04 February 2013

Untuk Yang Maha Segala


Bandung, 3 Februari 2013

Kepada Yang Maha Mendengar dan Yang Maha Mengabulkan.

Ini cuma sebuah surat yang di dalamnya terdapat beberapa paragraf tentang penjelasan spesifik mengenai mimpi-mimpi yang aku dan dia — kami punya. Kami akan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan mimpi-mimpi ini, namun semua tidak ada artinya jika tanpa seizinMu. Oleh karena itu aku berharap semoga Engkau menyempatkan membaca surat ini di sana. Selamat membaca, wahai Yang Maha Mengerti :)

Begini awalnya, kami sebagai mahluk-Mu yang dikaruniai imajinasi begitu tinggi, pernah membahas mengenai kehidupan kami di masa datang. Dia punya mimpi, berkeliling Indonesia bersamaku, menggunakan sebuah karavan cantik milik kami. Karavannya tidak terlalu besar, namun cukup untuk kami tinggal disana.

Aku juga punya mimpi, tinggal di karavan bersamanya, bermalam di tepi pantai, berbicara banyak hal — pendidikan, pemerintahan, politik, perekonomian di negara ini, teknologi, isu-isu terkini, atau cuma sekedar berbicara mengenai gosip murahan tentang selebritis yang selalu mencari sensasi itu. Kami akan berbicara dan tertawa ditemani suara ombak. Karavan yang kami punya pun sangat sejuk, namun juga cukup hangat untuk melindungi kami dari angin malam dan hujan.

Dia punya mimpi, membuat suatu perusahaan, mempekerjakan banyak orang, untuk membantu mereka yang kekurangan pekerjaan. Dia bekerja dengan laptop kesayangannya, ditemani olehku sambil membaca salah satu novel kesayanganku dan secangkir susu hangat, duduk berdua di sudut karavan kami.

Aku punya mimpi, bekerja demi deadline menulis artikel dan cerita pendek untuk sebuah majalah, juga menulis beberapa draft untuk buku pertama, atau keduaku, ditemani olehnya, dan dua cangkir berisi teh hangat. Kehidupan kami saat itu seperti es krim dengat topping strawberry — terkadang ada rasa asam yang hadir, namun secara keseluruhannya tetap manis.

Kami punya mimpi…

Tinggal bersama, berkeliling Indonesia, berpelukan dengan hutan, bercengkrama dengan pantai, bersahabat dengan gunung, memotret keindahan alam, merekam semua memori-memori kami, dan memasukannya dalam satu album terbaik di kehidupan kami.

Sekian cerita dan detail yang mungkin terdengar muluk-muluk tentang mimpi kami. Ah biarlah, kami yakin mengenai ini semua, dan kami yakin Engkau Maha Mendengar.

Dengan segala kerendahan hati, kusudahi dulu surat ini, semoga Engkau mengabulkan mimpi-mimpi ini dengan perlahan, namun pasti.



Sembah sujud,

Aku.


Oleh @waktuhujansore
Diambil dari http://spidolungu.tumblr.com/

Berjumpa di Jogja (?)


Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh Kak @anan1n0

Haaaiii… Kau kah itu yang menyapaku dalam gambarmu? Ahh.. Aku merasa tersaingi.. Hihihihi.. Kenapa tak kau biarkan aku sendiri yang menikmati kegembilan pipi dan endut di peyuut… Ehehehehe… Tapi jika itu terjadi padamu, semoga karena kau mengalami perbaikan gizi… 

Oh iya, bagaimana Surabaya? Sudah cukupkah ia memberimu berkantung-kantung rindu diantara hari-harimu yang menunggu? Ah, tenang saja ia sudah cukup menjadi saksi nyata atas cinta yang kini memelukmu. Erat!

Pun denganku, tak pernah menolaki rindu yang selalu meyeruak setiap aku menoleh pada bilik di bawah tangga itu.. Ya, yellow square ituu.. Tempatmu meminjamkan telinga kepadaku, dulu 

Maaf ya, banyak hal tak penting yang kemudian mampir di telingamu atau bahkan terpaksa mendekam dalam satu ingat yang kau miliki. Aku tak pernah berniat memaksamu mengerti semua hal yang meluncur begitu saja dari mulutku. Namun, itulah aku, jika telah mersakan nyaman, maka bisa dengan lepas banyak hal diceritakan 

Maaf juga karena aku tak bisa menjadi saksi kebahagiaan yang telah lama kau tunggu. Terima kasih atas doa agar bisa segera menyusul sebahagia dirimu.

Entahlah kapan kita akan memeberikan waktu untuk sampai pada titik yang menjadi muara penantian kita. Menjawab segala tanya, “kapan kita bertemu mata?” Ya, nanti pasti ada saatnya. Lama kan kau tak mendengar gelakku? Pun begitu denganku.. 

Sudah, simpan yang rapi dulu ya kangennya. Nanti sama-sama kita bagi dalam tawa. Setuju?

Jadi, bagaimana? Apakah kita bertemu di Jogja saja? 

Aku,

pecinta pinky square :’)


Oleh @wulanparker
Diambil dari http://lunastory.wordpress.com/

Next Door


Hai perempuan kamar sebelah.

Saya tinggal di kamar 404, kita sering berpapasan di lorong. Saya suka gaun putih keabu-abuan yang biasa setiap pagi kau pakai, itu seragam kan? Saya juga suka lelaki yang biasa keluar dari kamarmu setiap subuh. Terlihat matang dan berwibawa.

Aku sering sengaja membuka pintu dan merokok di tengahnya, pada jam-jam ia akan keluar dari kamarmu. Aku tahu kebiasaannya mencium keningmu sebelum ia meninggalkanmu, dan kembali lagi 2 malam berikutnya.

Dia tampan ya, wajahnya sabar sekali. Sudah berapa cucunya? Apa ada yang seumur denganmu? Atau bahkan ada yang seumur denganku? Kalau kau mulai tidak suka dengannya, kau tahu nomer kamarku, suruh saja dia ketuk. Aku akan ada selalu.

Atau kita bisa sesekali saling bertukar pengalaman, kalau kau punya waktu luang, mampirlah ke kamarku, ketuk saja. Aku akan sediakan teh English Breakfast. Kalau kau tak suka, aku punya kopi Toraja. Kalau kau tidak suka juga, aku punya Red Label tersisa setengah. Kalau air mineral, sebaiknya kau bawa sendiri, akupun kekurangan itu.

Semoga kau tidak keberatan dengan tawaranku.

- Perempuan Kamar Sebelah -


Oleh @ulansabit
Diambil dari http://punyaulan.wordpress.com

Kemana Hari Pergi?


Hi,
Kamu. Yang ntah dengan cara apa lagi harus aku lupakan.
Kenapa move on itu sulit?

Pernah, kepada hari Senin aku bertanya, "Kemana kamu pergi ketika Selasa datang?" Lalu senin menunduk tanpa jawaban.

Lalu aku bertanya pada hari Selasa, "Apakah kamu berlari-lari ketika Rabu tiba?" Selasa agak berbeda, mungkin dia adalah hari yang paling riang, hingga hanya menyunggingkan senyum disudut bibirnya. 

Lalu aku bertanya pada hari Rabu, "Apakah kamu pernah berharap supaya hari Kamis tidak pernah tiba?" Rabu pura-pura tidak mendengar.

Lalu aku bertanya pada hari Kamis, "Kamu sedih ketika Jumat datang untuk menggantikanmu?" Ternyata Kamis mudah tersinggung, makanya ketika malam, kamis terlihat sangat menyeramkan.

Lalu Jumat datang diiringi teriknya matahari, "Apa yang kamu lakukan ketika Sabtu bertugas?" Jumat menatapku. Tanpa suara. Namun tak pernah lepas memandangku. Ada yang salah?

Lalu aku mendapat pertanyaan dari Sabtu, "Sebelum kamu yang bertanya, Kenapa selalu ada rentetan pertanyaan darimu untuk hari?" Ternyata Sabtu itu kritis. "Memangnya nggak boleh?" Aku balik bertanya. Sabtu yang easy going tak enggan menjawab, "Tanyakan saja pada Minggu yang bergoyang, mungkin dia bisa menjawab tanyamu."

Kepadamu, si Minggu yang maha santai membingkai waktuku, "Kemana kamu pergi ketika hari lain menggantikanmu? Apakah kamu sedih ketika harus digantikan oleh yang lain?"

Kepadamu, perempuan yang maha kritis menyikapi hidup, "Kami punya cara sendiri untuk menghadapi siklus seperti ini; datang, dilalui, lalu ditinggalkan. Hanya ada satu kekuatan yang bisa mencengkram ragamu untuk cukup kuat ketika ditinggalkan."

"Apa?" Kataku, sambil menikmati detik-detik terakhir bersama Minggu.

"Biarkan dia melewati aku bersama yang lain. Hidupnya tak harus terus bersamamu kan?" Seketika Senin datang ditirai hujan. Minggu telah pergi dengan rentetan penjelasannya tentang siklus hari. Aku menarik selimut sambil membenamkan kepalaku dibawah bantal, berusaha meresapi setiap kata yang Minggu lontarkan. 

