18 January 2013

Halo, Mantan Dua Tahun Lalu

Halo, mantan dua tahun lalu..
Hmm.. Bagaimana kabarmu setelah dua tahun tak melihatku? Sungguh, aku harap kamu baik-baik saja dengan orang yang pernah membuat hari terburuk di dalam sejarah kehidupanku.


Entah apa yang terjadi, sampai aku akhirnya menuliskan surat ini untukmu. Tidak pernah memimpikanmu selama dua tahun ini dan tak pernah berharap bertemu denganmu dalam keadaan apapun. Hanya saja, setiap orang mengingatkanku padamu. Untungnya, kamu adalah salah satu kenangan yang hanya dapat aku lihat dari kaca spion kehidupanku. Dan akan tetap aku biarkan seperti itu.
Halo, mantan dua tahun lalu..
Ingat kertas-kertas yang selalu kusimpan saat kita pergi berdua? Entah itu kertas bioskop, bil restoran, karcis kereta dan kertas-kertas lainnya, masih ingat? Aku masih menyimpannya. Bukan untuk kupeluk saat mengingat masa lalu kita, tapi setidaknya aku masih bisa ingat kalau kita pernah saling memiliki.
Kamu ingat 7 suratmu yang kamu berikan untukku saat jarak memisahkan genggaman erat tangan kita? Diamplop itu kamu menuliskan tanggal serta jam kapan aku harus membukanya, masih ingat? Aku masih menyimpannya. Bukan untuk aku tangisi seperti pertama kali aku membukanya, tapi untuk mengingatkanku, bahwa kita pernah saling mengisi hati satu sama lain.
Kamu ingat slide show yang kamu hadiahkan untukku ketika aku menginjak umur 20tahun? Isinya hanya fotoku yang kamu ambil dari facebook dengan backsound salah satu lagu The Corrs, masih ingat? Aku masih menyimpannya. Bukan untuk aku tonton setiap hari dan mengharapkanmu kembali, tapi untuk mengingatkanku betapa aku pernah sangat dicintai.
Dua tahun bukan waktu yang singkat untuk kita habiskan bersama, tapi juga bukan waktu yang lama untukku mengerti bahwa aku bukan orang terakhir yang ingin kamu miliki.
Terima kasih atas dua tahun yang kamu berikan, aku dan kamu sama-sama tahu itu bukan dua tahun yang mudah. Terima kasih juga atas kenangan yang sudah kamu berikan, setidaknya aku tahu aku pernah sangat disayangi dan diinginkan oleh seseorang. Terakhir, terima kasih untuk semua kepercayaan dan hati yang akhirnya kamu lukai, setidaknya aku tahu kamu bukanlah orang yang Tuhan kirimkan untukku sampai rambutku beruban kelak.
:)
Dari aku, mantanmu di dua tahun lalu.
- @arkemala -
 
 
Oleh : @arkemala
Diambil dari http://arkemala.blogspot.com

Surat Cinta Keempat, Satu Jam Saja

Selamat siang, Tuan Muda,…

Heii, aku menuliskan surat ini sambil ditemani oleh suara hujan yang membasahi kaca jendela kamarku… Mendadak, semua melodrama kenangan tentangmu mulai masuk satu persatu… Lagi…

Disinilah aku, dengan sejuta kenangan tentangmu…

Masih ingat Halte itu? Tempat dimana kamu selalu menungguku setiap kali selesai kuliah. Dengan sabar dan tanpa keluhan, kamu setia menungguku disana, meski aku sering terlambat datang menemuimu…

Lalu, bangku taman pelataran parkir mobil? Dimana tempat kita duduk untuk sekedar memutuskan sebuah pilihan. Mau kemana kita seusai perkuliahan berlangsung? Makan siang, atau langsung pulang. Lucu ya kita? Tidak pernah bisa dengan cepat memutuskan sebuah pilihan. Kamu yang selalu bertanya, aku mau kemana, dan aku yang selalu menjawab, terserah kamu saja.

Koridor kelas, gedung C, yang biasa kita lalui sama sama setelah dari kantin. Seolah menjadi saksi, banyak canda tawa yang kita lewati di koridor tersebut. Juga kantin atas, tempat kamu menggangguku ketika aku sedang mengerjakan tugas kuliah Metodologi Penelitian. Tangan jahilmu selalu mendarat di pipiku, atau secara cepat kamu melingkarkan tanganmu itu di pinggangku. Barulah setelah itu kamu pergi mencari bangku kosong lainnya untuk kau tempati bersama teman-temanmu. Aku hanya menanggapimu dengan seadanya.

