. Aku selalu berusaha menggenapimu, menjadi yang selalu kau inginkan setiap waktu. Menjadi penenang dan penyejuk, tentu saja kamu sadar itu.

Kamu selalu mengingkari keberadaanku, padahal tidak pernah sekalipun aku enggan saat kau butuh. Ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan. Tidakkah kau menganggapku penting? Butuhkah kau akan hadirku? Lantas, apa alasanmu selalu menyia-nyiakanku?

Sepertinya memang benar kata orang bijak, saat kehilangan baru kita tahu kadar pentingnya sebuah keberadaan. Aku hanya tidak ingin, kelak kau menyesal dengan pengabaian.

“Kelak jika air yang kita minum adalah air terakhir, baru kita tahu bahwa kita tak dapat memakan uang.” – pernah dengar.

tertanda,

air


oleh @sedimensenja
diambil dari http://sedimensenja.wordpress.com

Kepada Ibu Dosen

Magelang, 28 Januari 2013
Kepada
Yth. Ibu Dosen Tercinta
di manapun Ibu berada

Dengan Hormat,
Bersamaan dengan datangnya surat ini, saya yang bertandatangan di bawah ini,
Nama                :  Sinta Agustina
NIM                   :  1N1 TUL1S4N 4L4Y B4NG3TZZZ
Jurusan            :  Magelang-Solo
Memberitahukan kepada Ibu Dosen Tercinta bahwa saya telah cukup lama menunggu balasan pesan singkat dari Ibu, lantaran saya ingin bertemu Ibu untuk suatu hal yang sangat penting. Untuk itu saya mohon dengan sangat agar Ibu segera membalas pesan singkat saya, sehingga saya bisa segera menemui Ibu.

Demikian yang dapat saya sampaikan, dan terimakasih atas perhatiannya.


Mahasiswa yang sedang gusar,


Sinta Agustina

oleh @sintrooong

diambil dari http://agustinasss.blogspot.com