(Aku enggan menyebut namamu disini), Waktu kamu pergi sambil menggandeng yang lain, yang kubutuhkan hanya keikhlasan. Biar aku temukan caraku sendiri. Kamu hati-hati yaa :_)


Oleh @zaaaturra_
Diambil dari http://zhr-izza.blogspot.com/

Kita Sudah Saling Menjaga


Hari itu tanpa hujan. Sore yang lelah. Aku meregangkan tubuh penatku dari sebuah bangku kayu yang keras. Hampir 3 jam aku duduk di ruangan perpustakaan itu. Aku menengok jam tanganku. Sudah waktu berkunjung rumah sakit.
Sebenarnya mengunjungimu tak perlu batasan waktu tetapi kau melarangku, katamu aku harus tetap belajar.
Ah, pak No…
Akhir September tahun lalu. Kita pernah berdebat seru tentang siapa yang seharusnya menjaga, siapa yang dijaga. Kau bersikeras bahwa akulah yang selamanya harus dijaga. Tetapi aku pun bersikeras sebab ada saat tiba akulah yang menjagamu.
Hingga aku jatuh sakit.
Hela nafasmu yang berat. Iya aku dijagamu. Kamu benar, kamulah sang penjaga. Setiap hari di sisiku menemani, melayani. Bahkan kau membacakan materi-materi kuliahku dari buku-buku tebal itu. Kita tertawa bersama kala kau membaca kosakata yang sulit, dengan mimik yang lucu berusaha membuat terdengar benar dan berulang kali aku membetulkan istilah-istilah itu, hingga tanpa sadar aku semakin berusaha tetap belajar. Katamu, aku tak boleh ketinggalan meraih cita-cita.
Hela nafasmu yang berat. Ketika aku semakin rewel, sakit tak kunjung membaik. Pun engkau membantu membalaskan DM dari kakak yang beberapa hari menginginkan aku jauh. Setiap balasan DM dikirim, helamu semakin berat dan berkata, sudah ya mbak Lala, Kakak itu tak mungkin mau baikan…
Ah, pak No… itu membuatku makin sakit. Tetapi kau tetap menjagaku hingga sembuh.
Kini aku menjagamu. Lihat pak No, siapakah yang seharusnya dijaga? Kita sudah tertawakan hal ini.
Dan sepakat. Kita sudah saling menjaga.
Pak No, lekaslah baik. Besok aku masih menjagamu, jadwal kita adalah kamu belajar berjalan kembali.
Tetaplah menjadi malaikatku dengan sepasang sayap yang penuh kasih.
Berkah Dalem 
Lala

Notes : Pak No bekerja sebagai driver di keluarga kami tetapi bagiku dialah malaikat penjagaku.


Oleh @_bianglala
Diambil dari http://pelangiaksara.wordpress.com

Ra!


DOR! Pasti lo kaget kan gue kirimin surat? HAHAHAHA. Ya gimana gue memang orangnya penuh kejutan sih.

Apa kabar lo si-orang-yang-gak-jelas-Indonesia-apa-Malaysia ? Gimana pulang kampung, seneng? Seneng lah sampe nge-whats app gue aja jarang. Hih! Siap-siapin diri ya, sebelum balik lagi ke dunia perdramaan gak jelas di sana, oke sorry maksud gue dunia perkuliahan di kampus kita tercinta yang bisa-bisa bikin males makan saking eneknya sama keadaan di sana.

Eraaaaa, kenapa IP kamu lebih besar dari aku? *nggak terima* Semester ini ajarin aku ya ajaarin pokoknya!

Anyway, di surat ini gue mau berterima kasih sama lo. Terima kasih karena gak bosan gue bawelin, gue curhatin dan gak bosan ngingetin gue buat kuliah, ngajarin pelajaran yang gue gak bisa. At least IP gue gak kaya semester dua ya, hancur betul. Kalau gak ada lu, serius gue udah pindah kuliah lagi ke Bandung deh. Dan makasih-makasih lainnya yang gue gengsi untuk ungkapkan di sini.

Lo masih muda deh. Lakuin apa yang menurut lo bikin lo bahagia, ya. Jangan kebanyakan mikir. Jangan sering merasa tertekan. Jangan sibuk mikirin “gue kewarganegaraan Malaysia tapi pengen pindah jd Indonesia” oke ini ngarang guenya haha. Jangan trauma-trauma lagi sama cerita masa lalu lo. Karena setiap orang itu berbeda dan lo gak bisa menyamaratakan orang-orang. Tetap jadi teman yang baik ya :)

PS: Jujur sama perasaan sendiri itu harus loh, jangan pendem apa-apa sendirian dan jangan bersikap ok ok aja padahal nggak. Ada gue kan mbak’e.

See you on first day in this new semester. Gue kangen sih sebenernya *peyukin*


Oleh : @mutiaamalia
Diambil dari http://mutiaamalia.tumblr.com/post/42174510336/ra

Pukul 06.00 Pagi Hari


Untukmu yang selalu rajin membangunkanku,

Pukul 06.00 pagi hari,

Enam hari kerja, Senin sampai Sabtu. Kamu selalu setia mendendangkan tembang pagi lewat suara merdumu. Meskipun kadang berteriak, tetapi tidak membuat sanggurdi telingaku rusak. Aku sudah hafal dengan nada-nada itu. Nada yang lahir dari sebuah kesetiaan cinta. Irama yang terangkai dengan tulus hanya untuk menjadikan aku lebih bahagia saat pagi hari. Itu yang membuatku jatuh cinta padamu, sekali, setiap hari kerja.

Pukul 06.00 pagi hari,

Kembali kau berdendang untukku. Seperti biasa aku beranjak, lalu menujumu yang sedang menungguku. Kedua tanganku memelukmu erat. Seperti enggan berpisah. Padahal setiap hari, tetapi rasanya ikatan itu semakin kuat terjalin antara aku dan kamu, kita. Gilakah aku bila mencintaimu? Ah! Tentu tidak. Sebab aku punya alasan mencintaimu. Suara merdumu alasan itu. Selebihnya, mungkin lebih baik kusimpan saja alasan itu. Bagiku, melakukan sesuatu mempunyai alasan, termasuk mencintaimu setiap pagi.

Pukul 06.00 pagi hari,

Untuk kesekian kalinya, kamu mendendangkan tembang lagi. Hari ini, aku terbuai. Kuacuhkan kehadiranmu lewat suara. Sebab aku sedang lelah dengan perhatianmu. Bosankah aku? Tentu tidak. Hanya saja sebuah hubungan kadang butuh spasi. Aku hanya ingin memberikan jarak antara kita, seminggu sekali. Setidaknya dengan begitu, aku bisa menghargai ketulusanmu membangunkanku setiap hari. Entah bagimu. Tapi, aku rasa itu tidak masalah bagimu, kan? Semoga.

Pukul 06.00 pagi hari,

Terima kasih telah setia menemaniku, sehingga pagiku selalu hangat dengan kehadiranmu. Meskipun, hanya lewat suara saja. Tetapi, bagiku itu lebih dari cukup. Meskipun aku tahu mencintaimu tidak mengenal kata cukup, tetapi begitu caraku mencintaimu. Sederhana saja. Sesederhana saat aku bangun pagi agar tidak terlambat sampai tempat kerja karena suaramu membangunkanku, alarm Blackberry-ku.

Aku yang tak terganggu kehadiranmu,

@momo_DM


Oleh @momo_DM
Diambil dari http://bianglalakata.wordpress.com/2013/02/02/30harimenulissuratcinta-20-pukul-06-00-pagi-hari/

Dia yang Mengetikkan Ini Untukmu


Selamat pagi, sayang..
Perlukah aku menanyakan kabarmu di surat ini ketika aku tidak mampu melakukan apapun selain berdoa jika ternyata keadaanmu sedang tidak baik?

Hari ini, seorang lelaki bertanya padaku, "Mengapa kamu masih mempertahankannya? Padahal yang kamu rasakan saat ini hanyalah sakit. Dia tidak mempertahankanmu."
Aku menjawabnya, "Karena melepaskannya akan lebih sakit rasanya."
Kemudian alisnya berkerut, dan kembali bertanya, "Bagaimana kamu tahu? Kamu belum pernah melepaskannya."
Aku tersenyum. Aku bersusah payah menahan tangisku dan menjawab, "Kita semua tahu bagaimana rasanya menjalani sesuatu yang tidak kita inginkan. Kita tahu itu akan sangat menyakitkan."

Perlu kamu ketahui, bukan aku yang mengetik surat ini. Melainkan dia.
Jemari ini sudah terlalu lemah, bahkan untuk menghitung hari kapan kamu akan pulang.
Selamat malam, sayang..

Ps. Perlukah juga aku berkata bahwa aku masih cinta kamu di surat ini ketika aku tidak mampu melakukan apapun untuk membuktikannya selain dengan kesetiaanku yang tidak kamu hargai saat ini?


Oleh @meyrzashrie
Diambil dari http://meyrzashrie.blogspot.com/2013/02/dia-yang-mengetikkan-ini-untukmu.html

Dear You


Dear You,
aku menulis surat lagi, kali ini aku akan menulis tak akan berhenti, aku akan tepat waktu, hari ini aku menulis surat hanya untukmu.

Dear You,
malam ini aku tak bisa menutup kelopak mataku, hanya kamu yang ku pikirkan, sebenarnya mau mu apa sih selalu saja menganggu walaupun sedang berantem begini. Kamu rese.

Dear You,
you know what i'm talking about, hari ini aku melangkah satu langkah lebih maju lagi, aku akan melupakan sang masa lalu yang selalu saja mampu membuatku lemah.

Dear You,
kamu tetap semangat hidupku dan aku tau banyak yang telah berubah, bahkan kamu lebih sensitif sekarang.

Dear You,
sudah lelah kah engkau berjalan menempuh jalan yang sama setiap hari nya selama 365+365+321 hari berturut-turut?

Dear You,
masih mau kah engkau menjadi tempatku mengaduh saat aku sedang sedih atau senang? dosa memang aku tidak jadikah Tuhan tempat mengaduhku.. namun..