Ruang kelas, meskipun tidak terjadi interaksi yang signifikan diantara kita, aku masih ingat betul bagaimana kamu, diam-diam mencuri pandang ke arahku. Yang kemudian, mata kita saling bertemu dalam diam.
Kita memang jarang berkomunikasi atau bercengkerama secara bebas ketika di kampus. Aku dan kamu memang sama-sama saling menjaga dari gunjingan orang lain. Namun setelah itu, kita bisa bebas berbicara apa saja.

Kamu ingat? Bagaimana awal kita dekat? Agak klise memang, karena satu tugas kelompok, kamu dan aku saling mengenal. Lebih tepatnya aku yang mulai mengenalmu. Kenyamanan pun perlahan muncul.

Kamu selalu heran, mengapa aku sangat menyukai wangi tengkukmu. Setiap kali jika aku ada di belakangmu, aku pasti selalu mencuri waktu untuk menghirup aroma tubuhmu itu. Rasanya tak pernah bisa digambarkan dengan kata-kata.

Disinilah aku, dengan sejuta kenangan yang menyeruak masuk persis hujan hari ini yang mendadak turun dan tak jua reda. Seperti itulah rinduku padamu, yang tak pernah kamu tahu betapa rindu ini sungguh sangat menyiksa.

Aku rindu berdebat denganmu. Aku rindu menemanimu bermain kegemaranmu. Aku rindu ada di pelukanmu. Aku rindu menghabiskan waktu denganmu meski hanya sekedar menemani makan siang, atau makan malam. Aku rindu semua masa masa indah itu. Bisakah, satu jam saja, kita mengulang kembali masa-masa itu?

Cheers

-artnda


Oleh : @artnda
Diambil dari http://artnda.tumblr.com

Baruna

Baruna,

Gerimis hari ini tak habis habis. Taukah kau apa artinya?

Aku rasa alam memintamu berhenti sejenak. Dua butir matahari dan telur mata sapi sudah lama lewat. Patah patahan lirik lagu, melodi yang sumbang, belasan kali dimainkan. Tukang sepatu dan saingannya berhenti saling teriak dan berkemas sedari tadi. Pohon, jalan jalan kota perlahan lengang. Sekarang sunyi. Hanya ciut ciut pena digesek dan tetesan yang terpantul kaca jendela.

Seseorang di luar mungkin merindukanmu. Ia menengadah, memohon hujan. Lalu gerimis turun semusim dua musim. Begitu setia doanya sampai ia turut menjelma. Berharap akan punya kekuatan untuk menyeretmu pulang dalam air yang besar. Sehingga kau tak lagi punya alasan duduk di bantal kapuk, menertawai burung yang terpeleset genangan air hujan.

Baruna,

Gerimis hari ini tak habis habis. Dan aku tak tahu apa artinya.

Mungkin doaku gagal. Mungkin berhasil. Tapi kau tak juga pulang, kehormatanku. Dalam (aku) air yang besar, kau juga adalah air yang besar. Baruna, Devanagari – kau air dari segala air. Kita ternyata magnet sama besar, memberi juga menahan. Tiada guna bersaksi melihat siapa si kalah. Ulangmu berkali kali, kita saling memandang sudah dari jarak yang tepat – niscaya semuanya akan baik baik saja.



Dan benarkah itu, Baruna, tak ada yang patut dikhawatirkan melainkan ego sendiri?
Benarkah itu, Baruna, kau tak perlu pulang dan berjanjilah terus menjaga diri?
Memang semua sunyi. Namun aku perlu mendengar sesuatu selain suara pikiranku ini.


Oleh @awulanp
Diambil dari http://pwulansari.wordpress.com

Mungkin Nanti Akan Ada Peluk dan Senyum Penuh Dukungan


Kepada Nadia, cinta yang tak perlu diucapkan.

          Untuk Nadia, satu-satunya kakak dan saudara yang kupunya selama ini. Kurasa tidak perlu diucapkan, tapi biar kuberitahu, aku cinta kamu. Sebetulnya agak lucu aku menulis ini karena jenis persaudaraan kita bukanlah jenis yang dibalut dengan kata-kata manis atau pelukan erat jika salah satu dari kita sedang bersedih. Persaudaraan kita lebih seperti sahabat yang tidak perlu melibatkan fisik.

          Anehnya, meski kita hanya berbeda 17 bulan dan aku berhenti memanggil kamu dengan sebutan ‘kakak’ dan lebih memilih memanggil nama kamu langsung, aku merasa justru umur kita terasa begitu jauh. Aku, yang masih sering bersikap kanak-kanakkan merasa kamu adalah kakak yang berpikir rasional terhadap apapun.

