Dear, Venus..
Biasanya sebuah surat akan diawali dengan kalimat basa-basi berupa pertanyaan standar tentang kabar masing-masing. Dua orang dengan hubungan yang normal pasti akan melakukannya demi terkesan perhatian kepada orang yang dia kirimi surat. Yah, pada faktanya memang kita tak mengirim surat untuk orang yang tak kita perhatikan, bukan? :)
Sayangnya, kita bukan dua orang dengan hubungan yang normal seperti itu. Kita sudah tak pernah bertemu sekitar 4 tahun lamanya. Kita memutuskan untuk tidak saling berkomunikasi dengan mengganti nomor ponsel masing-masing, menghapus kontak disemua chatroom, dan saling mem-block disegala jenis social media. Lalu, apa yang membuatmu begitu penting sehingga aku ingin mengirim surat ini? I think it’s fair to see us as stranger, stranger with memory :)
Kita masih sangat muda saat itu. Masih melihat dunia pada bagian terang, dan belum terlalu pandai menerjemahkan gelap. Wajar kalo waktu itu kita sangat naif. Kita menikmati saat-saat yang bisa kita nikmati, seakan memang tak ada hari esok. Terlalu menikmati hingga tak merasa harus memiliki. Sesuatu yang harus kusesali hingga kini.
Ada waktu dimana aku merasa hanya dengan memandang matamu, maka aku adalah orang paling bahagia sedunia. Ada waktu dimana hanya dengan tertawa bersamamu, aku rela mengorbankan seluruh dunia. Ada waktu dimana dunia menghilang saat aku menggenggam tanganmu di bawah langit malam.
Tapi ada waktu dimana aku takut menghadapi kenyataan. Ada waktu dimana aku takut menerima kenyataan bahwa kau sudah punya ikatan. Ada waktu dimana aku tak mampu menahan agar tak pergi meninggalkan. Ada waktu dimana aku menjadi pengecut yang bahkan tak mampu mengatakan perasaanku.
Hari berganti, hati berganti. Si pengecut ini membayar ketakutannya. Aku masih ingat malam dimana akhirnya kau memilih hati yang lebih berani. Si pengecut ini terlambat. Si pengecut ini tak sempat menyatakan.
7 tahun berlalu dan aku masih jadi si pengecut itu. Ada hati yang ikut mati saat kata tak sempat terangkai. Ada bagian yang ikut menghilang saat kau tak juga datang. Ada rasa yang tertahan saat cerita harus diselesaikan.
Aku tak tahu apakah kau sekarang masih mengingatnya, apalagi sempat membaca surat ini. Tapi aku percaya hidup punya ribuan cara untuk bercanda. Mari berharap kali ini leluconnya cukup lucu untuk membawamu ke tulisan ini. Karena melalui ini akhirnya aku harus mengatakan apa yang harusnya kukatakan saat itu.
Aku Cinta Kamu (saat itu)
Semoga hidupmu bahagia saat ini :)
Dari aku, yang pernah kau sebut “My Easter”
oleh @Swedho
diambil dari http://swedho.tumblr.com
No comments:
Post a Comment