Dear You,
walau aku bukan yang terpenting di dalam hidupmu, aku senang sudah bisa menganggumu hampir setiap harinya, kamu lah tempatku bermanja-manja ria sepuasnya, kamu lah tempatku mengoceh saat aku sedang bosan, kamu lah tempatku mengaduh ketika aku sedang merasa tidak pasti, ah ya kamu sangat penting untukku.

Dear You,
banyak yang telah kita lalui, kita jadi lebih kuat ya bukan kuat gitu maksudnya kuat diam-diam-an, hebat deh tapi bikin akit hati tauu *sadface* haha ngelantur kan sekarang ckck udah ah gitu aja suratnya..

Dari,
lolypop.



Oleh : @lolytaabella
Diambil dari http://theauroraluminary.blogspot.com/2013/02/dear-you.html

Selamat Bertambah Dewasa, Dek!


Dear, @oppsyshanty

Happy Birthday!

Welcome to another part of life. Happy being a teenager in another level!

Dear Anty,
Selamat bertambah umur, selamat melaju di lembaran usia yang baru. Semoga sesuatu yang baik selalu menghampiri dan mendampingimu di usia ini dan kebahagiaan takkan pernah terlepas dari dekapan. Hey, how old are you now?

Dear Anty,
Jangan pernah takut untuk menjadi dewasa. Jangan pernah takut untuk melangkah di tahap kehidupan dimana tanggung jawab penuh akan diri sendiri sudah harus mulai di emban. Panggullahitu di pundakmu, dan jika kamu merasa terlalu berat untuknya, berbagilah dengan orang di sekitar yang menyayangimu, jangan memaksa menanggung semua derita seorang diri, you''re not alone in this random world! Jangan ragu untuk meminta bantuan atau bahkan sekedar meminta untuk didengarkan. Dengan begitu, kehidupan yang seimbang akan kamu raih. Menjadi dewasa takkan pernah sesulit yang kamu kira. Percayalah.

Dear Anty,
Menjadi seseorang yang tangguh dalam segala cobaan hidup memanglah tidak mudah, terlebih di usia yang rentan akan segala macam godaan hal duniawi. Namun, dengan berbekal keyakinan yang kuat dan kepercayaan diri yang penuh, aku yakin kamu pasti bisa menjadi seorang kesatria di segala jenis medan ujian dunia. Tetaplah ingat dan dengar segala pesan orang tua, nasihat sahabat, kritik dan saran dari orang - orang terdekat dan jadikan semua itu motivasi untuk menjadi yang terbaik diantara ribuan yang terhebat. Suatu saat, Anty yang aku kenal beberapa saat lalu masih menjadi seorang remaja yang 'labil' akan bisa berubah menjadi seorang pribadi yang lebih sabar dan bijaksana dalam mengahadapi setiap gelitik kehidupan yang singgah. Suatu saat, Anty yang remaja 'labil' akan bisa menjadi suatu kebanggaaan bagi orang - orang yang menyayanginya, bisa kan? Pasti bisa! Dan yang terpenting dari itu semua, selalu ikuti kata hati mu, karena hanya kamu-lah yang berhak menentukan mana yang langkah terbaik untuk diambil. Menjadi dewasa itu pilihan, dan suatu keharusan:)

So, selamat bertambah dewasa ya, Dek! :*


Oleh @lionychan untuk @oppsyshanty
Diambil dari http://www.lionymayestica.com/2013/02/selamat-bertambah-dewasa-dek.html

Surat Kangen

Halo, bondol-nya aku apa kabar?
Semoga sehat dan baik-baik selalu ya di sana (ceritanya LDR).

Aku baru sempet tulis surat buat kamu nih, maaf ya soalnya dari kemarin aku lagi (sok) sibuk banget.

Gimana kabar Jakarta, udah gak banjir, kan? Di sini tiap hari hujan, semoga di sana gak ada apa-apa ya (sombong sebentar mumpung lagi di Surabaya).

Udah seminggu gak ketemu, ya? Aku kangen tauk. Kangen ngomong logat Medan, kangen denger kamu nyanyi, kangen liat muka kamu waktu denger aku nyanyi (hehe), dkkl (dan kangen-kangen lainnya).

Segitu dulu aja ya suratnya. Nggak tau mau nulis apa lagi akunya, pleeesssss aku belom sarapan. *lari ke restoran*

see you at Jakarta :*


oleh @ristonesian untuk @ikavuje
diambil dari http://ristonesian.tumblr.com

Sinar di Waktu Sore

Di tengah langit sore aku terduduk sesekali memandang keluar dari balik kaca di ketinggian pusat Ibu Kota. Banyak kendaraan terlihat melintas perlahan di bawahku. Jembatan di atasnya terhempas kosong masih dalam pembangunan.
 
Di atas meja bundar dengan ditemani secangkir kopi yang sudah setengah aku habiskan, mataku berpindah dan tak henti memahami kata-kata dalam buku yang sedang aku baca. Lembar demi lembar kulahap habis tanpa aku memikirkan lagi keadaan sekitar. Lalu hingga kamu muncul dengan sinar kecilmu menyinari sisi bagian atas buku. Aku masih tidak memperdulikan kehadirannya, karena aku sudah dalam posisi sangat nyaman dimana aku terduduk.
 
Lalu sinarmu perlahan melebar menampakan kecerahannya di seluruh bagian bukuku hingga mataku terlalu silau untuk melihat tulisan yang sedang aku baca. Aku pun menggeser sofa yang kududuki lalu menghadapkannya tepat ke jembatan layang dan bangunan tinggi yang menjulang dengan gagah berani.

Kuhentikan mataku untuk tidak membaca lalu kuletakan buku di atas meja. Kuperhatikan sinarmu yang berasal dari atas gedung-gedung dimana tempat kamu berada, dan langitpun tak mampu manghalangi pancaranmu. Bahkan seluruh kaca di gedung bertingkat tak mampu menghalau atau menghentikanmu.
 
Pantulan sinarmu begitu jelas hingga ia semakin melebar ke bagian gelap tepat di bawah jembatan. Rerumputan dan pohon kecil begitu damai menyambut kehadirannnya. Saat itu aku tahu bahwa mereka sangat senang  dengan kehadirannya sinarmu yang menerangi setengah bagian dari mereka. Rerumputan dan pohon kecil itu begitu terlihat sangat hidup karena ia menampakan gerakan kecil mengikuti gerak angin yang lewat.
 
Tak jauh dari situ aku melihat sinarmu menampakan kilaunya ke seluruh bagian lahan kosong, yang menjadi ruang dengan tanamannya yang hijau di tengah kota. Dan terlihat dua bagian dari ruang hijau itu membentang namun tak cukup luas, dengan bangunan tinggi di sekelilingnya yang masih berdiri, mereka semua seolah memeluk ruang hijau itu sambil tersenyum menyapa sinarmu.
 
Mataku menatapmu, dimana menjadi tempat sinar itu berada. Aku menyipitkan mataku sesekali, alis tebalku-pun mengkerut. Bisa kulihat sinar yang lebih terang, berada mengelilingimu. Kau bagaikan bola lampu yang menyinari ruang kamarku. Namun sinarmu jauh lebih terang dan mampu membentangkan keseluruh jagad raya.
 
Kurasakan kehangatan di seluruh wajahku. Sinarmu masuk ke setiap pori-pori kulit wajahku tanpa aku bisa menghalanginya. Walau aku memakai jaket dengan penutup kepala, tapi aku tidak menggunakannya, aku ingin merasakan sinarmu ini masuk hingga ke seluruh pori-pori bagian tubuhku yang tidak tertutupi pakaian.
 
Kupejamkan mataku, kali ini bukan kegelapan yang aku lihat, melainkan sebuah cahaya berwarna oranye. Lalu lama kelamaan berubah warnanya menjadi merah hati.
 
Nafasku tak henti menghirup sinarmu, aku ingin merasakan kehangatannya masuk ke seluruh tubuhku dan menghangatkan sel-sel syaraf hingga kebagian jantung yang tak berhenti berdetak, seolah ia juga bisa merasakan kehadiran sinarmu.
 
Nyaman rasanya menyatu dengan sinarmu sore ini di antara keramaian yang mungkin tidak terlalu peduli, dan aku senang menjadi salah satu orang yang menyadari kehadiranya. Aku tidak akan pergi menjauh untuk menghindarinya. Aku akan tinggal, dan merasakan kehangatan ini.

Terima kasih sudah menemani waktu soreku dengan sinarmu yang begitu indah.

oleh @skandarwhe
diambil dari http://thisismyshortstories.blogspot.com

Apa Kabar, Papa?

Hai papa ..

Lama tak ada sapaan "bro, sedang apa?" di chat BBM ku. Papa sehat-sehat aja, kan? Bukannya aku tak mau menyapa duluan, aku cuma tak bermaksud mengganggu konsentrasimu dalam hal apapun. Walau terkadang aku rindu.

Oh ya pa, aku baru aja selesai ujian semester, dan sekarang lagi liburan selama 3 minggu. Ada waktu sebentar gak buat ketemu? Satu jam aja pun gak apa, biar kutentukan hari dan jamnya. Masalah tempat, kita ke tempat biasa. Warung sop di simpang empat kota kita. Biar kali ini aku yang bayarin papa, dari sisihan uang jajanku.

Kemarin siang aku lihat mobil sedan-mu yang kilap melaju kencang melintasi jantung kota. Kenapa terburu-buru? Aku tak mau papa kenapa-kenapa hanya karena urusan dunia. Aku sekilas memperhatikan arah tujuanmu di bawah terik matahari lampu merah jam 2 siang. Tapi aku tak berani melambaikan tangan agar kau melihatku, aku takut, ada orang lain di dalam sana dan kau akan mengatakan siapa aku. Aku yang sekarang menjadi masa lalumu.