          Untuk Nadia, kakak yang bersama-sama denganku selama tujuh belas tahun ini, aku mensyukuri kehadiran kamu sebagai kakakku. Kita, yang selalu diajarkan untuk berbagi oleh Papa dan Mama, yang seringnya lebih banyak bertengkar untuk hal-hal sepele karena keegoisanku, yang tak segan-segan kupukul jika kamu menggodaku dengan berlebihan, yang selalu memainkan jarinya di dalam pusarku ketika kecil dulu, yang kuingat kamu menangis meraung-raung ketika Mama membuang guling kesayanganmu yang dekil itu, yang selalu tidur bersisian denganku sampai hari ini.

          Kita sudah mulai dewasa dan semakin hari semakin jelas bahwa kesukaanku bertolak belaka dengan kesukaan kamu. Kamu lebih mengandalkan otak kirimu dan belajar seperti jenius untuk menggapai nilai tertinggi untuk membanggakan Papa dan Mama, sementara aku, di sisi lainnya lebih mengandalkan otak kananku yang bekerja untuk membanggakan Papa dan Mama.
          Dalam kehidupan remajaku, terima kasih kamu sudah ada dan memberiku nasihat-nasihat mengenai apa yang seharusnya kupilih dan yang seharusnya kulakukan untuk masa depanku. Terima kasih untuk mau berbagi semua pikiran positif meski kadang aku menyanggahnya dengan opiniku sendiri.

          Kita sudah semakin dewasa dan aku merasa kita jauh lebih dekat dari sebelumnya. Meski tanpa pelukan mendukung, meski tanpa senyum bangga, meski tanpa kata-kata yang membesarkan hati, tapi kita tahu kita lebih dekat dari apapun.

          Untuk Nadia, kakak yang kukagumi semangatnya untuk lebih baik, yang selalu tidur larut demi mendapat nilai terbaik, yang terlambat makan dan bilang ‘nanti’ ketika Papa, Mama, dan aku makan malam, yang selalu kupinjami uangnya dan tak pernah kukembalikan. Terima kasih untuk berjalan bersamaku dalam perjalanan menjadi dewasa.

          Meski terkadang aku kesal karena kita berbeda hobi, tapi aku sayang kamu. Lebih dari apapun dan aku mengharapkan yang terbaik untuk kamu. Semoga segala perjuangan kamu, segala pelajaran yang sudah susah payah kamu pelajari, berguna untuk masa depan kamu. Kita harus berhasil, Nad, karena itu yang diharapkan Papa dan Mama. Ayo kita buat mereka bangga dengan cara kita masing-masing.

          Semoga kamu bahagia di masa depan dan kita masih akan menjadi kakak-adik yang saling mendukung tanpa perlu diucapkan. Kita masih akan menjadi kakak-adik yang bertukar cerita dan ide-ide gila yang tak pernah sempat dilakukan.

          Karena kamu jarang membicarakan kisah cinta kamu, kuharap kamu mendapatkan priamu yang paling baik nanti. Jangan terlalu memaksakan diri, kamu sudah kurus kering seperti itu. Apapapun itu yang ingin kamu raih, utamakan lah kesehatan kamu, karena Papa dan Mama hanya akan khawatir dan tidak akan mengizinkanmu melakukan apapun itu karena fisikmu itu.

          Kepada Nadia, kudoakan kamu segalanya untuk masa depan kamu. Tentu saja aku tidak harus mengucapkan itu kepada kamu, Kak :)
With Love,
Anjani


Oleh @anjanif
Diambil dari http://anjanif.tumblr.com

Kamu Jangan Nakal Ya

Hey, lebah madu :)

Kali ini, saya tidak akan menanyakan kabar mu. Bukan, bukan karena saya tidak ingin mengetahuinya. Hanya saja, saya sangat yakin kamu sedang sangat bahagia sekarang.

Dari sini, saya bisa melihat dengan jelas kamu tersenyum. Sebuah senyum yang selalu saja bisa meluluhkan, dan mengundang untuk dirindukan. Benar begitu, bukan? Ah, sepertinya saya terlalu sok tahu dan mengada-ngada :)

Oh iya, kemarin saya bertemu dengan mama di sebuah pusat perbelanjaan. Beliau nampak sehat, kami hanya sempat berbincang sebentar. Sebab beliau sedang bergegas, karena sudah ditunggu teman-temannya. Beliau mengundang saya untuk datang ke rumah, akan ada arisan keluarga katanya hari ini. Beliau juga bilang akan memasak ‘samba itiak lado ijau’. Dan itu kesukaan saya! Ah, kedengarannya sangat enak dan menggoda :9

Untunglah, hari ini saya tidak punya kesibukan yang berarti. Sehingga saya bisa berkunjung. Sudah cukup lama juga saya tidak datang ke sana. Terakhir kali sewaktu Natal kemarin.

Saya sudah tidak sabar. Saya juga tidak ingin datang terlambat. Ngomong-ngomong, apa kamu punya pesan yang ingin dititipkan? Nanti kamu bisikkan ke saja kepada saya setelah membaca surat ini :)

Sekian dulu surat saya ini, lain kali saya akan lanjutkan. Surat ini saya taruh di bawah bingkai fotomu yang ini ya. Setelah saya pergi, kamu bisa membacanya.

Baiklah, saya akan berangkat sekarang. Kamu jangan nakal ya di surga. Nanti malam, jikalau sempat berkunjunglah ke mimpi saya. Saya tunggu :)

Kecup rindu dari beruang madumu <3


Oleh @benjalang
Diambil dari http://benjalang.wordpress.com

Frappuccino Pakai Marshmallow

Seandainya kamu tahu…

… bahwa setiap pertemuan kita
baik ketika ada orang lain bersama
atau ketika kita hanya berdua
selalu sangat istimewa untukku.

Lebih istimewa dari nasi goreng komplit spesial pakai telur.
Lebih istimewa dari martabak manis pakai mentega Wijsman.
Lebih istimewa dari ayam goreng pakai lalap dan sambal terasi.
Lebih istimewa dari frappuccino pakai marshmallow.

Seistimewa itu.
Sememuaskan itu.
Senikmat itu.
Semerindu itu.

Tidak pernah biasa-biasa saja.
Selalu luar biasa.

Seandainya kamu tahu,
dan seandainya seistimewa itu pun untukmu…


Oleh @Dear_Connie
Diambil dari poeticonnie.tumblr.com

Pantulan 7 Inci


Malam tadi, kurasa, aku kembali terluka. Kenapa kubilang ‘kurasa’? Karena aku tak lagi ingat bagaimana rasanya terluka. Bagaimana rasanya sakit. Semuanya campur aduk menjadi satu dalam kehidupanku sehari-hari. Aku menjadi bebal. Kebas. Menjalani hari tanpa berpikir. Lupa bagaimana caranya merasa.

Dan aku tidak tahu harus berbuat apa ketika ada efek kejut yang menjalari jemariku. Sedetik aku merasa ngilu, yang kemudian terpental jauh bersamaan dengan denyar rasa kebas yang menyelimuti.

Kamu tahu, untuk sekian milidetik, nafasku terhenti. Dan yang kuingat kemudian, jemariku mulai mengetuk papan ketik. Berusaha mengetikkan berbagai macam kata yang berdentum di benakku. Tapi di saat yang bersamaan, seluruh perbendaharaan kataku seolah tercerabut dari tempatnya. Terserak di pelataran pikir tak berbentuk. Meninggalkan jemariku menekan tombol acak tak bermakna.

Layar 7 inci di hadapanku menggelap. Membiarkanku menatap bayangan kelabu dari mata berwarna cokelat gelap. Meninggalkanku bersama rasa yang begitu absurd. Ketenangan dibalik ngilu yang mendera. Perasaan kosong yang melegakan dibawah bendung rasa untuk bertahan. Sedetik lebih lama, aku bersirobok dengan bayang mata kelabu. Kabut yang menutup pendar cerah matanya mulai berkondensasi meninggalkan titik air di pelupuknya.

Mungkin benar, ketika mereka bilang tubuh bereaksi lebih cepat daripada perasaan. Secepat dia mengetahui bahwa pemiliknya jatuh cinta, sekilat itu pula dia menyadari bahwa tubuh itu telah sembuh dari luka hatinya. Tetapi perasaan? Dia sadar terakhir. Memaksa untuk berkonsentrasi pada dirinya sendiri. Yang akhirnya hanya meninggalkan luka yang mendalam. Seperti egoisme yang menggerogoti rasionalisme pikir.

Seperti tenang dan kosong melegakan, yang hadir dibalik dentum jantung yang berdebar diserang ngilu.

Aku bosan berteman rasa sakit dan ketidakpastian. Bosan berpegang pada kalimat menenangkan bernada diplomatis yang diberikan oleh hati yang pahit. Bosan berprasangka baik pada perhatian semu yang aku tahu itu hanyalah sisa kacau balau harapan yang terpantul dari jendela kaca orang lain.

Cinta, kapan datang lagi? Aku kangen…


Oleh: @wennyarifani
Diambil dari http://wordsconstruction.blogspot.com/

(Rasanya) Rumput Tetangga Lebih Hijau



Teruntuk kalian,
Yang merasa rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau.