Sebenarnya aku juga ingin mengunjungi bekas gubuk kita bersama dulu, tapi papa pasti mengerti keadaannya yang udah gak sama dengan 5 tahun lalu. Aku menghargai sikapmu yang tak pernah menyinggung soal mereka, yang hanya akan memancing emosiku untuk berkata kasar akan apa yang engkau lakukan terhadap wanita yang sangat ku sayangi, mama.

Tapi sudahlah, tak ada yang perlu disalahkan atas semua kejadian ini. Semoga kita berbahagia dengan masing-masing cara yang telah Tuhan berikan. Aku tak menuntut banyak hal, semua adalah hak-mu atas kebahagiaan yang kau pilih sekarang. Karena dalam waktu yang singkat kemarin, kita pernah mengukir tawa kebahagiaan dalam satu gubuk sederhana.

Semoga papa sehat selalu, dan tak melupakan Tuhan karena kesibukanmu. Semua demi kebaikan papa. Aku, hanya bisa mendoakanmu saat terlarut dalam kalimat Ilahi, di atas sajadah-ku.


oleh @rahmanwahyuu
diambil dari http://rahmanwahyu.blogspot.com

Teruntuk Perempuan Biru

Kepada kamu, perempuan bermafela biru laut,

Sesungguhnya, aku berharap dapat mengenalmu pagi tadi. Aku ingin menjabat tangan mungil yang tersembunyi di kantung sweter berwarna awan itu. Apakah suhu di Jakarta pagi ini terlalu dingin bagimu? Sehingga aku tak dapat melihat barang satu senti saja kulitmu selain kulit yang ada di wajahmu. Memang, belakangan ini Jakarta diguyur hujan lebat dan angin kencang hampir sepanjang hari. Semoga kamu dapat menjaga kesehatanmu, ya.

Ada apakah gerangan dirimu pagi tadi sudah menunggu kereta pertama di hari yang kelabu ini? Kuliah? Kerja? Atau ada keperluan lain? Tas yang juga berwarna biru itu sepertinya berat sekali bagimu.

Ketika kau melihat jam tangan yang sedikit besar—yang juga berwana biru—aku ingin menyapamu. Aku ingin mendengar suaramu yang aku rasa tak kalah merdu dengan suara rintik-rintik hujan yang mulai turun menyapa kita. Aku juga ingin melihat barisan gigi yang sedari tadi bersembunyi di balik bibir yang untungnya tidak berwarna biru. Ada banyak keinginan dalam aku saat memandang ke arahmu andai kau tahu, perempuan biru.

Hujan mulai ramai, deras, lebat, disertai tiupan angin yang tak kalah hebat. Kau memeluk tubuhmu sendiri. Menepikan tasmu dari tempias air atap stasiun yang rupanya juga ingin menyapamu. Kau melihat ponselmu yang lagi-lagi berwarna biru. Lalu mengetikan pesan yang aku harap bukan ditujukan untuk seorang lelaki lain yang kau kasihi. Semoga.

Terlintas hasratku untuk menggantikan dirimu memeluk tubuhmu yang rupanya kedinginan meski sudah kau balut dengan pelbagai kain berwarna biru. Aku tak tega melihat kau memeluk dirimu sendiri. Aku merasa tak berguna, hanya bisa memandangmu dengan sesekali menoleh ke arah lain ketika ada orang yang memerhatikanku. Matamu sepetinya lelah. Apa kau belum memejamkan mata sepanjang malam tadi?

Ahh, sial. Kereta pertama yang kau tunggu datang. Aku masih ingin menikmati dirimu. Semoga keretanya penuh. Sangat amat penuh sehingga kau tak bisa masuk. Semoga.

Kulihat dirimu bersiap-siap. Mencoba mengangkat tas yang kuyakin sangat amat berat itu. Saat mencoba mendekat ke peron, para penumpang lain yang menanti kereta pertama langsung berjejal dan menghimpit. Dirimu tak bisa merasuk ke dalam. Langkahmu terhalang penumpang yang keluar dan yang ingin masuk ke kereta itu. Benar saja, keretanya sangat penuh. Aku yakin, kau tak akan memaksakan masuk. Aku yakin. Semoga.

Namun, kenyataan kadang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Meski telah dipersiapkan dengan sungguh-sungguh sekalipun. Perempuan biru itu tetap berlalu. Pergi. Meninggalkan aku yang sedari tadi berharap untuk dapat menyentuhnya, mendengar suaranya.

Suatu hari, jika kautemui surat ini dalam amplop berwarna biru muda yang kauterima dari seorang pedagang di sekitar stasiun, itu dari aku..

Yang pernah memerhatikanmu begitu dalam..

@shandyputraa


oleh @shandyputraa
diambil dari http://anotherdidhurt.tumblr.com

Semesta

Kepada semesta
Kepada agungnya jagat raya
Kepada Sang Pencipta Segala
Bukan keluhku , bukan lelahku, ataupun kesahku
Tapi untuk syukurku yang terabaikan karena gemerlapnya alam Sejuta rasa takjub yang begitu membuncah sehingga tak mampu dilukiskan dengan kata-kata mesra
Tak akan cukup meski dilukiskan dengan bahasa yang paling indah sekalipun
Terima kasih...
Telah membuat duniaku yang selama ini hanya berkisar antara kamar apartemen dan kampus 
Bersinggungan dengan indahnya dunia
Meski hanya sebagian kecil "wajah" dunia
Meski hanya sebuah negara kecil di belahan utara bola dunia...
Tapi sanggup membuatku terpana...
Sanggup membuatku kembali jatuh cinta
Semesta....


Aku
Di samping jendela kafe menikmati secangkir kopi. Salju? itu bonus

oleh @sasazhi
diambil dari http://alleenzhia.blogspot.com

Ode Rindu untuk Ayah

Ayah...
Apa kabar?
Lama sekali kita tidak bertemu muka,
tak juga sapa saling terucap di kali terakhir kita bersua.

Ayah...
Kutulis surat ini padamu,
karena ingin kusampaikan rindu yang menumpuk di kalbuku.
Rindu dari ubun-ubunku pada belaimu yang tak pernah ku ecap sekalipun.
Rindu dari tanganku yang tak pernah merasakan usap lembut tanganmu untuk kucium.

Ayah...
Tak pernah ada yang ku minta darimu.
Tak juga sesuatu pernah kau minta dariku selain pergiku dari hidupmu.
namun kali ini saja, ku mohon padamu Ayah.
Jadilah penerima ijab dari lelaki yang akan meminangku.


Tertanda,
Anakmu, yang tak pernah kau harap adanya

oleh @si_kura
diambil dari http://blognyasikura.blogspot.com

Halo

Untukmu,

Surat ini tinggal sebelas lagi namun ada yang belum tuntas. Sesekali, aku ingin meluangkan waktu untukmu. Tentu, memang begitu banyak yang dapat ku kirimkan surat, tapi aku pikir ini adalah saat yang tepat. Mengirimkan surat padamu yang meski singkat namun mudah-mudahan dapat memikat.

Pertama-tama selalu aku ingin mengucapkan terima kasih yang sangat, karena telah menemaniku selama ini. Dengan segala kelucuan dan kata-kata penyemangat yang selalu membuatku ingat bahwa ada yang tidak boleh lewat setiap harinya. Terima kasih, karena kamu tanpa henti memberi ide-ide yang tak dapat ku sangkal membuatku harus menguras akal

Kedua, ada maaf yang harus ku sampaikan. Maaf karena beberapa kali aku absen. Puncaknya kemarin, aku minta maaf karena tidak menulis. Aku kira kamu tidak tahu, tapi ternyata sadar bahwa hari itu tidak ada surat dariku. Aku minta maaf, kemarin ada kegiatan yang tidak dapat aku tinggalkan dan membuat waktunya hilang untuk menulis surat.

Masih ada sebelas hari lagi, semoga kamu tetap semangat dengan saling menyemangati ya kak. Salam hangat dari balik jendela untuk kak ika.

dari,

seseorang di balik jendela yang sedang melihat angkasa

oleh @sedimensenja untuk @ikavuje
diambil dari http://sedimensenja.wordpress.com

Beriringan

Pemulih resah, kalian.

Kalutku tak lara sendiri. Bimbangku lekas pasti. Asaku melaju tanpa ragu. Akan cinta. Tertuju padaku dari kalian.

Mendekap lelah. Melagu sendu. Terlarut haru. Akan hati. Menghangati titik tengah lingkaran syahdu.

Kalian.

Pita-pita kecil berwarna yang mengindahkan setiap helai alur hari-hariku. Menyisiri persimpanganku yang tak luput akan liku. Menjadikan erat berai laku-lakuku menuju selaras. Enyahku melepasnya.

Kalian.

Nanar gulitaku. Unsur pelengkap senyawaku. Peredam amarahku. Penyembuh lukaku. Gempita sendiriku.

Waktu baik akan menyapa segera. Segala mimpi akan menjadi nyata. Bersama dalam indah. Menyatukan rasa di hati kita. Beriringan.

Aku sayang kalian. :-*

oleh @ssartikaa untuk @fitranurulfauzi & Ninuk
diambil dari http://ssimply.wordpress.com

Nyala Nyali

Selamat pagi Minggu...

Kepada semua yang membaca, selamat bersahabat dengan rumah atau mungkin kamar kos-kosan. Kepadamu yang masih sedang menunggu wangsit di tengah pepohonan ragu. Aku tetap rindu.

Di hari ini aku masih ingin membuat surat untukmu lagi, tapi bisa berpengaruh juga untuk sebagian orang lain. Aku akan membahas beberapa kata yang mendukung sekaligus mencegah kita untuk menyebar tulusnya kasih sayang. Maka, selamat menyelami pikiranku.

Asal tahu saja, ada nian di keberanian. Jadi kalau kita ingin melakukan sesuatu, lakukan dengan amat sangat. Lalu juga ada Rani di keberanian. Ia seorang ratu yang manja lagi penakut. Kita harus sabar melayaninya di keberanian.

Aku ingat sekali lagi, kau masih seorang penyabar. Pastilah takkan susah bagimu.

Semua orang yang kita cintai sudah tentu punya cahaya tersendiri untuk kita. Adakah kau melihat itu di aku? Apakah cahayaku terlalu redup? Atau cahayaku terlalu silau bagimu? Aku coba uraikan lagi tentang satu kata. Ada cah di cahaya, cah adalah sebuah kata yang kasar bila kita tidak menyukai sesuatu. Sepertinya sama dengan penggunaan kata bah. Mungkin itu sebab kenapa kita tidak suka cahaya yang terlalu silau. Bagaimana kalau cahaya redup? Kalau ada yang redup, maka terangkanlah. Agar aku dan kau bisa saling membaca.

Aku ingin memberitahumu bahwa keberanian dan cahaya adalah saudara kandung. Mereka saling mendukung. Setiap keberanian punya cahaya, satiap cahaya punya keberanian untuk terang.

Semoga ini sampai dengan tepat padamu.

Bandung, 3 Februari 2013

oleh @rizkymamat
diambil dari http://rizky-muhammad.blogspot.com

Surat untuk Pemilik Tulang Rusuk.

kepadamu pemilik tulang rusuk.
hai apa ada yang tidak seimbang karena kau belum juga menemukanku?
seharusnya iya tapi entahlah jika sekarang bahkan kau dikelilingi banyak wanita.
aku di sini kesepian, sebut saja seperti itu karena memang begitu adanya.
sekarang kau sedang apa? dimana? sama siapa? jangan genit ya.
kemarin aku sempat menghabiskan air mata untuk orang yang mungkin bukan untukku. um apa itu kau?
banyak hal yang ingin aku bagi padamu.
sekarang biar aku simpan sendiri dulu.
kamu di sana baik kan? jangan lupa jaga kesehatannya. jangan lupa makan dan beribadah juga.
sekarang siapa yang sedang mendampingimu?
dia baik? huh aku cemburu.
seharusnya aku yang ada di sampingmu, seharusnya aku yang kau bagi kebahagiaan setiap hari
tapi tak apa? setidaknya Tuhan menciptakanmu untukku :p
jadi sekarang aku masih setia melayakkan diriku untukmu kelak :)
aku hanya tidak sabar dengan kecupanmu di pagi hari saat membangunkanku..
hihihihihi :*

umm nanti kita bertemu pas lagi ngapain ya?
kamu yang rapi yah. biar kesan pertama ketemu aku juga baik hahahaha :p
sekarang aku lagi senyum-senyum sendiri membayangkan pertemuan pertama kita nanti.
atau jangan-jangan kita sudah pernah bertemu? entahlah.
aku suka pria dengan aroma tubuh yang khas. kamu harus wangi loh ya :p
jika memang kita sudah pernah dipertemukan tapi tidak menyadari bahwa kita memiliki satu sama lain terus gimana?
ah biarlah Tuhan yang mengarang cerita.. aku lebih suka menerka-nerka jalan ceritanya :p
nanti kamu harus banyak sabar dengan sifat jelekku. aku pemarah, suka ngambek gak jelas dan masih banyak lagi tapi yang harus kamu inget aku pasti sayang kamu.

kita sedang menuju jalan yang sama untuk bertemu di persatuan jalan.
hei jalan terlalu lama berjalan. ingat aku kesepian.
aku ingin kamu peluk sambil bergandengan tangan.
aku ingin tidak mengkhawatirkan keadaan jalan saat menyebrang karena kamu di sampingku.. hihihihi
aku ingin ada ucapan selamat pagi yang diiringi kecupan manis di dahiku sayang.
selamat bertemu. selamat menampung rindu untukku.

aku,
tulang rusukmu.


oleh @riakade
diambil dari http://riakade.tumblr.com

Meminta Jawaban

Hai..
Terimakasih sudah meluangkan waktumu untuk membaca surat ini, hhmm dari surat ini tak banyak yang aku harapkan, aku hanya meminta kepada Tuhan jika saat kamu membaca surat ini, kamu dalam keadaan baik..

Baik, ini mungkin memalukan bagi diriku sendiri dan isi surat ini juga begitu (memalukan).
Aku ingin bercerita dan setelah aku ikuti kemaun hatiku, hatiku memilih untuk bercerita sama 7kamu.
 
Jadi gini, aku ingin mengeluarkan unek-unek dikepalaku yang membuat sempit pikiranku, isi kepalaku begitu penuh dengan beribu-beribu hal (ngga) penting, begitu juga isi hatiku yang tidak karuan, dan begitu sesak dengan perasaan yang membatu. Membatu karena perasaan yang begitu besar untuk seseorang sehingga hati ini seakan tak lagi mau ada yang lain. Padahal aku tak menolak jika ada hati yang bersedia mengisi kekosongan hati ini..
 
Jawab pertanyaanku,
“apa ini salahku? Apa aku salah jika aku masih mencintai orang lain tapi aku juga mencari hati lain? Apa salah?”
Mungkin aku sekarang sanggup melihat ia yang tak lagi mencintaiku
Sudah bersama orang lain, tapi aku tak pernah bisa sanggup untuk melihat ia makin menjauhiku.
 
Aku bisa berada disampingnya sampai ia tak lagi membutuhkanku, tapi apa dia bisa berada disampingku semenit saja? Setalah aku melihatnya pergi menjauh, Kupikir semuanya hanya mimpi buruk, tapi ternyata ini semua melebihi mimpi buruk. Aku bisa lari menghindari ini semua, tapi tetap saja aku tak pernah bisa sembunyi.
aku tak ingin menganggap ini semua mimpi buruk, yang aku ingin ialah bahagia bersama kekasih dimasa depanku :(
Maaf jika suratku tak enak dibaca dan hanya membuang waktumu

oleh @putriayupramita
diambil dari http://putriayupramita.tumblr.com

Kamu Lagi

Hai, kamu, jumpa lagi.

Kamis kemarin ini aku tulis surat buat kamu dengan suasana hati biasa mengarah ke -kalo ketemu sukur, ga ketemu ya gapapa-. Karna memang dengan absennya kamu muncul di hadapanku, aku jadi terpikir kamu.

Jumat hampir seharian dipermainkan sisi eksternal. Hujan sejak pagi, dingin sekaligus kelabakan dengan kerjaan karna kewajiban staf yang menunaikan sisi religiusnya, yang jelas saja kamu tidak pernah tahu karna kamu datangnya selalu selepas sore hari. Belum orang rumahku yang kurang enak badan. Rasa sedih, kuatir, takut bercampur jadi satu, sebentar-sebentar datang, sebentar-sebentar hilang. Labil.

Jumat malam aku ragu, mengingatmu lagikah atau berhenti saja. Kuputuskan stop. Aku harus fokus pada sisi sehat keluarga dan kelancaran usaha. Kuminta padaNYA untuk membiarkan aku fokus pada hal-hal tersebut, dan membuat aku supaya jangan mengingatmu dengan sengaja. Doaku sebelum tidur.

Sabtu pagi tadi aku terbangun dengan backsound suara mama yang bersiap berangkat cek darah. Sambil sedikit linglung kukunci pintu setelah orangtuaku pergi. Kuingat-ingat lagi apa saja mimpiku semalam. Ada kamu! Bukan pemeran utama tapi cukup mengganggu.

Kamu tahu tidak apa maksudnya? Kenapa kok kamu malah terlihat di mimpiku di saat aku memutuskan berhenti mengingatmu?

- masih yang kemarin


oleh @renpuz
diambil dari http://renpuz.tumblr.com

Surat untuk Tuhan

Kepada Tuhan, dengan hati dag-dig-dug-ser.

Tuhan, aku tak akan menanyakan kabar-Mu. Karena 5 kali sehari aku telah mencurahkan segala isi otak dan hatiku pada-Mu, melalui sholat, tentu saja.

Tuhan, maafkan aku. Aku terlalu sering mengeluh karena banyak hal yang tak sempurna dihidupku. Bersediakah engkau memaafkan aku?

Tuhan, apakah engkau menyayangiku dengan tulus? Kau berjanji takkan meninggalkanku? Ah, maafkan aku, sekali lagi. Aku meragukan kasih sayang-Mu terhadapku.

Tuhan, tolong. Peluk aku. Peluk aku yang erat, Tuhan. Aku kedinginan karena masalah hidup yang mertubi-tubi membekukan hatiku.
Aku sangat takut. Takut kau meninggalkanku. Takut aku tak mempunyai tempat bersandar (lagi).

Tuhan, setelah kau memelukku, apa kau akan melepasku begitu saja jika aku berbuat satu kesalahan besar? Tolong jawab, Tuhan. Apa kau akan tetap memaafkan dan memelukku?

Aku sangat perlu jawabanmu secepatnya, Tuhan. Agar aku bisa bercerita pada seorang pria terakhir, bahwa Engkau juga masih mau memaafkan dan memelukku walau aku telah melakukan satu kesalahan besar.

Lantas, mengapa pria terakhirku tak bisa memaafkan dan memelukku lagi?