Apa kabar kalian? Masihkah sibuk memperhatikan rumput di halaman? Masihkah bersitegang satu sama lain lantaran memutuskan rumput siapa yang lebih hijau? Saya heran. Hidup ini rumit. Mengapa pula ada saja yang meributkan perihal rumput-yang-lebih-hijau. Rumput-rumput tak bersalah. Hanya tumbuh dan mencari tempat berteduh. Bahkan mereka tumbuh bukan atas kehendak kalian, kan? Hijau itu Tuhan yang memutuskan. Selebihnya kita hanya menyaksikan.

Biasanya, rumput di halaman tumbuh begitu saja. Tanpa diminta. Tanpa disuruh. Sama seperti rindu yang hadir tetiba. Kita diam. Tapi sesungguhnya mereka ada. Dalam pikiran, hati, jantung, lambung bahkan usus. Pada semua organ yang kita punya. Sadarkah? Saya rasa tidak. Alam bawah sadar kita yang menjaganya. Seperti tanah yang dengan sukarela ditumbuhi rumput-rumput liar.

Hujan begini sempatkah kalian menengok keadaan rumput tetangga? Tenggelamkah mereka? Makin hijaukah? Atau terhanyut bersama hujan? Saya yakin kalian lebih memilih berdiam lebih lama di balik selimut dan memimpikan untuk menanam singkong saja keesokan harinya semata-mata agar kalian tak perlu memikirkan rumput-siapa-yang-lebih-hijau lagi. Saya harap ketika mulai memasuki usia senja, kalian tak lagi meributkan perihal rumput-siapa-yang-akan-lebih-dulu-mati.

Sekian saja. Saya tak terlalu paham perihal tanaman. Termasuk bagaimana membedakan rumput mana yang terlihat lebih hijau. Semoga semakin segar!

Jadi, rindu siapa yang rasanya lebih hijau?

Salam,
Tetangga kalian


Oleh: @ulfaground
Diambil dari http://ulfarizkiana.blogspot.com/

Kepada Hujan

Hai hujan, terima kasih sudah turun ke bumi. Airmu menyejukkan sekali. Dahaga bumiku terobati, kekeringan terampuni. Tumbuhan kembali berseri, hewan lalu bernyanyi. Aku terseringai.

Hai hujan, kenapa kau belum juga berhenti? Bumiku sudah cukup air hari ini. airmu sudah tidak menyejukkan lagi. Bumi sudah kenyang, sudah muntah. Ia mengeluarkan sampah, yang akan menjadi limbah.

Hai hujan, berhentilah! Kau membuat manusia susah. Kau membuat alam gundah. Hewan-hewan resah, dan tanaman musnah.

Hujan, petirmu kejam, anginmu seram. Apa kau sedang marah? Apa karena kami berulah? Siapa yang hendak kau hanyutkan? Siapa yang ingin kau lenyapkan? Apa kau memberi cobaan? Atau ini sekedar peringatan?

Hai hujan, kurasa kau hanya berkerja sama dengan alamku, melunakkan sedikit, kerak-kerak di permukaan bumi. Selesai kerjamu nanti, aku yakin, bukan hanya kerak bumi yang melunak. Mungkin juga keras kepala kami.

- Perempuan di balik jendela yang basah -    


Oleh: @ulansabit
Diambil dari http://punyaulan.wordpress.com

Culat Cinta buat @ownyet

Ownyet, ini culat cinta buat kamu.


Oleh: @ydkzk
Diambil dari http://ydkzk.wordpress.com/

Dari Kami untuk Kalian


Untuk kalian yang suka setiap kali melihat kami berjatuhan.

Baiklah, melalui surat ini, kami akan menjawab satu persatu pertanyaan kalian. Pertama, kami hanyalah sekumpulan air yang terjadi karena proses evaporasi, kondensasi dan presipitasi. Kami percaya bahwa kaliah mengerti karena kalian jauh lebih cerdas dari kami. Kami jelas diciptakan oleh Tuhan melalui proses-proses tersebut, bukan dari mantan. Kedua, kami datang mengetuk pintu jendela kamar kalian. Lantas mengapa pintu kenangan kalian yang terbuka? Itu mungkin karena  hati kalian memiliki kesamaan dengan jendela, sama-sama terbuat dari kaca, yang katanya, ketika pecah tidak akan pernah bisa utuh lagi. Haduh, mengaku penggemar berat kami tapi tidak juga memahami filosofi kami. Jatuh itu proses, kawan! Nikmati sajalah! Suatu saat juga akan ada yang menangkap kalian dan tidak akan membuat kalian terjatuh lagi. Memang, dihempaskan ke tanah itu sakit. Ya kalau boleh memilih, kami juga inginnya dihempaskan ke kasur empuk saja. But, we have no choice. Jadi, beruntunglah kalian yang memiliki begitu banyak pilihan dan kesempatan. Berhentilah menjadi mellow menye-menye ketika kami muncul. Keluar dan tengadahkan tangan kalian. Tangkap kami. Biarkan kami mendarat di wajah kalian.