Dariku, manusia yang kurang rajin bersyukur.


oleh @sekarrlaras
diambil dari http://wanitasetengahedan.blogspot.com

Permintaan Kecil

:)

Kepada kamu, si pencuri hati. *kedip cantik* :p

Apa kabar hari ini, sayang? Capek? Sibuk? Ah, pastilah. Untuk apa juga aku menanyakannya ya? Oke, anggaplah itu kalimat basa-basi yang sebenarnya berbunyi, “aku rindu..” :’)

Terima kasih untuk surat terakhirmu. Walau jujur, aku sempat pusing sebentar, tapi akhirnya bisa terbahak juga setelah mengetahui hal inti yang ingin kamu sampaikan dari surat itu. Kamu, curang. Mengelabuiku dengan tulisan acakadut itu! Huh. >,<

Heemm.. bangga memiliki apa yang kamu punya? Kamu menyebutkan ibumu.. dan aku. Sehebat itukah keberadaanku? Ah kamu jangan berlebihan, sayang. Aku tidak pantas diposisikan seperti itu. Karena aku bahkan belum melakukan apapun untukmu.

Ohya, aku boleh minta sesuatu? Kamu kan sudah berjanji akan selalu menjaga kesehatan kan? Kalau begitu, bisa kan mengurangi 2 cangkir kopi seharinya, dari porsi biasamu? Semua demi kesehatan jantungmu. Hei, di jantungmu.. masa depanmu berdetak. Menyayangi jantungmu, sama dengan menyayangi ibu dan masa depanmu. Bisa? Kalau kamu menyanggupi, aku akan sangat berterima kasih dan akan benar-benar menjadi berarti sebagai wanita yang kamu sebut penyembuhmu. Bisa kan ya? Ayolah, sayang. Kepalamu tidak akan berubah mengeras hanya karena permintaan kecil ini, kan? Kamu yang bilang loh, kalau kamu sudah menanggalkan ego yang selama ini kamu jadikan baju. Ingat? Berarti, egois sama kesehatan sendiri ga boleh dong? Berarti aku ga salah kan, meminta ini padamu? Ayolah sayang, kamu pasti bisa. Jangan lupakan resolusi 2013mu, untuk hidup lebih sehat. YAYAYAYA?????

Yaudah, itu aja deh dulu. Aku sih bukan bermaksud ingin mengatur ini dan itu ya. Aku juga sadar, aku tidak memiliki kapasitas apapun untuk mengaturmu. Aku hanya mengingatkanmu.. kesehatanmu. Kesehatanmu itu penting. Setidaknya saat ini, untukku. Selebihnya..., the choice is yours, baby!

Kwek you. :p

oleh @siitiikaa untuk @bagusbaron
diambil dari http://tikazefanya.blogspot.com

Surat untuk Kamu

Dear,

well kakak, suaramu sungguh menggodaku. Suara yang membuat hati ini terhanyut dalam ceritamu. Suara dan desahanmu begitu mendayu-dayu. Aku sangat suka mendengarkannya, khusuk. Sekarang sering menjadi teman di dalam perjalananku. Terasa nyaman masuk kedalam kalbu menghayati setiap kata yang keluar dari bibirmu.
Juga kurasakan syahdu akustik petikan gitar yang mengiringimu, kudengarkan di saat-saat waktu sunyi seperti sekarang ini, waktu menjelang tidurku. Suaramu menusuk memaksa hati ini untuk membayangkan hal-hal yang pernah terjadi dalam hidupku.

Kakak, kebanyakan lagunya bertema sendu ya… putus, selingkuh, mencoba move on. Atau apakah semuanya begitu?
Itukan tema lagu yang bisa bikin kita malah sulit move on.
Terhanyut dalam logika bait lagumu, ya membuat diri ini terombang-ambing sekarang, karena kisah masa lalu kini teringat kembali.
Kamu telah menarik pusaran kosong alam pikiranku ke pergolakan cerita lamaku dulu.

“Bagaimana mungkin kamu tak akan segera menangis
Sepertimulah langit kini
Tertunduk pilu dalam mendung”

Kakak, mataku berkaca-kaca sekarang. Aku mengingatnya sekarang. Mana sekarang aku mengintip dari pintu jendela kamar, diluar sana mendung, laut beriak-riak tak menentu bagai mengerti kondisi hatiku sekarang ini. Dia selalu ada di sana, dalam ruang hatiku untuk selamanya.

Tapi sudahlah ya, aku membuat surat ini bukan untuk dirinya. Aku buat surat ini untuk kakak. Sorry aku hanya terhanyut dengan suasana yang kakak timbulkan sekarang.

Kakak tetap semangat ya, terus berkarya.
Kakak petugas posku yang baik hati dan tidak sombong. Yang begitu baik ngengomentarin setiap mention yang masuk…
Ada ya yang seperti kakak ckckck

Sekian surat ini aku buat hanya untuk kakak seorang.

Salam dari pinggir laut,

Aku
Di bibir pantai


oleh @tdsamudra untuk @ikavuje
diambil dari https://awankuputih.wordpress.com

Prajuritku, Deluti 11411

Teruntuk Kamu Mantan Prajurit Hatiku.
Hai, Prajuritku yang gagah. Apa kabarmu hari ini ? Masih sibuk siaga kah ? Masih sibuk berdiri sambil memegang senjata kah ? Ku harap kamu tetap semangat mengemban segudang tugas negara untukmu ^_^
 
Kamu tau, malam ini entah kenapa aku merindukanmu. Ya sangat merindukanmu. Aku berusaha menelponmu, tapi tak ada jawaban. Mungkin kamu sedang berlabuh ke pantai kapuk ya :) Kemudian aku membuka kembali kenangan kita ! Aku kembali membaca surat cintamu tanggal 11 Agustus 2011 lalu, ketika ulang tahunku. Masih ingatkah kamu saat kamu mengantarkan boneka beruang besar yang telah kamu sematkan secarik surat cinta & kartu ucapan cantik bersampul biru ? Kamu istimewa prajuritku.Walaupun waktu kita bertemu amatlah jarang, kecuali saat kamu ada IB (Izin Bebas) tapi aku menikmati kesepianku tanpamu. Karena aku yakin, saat kita bertemu banyak hal terindah yang tak akan bisa di lupakan :) Ingatkah kamu prajuritku ? Waktu kita ke tempat wisata di Jakarta, hanya aku yang dikenakan biaya masuk. Kamu & motor sportymu bebas biaya :D Semua itu karena kamu menunjukkan kartu anggotamu & sampai sekarang aku masih sering tertawa sendiri mengingat itu :D
 
Ingatkah kamu prajuritku ? Waktu kita ke Ancol dan untuk pertama kalinya aku mengenakan dress dan wedges karena kamu ingin aku tampil feminim. Kamu ingat yang kamu lakukan ? Kamu jongkok sambil bertopang dagu kemudian mengagungkan kalimat "Sumpah, kamu cantik banget sayang. Aku sayang kamu". Seketika banyak mata yang tertuju pada kita kala itu ^_^ Ingatkah kamu prajuritku ? Waktu kita melintasi area yang sebenarnya tidak boleh dilintasi pengendara motor, kamu membunyikan klakson sambil melambaikan tangan diikuti anggukan kepala. Seketika polisi yang sudah maju untuk bersiap menilang, malah mundur, tak jadi menilang. Hahaa itu hal gila menurutku & kenangan menyenangkan.
 
Prajuritku, masihkah kamu simpan cincin dan gelang kita ? Cincin & gelang yang kamu ukir nama kita, “Deluti 11411”. Kamu yang tidak menyukai cincin lalu menghadiahkan cincin kita. Kata kamu, cincin itu lambing cinta kita. Cincin itu kenangan kita. Bahagia sekali saat kamu menyematkan cincin itu di jari kecilku ^_^ Prajuritku, usia kita memang terbentang 6 tahun tapi kamu lelaki hebat. Kamu tau aku masih menyimpan rasa sayang sama Fajar, tapi kamu tetap bertahan untukku dan selalu berusaha membahagiakanku hingga kamu berniat untuk mempertemukanku dengan Fajar. Momen itulah yang membuat fikiranku berderai, "Kamu tulus mencintaiku dan kamu rela kehilanganku asalkan aku bahagia".
 
Prajuritku, waktu aku mau ke Semarang, kamu datang kerumah membawa lampu kamar berbentuk kapal dan itu indah sekali :) Kamu datang mengenakan Pakaian Dinasmu dan saat itu kamu keren banget :) Tapi aku sedih, karena melihat sosok lemah dibalik pakaian dinasmu. Kamu berusaha keras menahan air mata di pipi kamu. Bahkan kamu sampai tidak datang mengantarku ke stasiun atau bahkan menghubungi. Kamu menjauhi seketika tanpa aku pahami sebelumnya maksudmu. Prajuritku, hampir sering kita berusaha bertemu pasca kita berpisah 25 Oktober 2011 lalu. Tapi selalu gagal. Kamu terlalu malu bertemu ayah untuk menemuiku karena menurutmu kita sudah pisah. Tapi ketahuilah prajuritku, aku ingin sekali bertemu denganmu. Aku ingin kamu memelukku lagi. Pelukan hangat yang selalu kamu berikan saat bersamaku. Aku tau kamu juga merindukanku. Karena kamu selalu menanyakan kapan aku pulang ? Kamu juga mengajakku jalan. Tetapi ketahuilah prajuritku, sejak kita berpisah & lama tak bertemu, aku menjadi sedikit gugup saat bertemu kamu.
Prajuritku, ingatkah kamu akan menu buatan terakhirku yang kau santap malam itu ? Kamu yang selama ini meremehkan kemampuan masakku, hanya bisa tersenyum & terus memujiku. Sejak saat itu kamu jadi sering minta dimasakan olehku :D Prajuritku, malam ini ku sampaikan berjuta rindu untukmu. Aku harap ke depannya, kamu masih selalu menulis surat cinta untukku. Surat cinta yang selalu kamu sematkan di jari-jari hubungan kita. Surat cinta yang kamu hembuskan dalam deburan nafasmu. Surat cinta sebagai pelengkap keseriusanmu.
Aku merindukanmu, Prajuritku ^_^
-Deluti 11411-

oleh @Putriaryaa
diambil dari http://aditiaputriarya.blogspot.com

Sebuah Ketidakpastian


Hai
Saya harap kamu tidak bosan membaca surat dari saya, dan mungkin tukang pos saya sudah sangat tahu akan dikirimkan kemana surat ini.

Beberapa hari ini saya menyadari bahwa sesuatu yang pasti itu memang hanyalah sebuah ketidakpastian, hanya diri-Nya lah yang akan tahu sesuatu yang pasti.
Beberapa bulan yang lalu saya terus berpikir kapankah saya akan bertemu denganmu, mungkinkah di saat saya liburan ini?
namun, nyatanya saat liburan pun tidak pasti, saya sendiri masih bertanya-tanya kapan saya bisa bertemu denganmu. Saya sempat berputus asa, dan saya sudah ikhlas bahwa saya memang tidak dapat bertemu denganmu lagi.

Sampai saya menemukan sebuah kesempatan, baru saya dapat bertemu denganmu. Saat itu pun, sebenarnya saya ragu, ya saya ragu. Kamu tahu itu ? Tentu kamu tidak tahu. ya, saya ragu akan ke kotamu atau tidak. Lalu, saya berpikir bahwa jika saya tidak memanfaatkan sebuah kesempatan kecil ini, apakah ada yang dapat menjamin saya dapat bertemu denganmu di kesempatan lainnya ? dan apakah kamu akan seperti saya memanfaatkan sebuah kesempatan, jika kamu memilikinya? 

Tidak ada yang dapat menjawab pertanyaan itu secara pasti, karena sesuatu yang pasti memang hanyalah sebuah ketidakpastian. dan dari pikiran sederhana tersebut saya berpikir bahwa kesempatan itu tidak pernah datang untuk kedua kalinya, ikuti kata hatimu untuk memilih apakah kamu akan mengambil sebuah kesempatan itu atau melewatkannya begitu saja.

Saya rasa, saya terlalu banyak berpikir ya,hhaha 
Semoga kamu tidak mengerutkan dahimu saat membaca surat dari saya ini.

Salam sayang

Aku

Oleh @kaikarizka
Diambil dari http://kaikarizka.blogspot.com

Untuk Mama yang Mengharapkan Mantu


Dear Mama,

Selamat pagi, Alhamdulillah Mama masih diberikan kesehatan sampai hari ini dan aku masih dapat melihat wajah juga senyummu pagi ini. Surat ini kubuat minggu pagi setelah kemarin kita disibukkan dengan pernikahan Tante Putri.

Ma, aku tau bagaimana perasaanmu, melihat Tante Putri, adik sepupumu yang walaupun tante tapi usianya lebih muda daripada aku itu sudah menikah sedangkan anakmu ini belum. Ditambah lagi deretan sahabatku yang sudah menikah dan punya hatimu timbul rasa ingin melihatku segera menikah dan punya anak kan, Ma?

Ma, menikah buatku bukan soal permainan. Aku akan hidup dengan seorang pria sampai akhir hayatku membesarkan anak-anak kami yang lucu, cucumu, Ma. Jelas itu bukan hal yang mudah. Butuh konsistensi terhadap janji kami di depan Tuhan. Mama juga tau sendiri kan bagaimana rasanya menikah? Dan aku belum menemukan pria yang tepat. Bukan, bukan belum menemukan, tetapi Tuhan yang memang belum memberikan.

Mamaku yang mengharapkan mantu,

Ma, tak perlu lah menyodor-nyodorkanku pada kenalanmu yang mempunyai anak pria. Aku tak suka bila dijodoh-jodohkan.

Ma, tolong bersabar ya. Suatu hari pasti akan tiba saat itu. Mama mengantarkanku bersama pria pilihanku ke pelaminan. Menggendong anak-anakku. Aku selalu mendoakanmu agar selalu diberi kesehatan dan dapat menyaksikan juga merasakan semua keinginanmu itu, Ma.

Mamaku yang kusayang, aku hanya butuh doa-doamu dan restumu. Yah, aku tau seorang ibu akan selalu memberikan doa-doanya tanpa diminta. Bukan hanya doa, bahkan nyawa pun pernah Mama berikan. Ucapan terima kasih pun belum sanggup membalas semuanya. Hanya baktiku yang dapat memperlancar semua doa-doamu.

Salam sayang selalu, anakmu.

Oleh @hutamiayu
Diambil dari http://hutamiayu.tumblr.com

Cukup Baktimu Untukku Ibu Guru


Salam sejahtera untuk Ibu Winani,
Apa kabar Ibu?? Masih ingatkah padaku, murid yang kau anggap terpintar meski pendiam di kelasmu??

Aku adalah anak itu, yang tak pernah mau pindah tempat duduk. Aku selalu ada di baris ketiga sebelah selatan dekat peta Indonesia. Kaupun mengijinkan karena kau jadi bisa mengetahui gerak-gerikku, memastikan aku bisa mengikuti pelajaran meski selalu diam.

Sukar sekali untuk menghubungimu. Tidak, itu sepenuhnya salahku. Sejak sering berganti-ganti telepon genggam karena bisnisku semakin berkembang, nomor-nomor telepon orang tercecer hilang. Yang kini ada dalam kontakku hanyalah rekan bisnis, kolega besar, serta wanita-wanita cantik sebagai hiburan. Maka kuputuskan untuk menulis surat untukmu. Rasanya aku ingat kau pernah berkata tak akan pernah pindah dari rumah warisan ayah dan ibumu itu. Semoga saja benar.

Masihkah kau mengajar di sana, Ibu??

Dulu kau mengajarkanku banyak hal. Kalimat majemuk, Matematika dasar, nama-nama negara di Eropa dan ibukotanya, gerakan sholat yang benar, membaca Quran dengan tartil, dan masih banyak lagi. Namun tahukah bahwa ada satu pelajaran yang paling kuingat hingga sekarang?? Bukan Fisika, Matematika, atau PPKn, melainkan pelajaran kesehatan. Kau mengajarkan untuk selalu mencuci tangan agar terhindar dari kuman.

Itulah pelajaran yang kuserap dengan baik dan kujalankan hingga sekarang, Ibu. Kau ingat proyek pelebaran jalan yang melewati tanah adat sehingga terjadilah sengketa antar warga 3 tahun silam?? Atau kasus pengadaan material buruk untuk menekan biaya produksi pada pembangunan rumah susun yang berujung tragedi robohnya rumah itu meski tak ada gempa sekecil apapun?? Aku mencuci tanganku dari itu semua, Ibu. Aku selalu bersih, sedang tangan bawahan-bawahanku berkuman. Berkatmu aku sering muncul sebagai headline tabloid dan koran. Pengusaha sukses dalam umur kurang dari 40 tahun yang ikut menopang perekonomian negara. Dulu aku bangga. Dulu aku jumawa. Hingga kemudian aku tahu kebanggaan dan kejumawaanku fana.

Mungkin kini aku tahu, Ibu. Aku tahu kenapa Soe Hok Gie ingin mati muda. Agar tidak ada waktu untuk menyesali apa yang diperbuat saat kau masih hidup tapi tak lagi muda. Seperti keadaanku kini. Aku sudah tua. Masa remaja sudah lama kadaluarsa. Tubuh ini sudah semerbak bau tanah meski sudah kutimpali dengan Bvlgari yang tak murah.

Kini aku takut, Ibu. Aku takut balasan Tuhan karena masa muda yang tak arif ini. Aku takut Dia membawa-bawa kau serta dalam balasannya. Padahal itu semua adalah perbuatanku.

Aku mohon, Ibu. Berdoalah. Bilang padaNya bahwa kau tak ada sangkut pautnya dengan hidupku. Belalah dirimu.

Tak usah hiraukan aku. Tak usah, Ibu.

Oleh @ildesperados
Diambil dari http://abracupa.posterous.com

Sarung dan Autan untuk Putri Salju


Teruntuk Putri Salju
Di buku cerita

Putri Salju yang baik,
          Barangkali kamu tak tahu tentang aku sebagaimana aku tak tahu tentang salju. Ah, tetapi aku lebih mending karena aku pernah mendengar tentang salju sedangkan kamu tak pernah mendengar tentang aku. Ya, ‘kan? Pasti.
         
Putri Salju yang baik,
          Aku cuma kasihan kepadamu. Aku memikirkanmu, tahu—em, sebetulnya aku dan salah satu siswa privatku: Lidi. Ketika kamu tidur itu, tidur begitu saja di hutan, aku kasihan kepadamu. Tanpa sarung ( “Nggak ada autan juga!” Lidi menambahkan). Kamu pasti kedinginan (“Pasti dikeroyok nyamuk!”).  Kira-kira, apa itu terlintas di pikiran juru cerita, ya?

Putri Salju yang baik,
          Aku cuma berharap, pangeran yang akan datang nanti membawakanmu sarung dan membalurkan autan. Biar kamu tidak kedinginan. Biar kamu tidak digigit nyamuk. Juga, semoga pangeran yang datang nanti membawa teh manis hangat dan nasi bungkus. Habis tidur panjang begitu kamu pasti haus dan lapar, kan?

          Sekian saja suratku. Semoga kamu cepat bangun dan bertemu pangeranmu.

Salam,

aku (dan Lidi)

p.s.: dear Lidi, kumasukkan namamu tanpa izin, ya… . Hehehe… .