Siap bermain dan bernyanyi bersama kami?


Oleh: @ziah_F
Diambil dari http://ziahziahziah.tumblr.com/

Surat #DuaHati @penagenic dan @elwa_


Sengketa Rindu Dari Kejauhan


Saat menuliskan ini, aku merasa sangat bahagia. El tahu kenapa? Ada beberapa kalimat yang harus kupetik dari surat yang kau kirimkan kemarin.
Aku tidak akan mengucapkan, "Aku masih mencintaimu", karena aku tidak pernah berhenti melakukannya, sejak pertama hati kita rebah di genggaman yang sama.
Rinduku perlahan pudar membaca itu. Beberapa detik terpejam. Aku mengingat hari ini seperti aku mengingat hari ulang tahunmu, juga hari pertama kita bertemu, dimana senyum dan seluruh gerakmu menjadi bahan terbaik yang tak pernah bosan aku pikirkan.

El, sejujurnya saat ini aku ingin merayakan rasa ini bersamamu. Dengan makan malam di tempat kesukaanmu, atau sekedar menyusuri jalanan kota, menikmati hujan dengan berbagi cerita tentang apa yang sudah kita lakukan seharian. Aku ingin melihat kebiasaan lucumu, memercikkan air kecil-kecil dari pipet minumanmu ke wajahku.
Harus malam ini! Tak boleh besok, lusa ataupun kapan. Sebab, mencintaimu selalu kulakukan sekarang, apa adanya, semestinya dan semoga seterusnya. Namun jarak...
Ah, inilah hal yang paling kubenci dari jarak!!

Setelah beberapa bulan aku disini, tak ada lagi sidik jari yang biasa dihafalkan kulit pipiku. Tak ada lagi cubitan-cubitan kecil di pinggangku ketika aku ngebut di jalanan, seperti kebiasaan yang El lakukan saat kuboncengkan. Bangku kiri yang selalu kosong saat berangkat dan sepulang kerja, kerap membuat aku muak pada apa yang bernama "Tugas".

Apakah ini siksa sementara untuk kita? Agar kita semakin paham bahwa kita memang saling membutuhkan? Kamu nyaman dengan jarak ini, El? Aku butuh jawaban atas pertanyaan ini, Sayang...
Jika boleh kugambarkan rinduku padamu, sama halnya saat kamu terpejam. Betapa besarnya hingga kau tak dapat melihat apa-apa. Beberapa cerita yang berhasil kuloloskan dari tawamu, tak ubahnya ludah pahit yang terpaksa harus kutelan.

El, di bagian akhir suratku kali ini, aku ingin sekali lagi mengatakan bahwa aku rindu menatap bola matamu yang selalu mampu menunda gerimis, suara tawamu yang menyerupai lantunan doa untuk bahagiaku, juga pelukanmu yang kerap menyediakan tempat lapang bagi dadaku. Aku mencintaimu layaknya izin semesta yang menurunkan hujan.
Disana, tetaplah menjadi bagian terbaik yang bersedia menampung dan merawat seluruh sisa usiaku, kelak...

Dari lelaki yang tak pernah bosan mencintaimu... I Love You :*
Di luar kata-kata yang kutulis disini, aku menelanmu sebagai manis yang dikandung madu. Bergeraklah di tubuhku sebagai hal yang selalu dimohon oleh nadiku.


Oleh: @penagenic untuk @elwa_


---



Oase Rindu.


Hai, Pen...
Kamu memulai surat ini langsung dengan pancingan nostalgia. Nakal ya. Aku jadi merindukanmu lebih dari yang sudah ku lakukan.
Hari pertama kita bertemu? Bagaimana kumalnya aku sepulang kerja ditambah kehujanan pula ke acara teman kerjaku yang ternyata teman SMA kamu itu? Hahaha, aku hampir tidak mau ikut kau tahu? Kalau tidak karena ancamannya yang gila itu, kau tahu sendiri bagaimana dia kalau sudah punya mau. Keukeuh ceuk urang teh. Ya Tuhan, aku mengingat lagi rambutku yang lepek minta ampun saat itu. Hahaha. sungguh mengherankan kamu bisa jatuh cinta padaku hingga saat ini, Pen. Mungkin kamu gila? Hahaha.

Sial, kamu jauh saja membuatku tertawa hanya dengan sepenggal kenangan.
Oase kecil menggenang pada pelupuk mataku kini. Hal lucu tentang sebuah kenangan, terasa begitu dekat namun sebenarnya sudah lewat berapa masa dan hanya berputar-putar seperti sebuah piringan hitam usang pada kepala. Satu-satunya hal yang menyakitkan dari kamu adalah, aku hanya bisa merengkuhmu dalam kenanganku. Aku hanya bisa menghirup sisa-sisa aromamu yang tertinggal pada jaket yang ku bawa terakhir kali kita bertemu. Sudah, hanya sebatas itu. Cukup untuk persediaan hingga pertemuan berikutnya.

Kita sedang dalam perayaan, sayang, perayaan bersama melalui tarian aksara. Melalui kenangan-kenangan yang terajut indah di dalam masing-masing kepala, parade riuh hingga hati. Tentang hari-hari yang kita lalu, jalan-jalan di mana serpihan kita masih mengkristal jelas di tiap sudutnya. Kita sedang bersulang dengan cara kita sendiri sayang, menuang ingatan dalam gelas tinggi bernama penantian kemudian kita bersulang dengan udara. Menyesap, menikmati manis pada lidah dan tetap tinggal di sana hingga oase pelupuk mata kita tak lagi kecil dan runtuh. Manis menjadi terasa sedikit asin. Rasa laut yang memisahkan kita 100 Kilometer jauhnya.
Seandainya tangisku meluruhkan samudera, aku rela menguras air mata yang tersisa hingga waktu bertemu denganmu tiba, Pen. Sungguh.

Tidak sayang, ini bukan siksaan. Jangan begitu, nanti kamu malah terbeban dan ingin cepat-cepat mengakhiri jarak yang sebenarnya tak buruk-buruk amat ternyata. Walaupun aku harus menabung rindu lebih banyak, walaupun aku harus menangis lebih sering ketika malam-malam aku merindukanmu dan harus menguburkan kenyataan bahwa kamu tak dapat ku temukan nanti ketika pagi menyingsing. Tak ada kamu lagi yang merecoki cangkir kopiku karena milikmu sudah lebih dulu tandas. Tapi aku mencintai kamu dan jarak kita. Jarak adalah cara Tuhan mendekatkan kita, dan memperkenalkan tentang sebuah pelukan pun pertemuan yang jauh lebih indah dari biasanya. Jangan goyah ya sayang. Kita adalah pembenci pun pecinta jarak, antara kepalamu dan kepalaku mungkin sejauh arak-arak awan sepanjang samudera. Namun aku tahu, antara hati kita hanya berjarak ruang kosong pada jemari yang menunggu digenggam lagi pada waktunya.

Pen,
Kamu benar-benar menyebalkan. Aku merindukan kamu.
Aku sangat merindukan kamu sekarang. Ah. Kamu menyebalkan.


Surat balasan dari @elwa_ untuk @penagenic
Diambil dari: http://brainelstorm.blogspot.com/

Surat #DuaHati @evanjanuli dan @myaharyonov


Dan Ternyata


Dear Mia,

Ternyata kamu beneran bales surat aku yah (setelah dibantu doa).

Ternyata kamu beneran inget aku yah (setelah dibantu buku tahunan).

Ternyata kamu beneran Mia yang dulu (setelah  delapan tahun (mungkin) kita gak ketemu yah)

Tiga kali maaf kamu aku maafkan dengan tiga kali ternyata aku.

Aku tetep pengen manggil kamu Mia yah, paling gak ya aku lebih nyaman manggil kamu Mia daripada Mimi karena semua temen-temen kamu manggil kamu Mimi. Ya aku juga temen kamu sih tapi aku gak mau disamain sama temen-temen kamu aja.

Oh iya, jangan grogi yah aku suratin gini. Kalau kamu nanya kenapa aku suratin begini, ya simple sih, sometimes the old-fashioned way is the only way that can work. Contohnya ini aku bisa lancar banget ngomong ke kamu kan? Belum tentu kalau kita langsung ketemu, kita bisa ngomong selancar ini. :D

Dan aku masih Evan Januli yang dulu kok, fisik bisa berubah semua tapi pada dasarnya semua orang gak bisa merubah jati diri aslinya. Aku masih Evan Januli yang sama seperti dulu, dan aku bukan anggota boyband loh. Atau kita harus saling mengenal lagi dari awal?

Mia, aku gak tau jawaban buat pertanyaan terakhir kamu sih sebenernya. Pada dasarnya aku cuma mau tau kehidupan salah seorang individu yang sempet jadi orang yang paling berharga di hidup aku kok setelah aku gak tau kabar dari orang itu sekitar delapan tahun.

Mia, Mia, Mia, I love the signature on your letter.

Love,

.E.


Oleh: @evanjanuli untuk @myaharyono


---




The Love After Me


Dear E,

Kamu kurang menyebutkan satu kata di suratmu sebelumnya. Coba kamu baca lagi?

Sudah menemukannya?

Belum?

Bingung?

Baiklah biar aku yang memberitahukanmu.

Aku bukan orang yang paling berharga dalam hidupmu. Aku kan hidup di masa lalumu, tepatnya 8 tahun yang lalu.

Coba selipkan kata ‘pernah’ di situ. Mungkin akan lebih pas terasa.

Tujuh tahun yang lalu.

Enam tahun yang lalu.

Lima tahun yang lalu.

Empat tahun yang lalu.

Tiga tahun yang lalu.

Dua tahun yang lalu.

Setahun yang lalu.

Siapa yang penting dalam hidupmu? Karena setelah kita tak lagi bertemu, pasti ada yang lain yang menguasai hatimu.

Jujurlah, Januli :)

Xoxo,

Mimi


Surat balasan dari @myaharyono untuk @evanjanuli
Diambil dari: http://mimidanpipi.tumblr.com/

Surat #DuaHati @brutalita dan @enkanaa


Satu Kamu, Sejuta Hahaha

Kurnia, Baskara Penerang Dirgantara,
Terimakasih surat balasannya. Tersedak rujak saat membacanya. Kamu bilang aku manis? Itu nyindir sinis atau mencoba puitis? Lol. Whatever it is, has already melted me down at ease.

Hartana, Pembawa Nirwana di Jiwa,
Hanya bersama kamu aku banyak berbahagia. Ketika hidup menyisipkan ribuan alasan untuk meluruhkan air mata, kamu menawarkan milyaran alasan untuk meledakkan tawa. Seperti semalam, lelah mendadak terlupa berkat obrolan ngalor-ngidul sepanjang kampus-Roma. Atau seperti sebelumnya, saat kelas listening kamu ngomong kotor sedangkan mic-nya masih nyala. Kamu benar-benar tak terduga. Kadang tak waras kadang gila. Tapi untungnya, akal (tak) sehatkupun menerima. Jadi bagaimanapun juga aku pasti tetap cinta.

Al Ilmi, Penembang Perih, Penyair Letih,
Selama kamu di sini, sedih enggan menebar benih. Pun bahagiaku menolak berjabat dengan sakit hati, kasih. Karena ku tahu kini, tak akan ada lagi hati yang sendiri. Ada hidup warna-warni yang lebih menyenangkan untuk dijalani. Ada cinta sampai-mati yang bersama-sama harus dihidupi.


Oleh: @brutalita untuk @enkanaa


---




Terselip Cinta

Sayang.
Aku kangen.aku kangen .
Dan rasa kangen itu muncul ketika kita baru saja berpisah..
Haha, mungkin kalau di nalar semua itu terlihat aneh, baru aja ketemu kok sudah kangen.
Ya tapi memang itu realitanya.
Apa hal yang membuat aku kangen akan kamu?
Pasti Terlalu banyak untuk disebutkan, dan pasti kamu akan lelah dan tertidur ketika saya menyebutkannya..
Karena hal yang bakal aku sebutkan adalah hal hal kecil yang tak kasat mata, yang nggak terlalu penting dan bahkan hal yang kamu sendiri secara sadar ataupun nggak kamu lakuin.
Tapi aku rindu, aku rindu kamu..

Pacarku yang rumahnya dingin.
Pada saat jam orang tidur, aku malah ngganggu kamu, mengajakmu memencet tombol angka di handphone dan melakukan flashback atas hal yang terjadi di hari itu..
Dan semua itu aku lakukan dengan senang, dan aku lupa akan semua lelahku di hari itu. Walaupun tak jarang aku mengeluh lelah di dalamnya. Tapi kamu selalu sabar dan nungguin, bahkan menawarkan aku untuk terlelap duluan mendahuluimu..

Pacarku yang ip nya lebih tinggi daripada aku.
Kamu adalah sesosok wanita cerdas, tapi kadang aku berpikir apakah bukan suatu kesalahan kamu jatuh cinta sama aku.. semua itu lucu, aku sering tertawa sendiri ketika mengingat hal itu.. ketika kamu bersorak sorak mengingatkanku akan tugas yang mulai mendekat deadlinenya. Seakan aku sadar kamu tercipta disampingku untuk mendoakan, menemani, mengasihi dan apapun itu.



Surat balasan dari @enkanaa untuk @brutalita
Diambil dari: http://kadalkrispi.tumblr.com/