Oleh @ikafff
Diambil dari http://ikafff.blogspot.com

Selamat Ulang Tahun Mantanku


Selamat Ulang Tahun engkau wahai mantanku. Apa kabar kah dirimu dengan cinta yang baru?? Adakah engkau masih mengingatku di dalam gelap ini??

Bukan,bukan aku yang bakal membahagiakan mu kelak tetapi dia si pemilik hati mu yang baru akan membahagiakan mu di hari ini sampai kamu menatap terakhir senja di bumi. Aku kembali membuka memori lama kenangan kita berdua ketika kita menikmati masa-masa berdua yang penuh dengan canda,cinta serta larut dalam dunia kita berdua.

Iya,iya aku adalah orang yang masih berharap kamu kembali ke dalam cintaku. Seorang pria bodoh yang masih ingin terus bersama mu. Hei!! Coba Ingat lagi bahwa aku adalah masa lalumu yang indah,seperti yang pernah kamu bilang kepada ku

“Tidak ada yang menggantikan kamu di hati. Apabila ada yang menggantikan mu,aku harap dia adalah reinkarnasi mu yang datang untuk menemani hari-hariku”

Ingin,Ingin banget aku memeluk mu dari dekat tapi apalah arti semua ini setelah kita tidak ada hubungan lagi. Raga ku ada di sini tapi hatiku berada di dirimu. Aku hanya bisa menatap,menyaksikan,dan melihat dirimu berada di hati orang lain. Ingat lagi aku pernah berkata.

“Kalau aku harus melihatmu dengan orang lain,aku harap dia adalah orang yang tepat untuk membahagiakan mu meski aku tidak ingin kehilanganmu”

Cukup,cukup aku terlena olehmu setelah bertahun-tahun aku mencari insan lain untuk menggantikan mu tapi tidak ada satupun yang sama dengan dirimu. Aku bahkan harus membuat boneka atau replika untuk menggantikan dirimu. Sebegitu pentingnya kah dirimu bagiku??

Tidak,tidak aku ingin mengganggu hidupmu. Di Hari Ulang Tahun mu aku tidak ingin merusaknya dengan membuka kenangan lama yang pahit yang pernah terjadi di antara kita berdua. Nikmatin hari-harimu dengan si dia apabila kamu bahagia

Iya,iya mengharapkan dirimu kembali apabila kamu jenuh dengan si dia. Kembali lah kamu ke pangkuan ku apabila kamu sudah cukup jauh berjalan. Bahuku akan menjadi tempat sandaran kepalamu,telinga ku akan menjadi pendengar untuk cerita perjalanan jauh cintamu,dan hatiku akan menjadi obat untuk kejenuhan mu setelah kau berjalan jauh.

Selamat Ulang Tahun wahai mantanku. Kado dari ku adalah sebuah ketenangan hati untuk menikmati hari-harimu bersama si dia. Lakukan yang kamu ingin kan dan kamu senangin. Aku tidak akan mengganggu hubungan kalian berdua,tetapi datanglah apabila kamu memerlukan atau menginginkan aku sebagai sandaran mu.

Oleh @IvanMaatheus
Diambil dari http://pemandanganlangit.tumblr.com/

Bagaimana Hatimu?


Untuk kamu

3 Desember

16.15 hey, percaya atau tidak hingga saat ini aku masih menebak-nebak bagaimana perasaanmu. Apakah kamu merasakan apa yang aku rasakan? Ataukah kamu sudah terlalu nyaman dan menganggapku seperti sahabatmu yang lain? Gesture dan retorika mu, seperti memberi isyarat bahwa kamu pun merasakan apa yang aku rasakan, tetapi timeline dan status mu yang aku baca semakin membuatku tidak mengerti, bagaimana sebenarnya perasaanmu itu.

Hey disini aku menuggu kepastian dari perasaan mu itu. Menuggu kesiapan hati mu untuk menerimaku sebagai bagian dari kesibukanmu.

Saat jalan itu selesai dibangun, akankah kamu mau membuka pintu hatimu dan membiarkan aku menetap di dalamnya?

Untuk aku
Hey ! kapan kamu akan berhenti menjadi pengecut?! Jika kamu mencintainya nyatakan saja ! takut ia menolak cintamu? Hellooooo… that’s a risk right? Jalani saja ! jika nantinya ia menolak cintamu dan lebih memilih menjadi sahabatmu, itu hak nya! Kewajibanmu hanya menyatakannya!

Aku bosan diam.

Aku ingin berteriak lantang.

Menembus segenap celah dan semua lubang .

merasuk ke ujung telinga semua orang.

Aku mencintainya !!

Oleh @jowell_07 kepada @LeliLynn
Diambil dari http://kuroudojackal.wordpress.com

Rindupun Lelah


Aku tak tahu harus menulis apa lagi, permainan aksara ini cukup menguras pikiran dan hati. Terlalu banyak yang aku tuliskan tentangmu, tentang kita, tentang harapan, dan juga mimpi. Nyatanya, kau lebih dari sekedar aksara. Kau lebih dari sekedar nyata meskipun maya di pelupuk mata. Kau lebih dari sekedar paragraf-paragraf atau rima-rima yang mengalun indah.

Sayang, seperti halnya aksara yang mengalir dari jemariku yang lelah. Rindupun, ia lelah mengaduh kepada semesta. Ia hanya butuh pelukan agar tak terlalu lama berjeda.

Bagaimana keadaan hatimu sekarang? Ah, aku tak butuh jawaban. Aku hanya butuh kau datang dan kita berpelukan, tak peduli di bawah hujan atau senja yang muram.

Datanglah kapanpun kau mau, sayang. Aku masih di tempat yang sama, dengan hati yang sama, dan kau masih bersemayam indah di dalamnya.

Tertanda,

Rindu yang lelah.

Oleh @iddailiyas
Diambil dari http://iddailiyas.tumblr.com

Perjanjian dengan Langit


Selamat minggu, Langit.

Bisa kah kamu diam-diam menjadi kelabu lalu mengantar hujan untukku?

Aku terlalu rindu hujan hari ini.

Bisa kah kamu membuat dia memandangmu terus? Lalu ingat akan aku yang juga suka memandangi kamu?

Ah, ayolah Langit.

Hari ini saja, tolong kabulkan inginku.

Entah, aku suka kamu. 

Saat biru mudah dan bermain bersama si putih.

Atau saat kelabu dan memacu hujanku.

Aku tetap suka.

Jangan terlalu percaya diri,

sebelum kamu bisa memberiku warna yang terus menyerang soreku.

Oranye, jingga, biru, coba hadirkan itu lagi..

Nanti aku akan memanggilmu lebih manis.

Bukan Langit, sepert sekarang. Tapi Senja.

Bagaimana?

Siap-siap untuk sore ini yah, Langit..

Jika iya, besok kubuatkan surat yang berisi panggilan Senja di dalamnya.

Jadi begini perjanjian kita.

Siang ini, bermain lah bersama putihmu yang banyak bentuknya.

Lalu nanti sore, muncul lah bersama angkuhnya warna-warna itu.

Kemudian malam, antarkan hujan bersama gelap kelabumu.

Bagaimana?

Aku tunggu yah.

- aku di Bumi yang suka Langit -

Oleh @imaadew
Diambil dari http://imaadew.tumblr.com

Surat Pembelaan Diri


Dear kamu,

Sudah lama aku tidak pernah lagi menuliskan isi hatiku untukmu. Kamu pasti tahu alasannya. Ya, aku tidak mau lagi menulis seraya menangis. Karenanya kubuat jeda waktu untuk memulihkan hati dan pikiranku tentang kamu.

Ya, aku memulihkannya dari rasa benci. Kamu pasti tahu, perilakumu membuatku otomatis membencimu. Perilakumu jelas-jelas membuatku sakit hati tanpa memberiku kesempatan untuk sekedar membela diri atas tuduhanmu.

Kamu pasti tahu dulu aku menangis tak sanggup bicara di hadapmu. Padahal kala itu hatiku meracau ingin bela diri. Tapi apa daya. Aku tak punya kuasa atas air mata yang terus menjajahku. Aku kalah atas rasa sedih yang mendalam saat dihempaskan olehmu.

Melalui surat ini, ijinkanlah aku kini membela diri atas urusan sepele yang mengganggumu.

….

Perlu kamu tahu, saat kita jauh, aku mengirit mencari jalan termurah menghubungimu bukan berarti aku pelit. Aku menyisihkan harta bendaku untuk nanti membantumu saat kita berumah tangga. Aku tidak mau menghabiskannya saat kita jauh. Aku ingin menggunakannya ketika kita bersama.

Perlu kamu tahu, ketika aku menangis, itu bukan berarti karena aku merengek. Bukan aku mengeluh. Aku hanya merasa sedih. Seharusnya kamu sadar bahwa aku masih hidup dan memiliki hati. Jadi, aku bisa menangis saat merasa sedih. Dan aku bercerita padamu tentang kesedihan bukan berarti aku bersikap manja, aku hanya percaya padamu untuk melihat air mataku dan mendengar sisi burukku.

Perlu kamu tahu, aku tidak akan pernah menjadi sosok seperti bundamu. Aku adalah aku dengan pribadi unikku. Kau tuntut aku sedemikian rupa pun percuma. Kami adalah sosok berbeda.

Perlu kamu tahu, aku menunggumu dulu bukan berarti kamu adalah sosok sempurna. Jangan terlalu besar rasa. Aku menunggumu hanya karena aku menginginkannya. Hatiku menginginkannya.
….
Jika kamu ingin mencari sosok kuat untuk mendampingimu, lamarlah manusia yang tercipta dari besi dan baja.

Jika kamu ingin mencari sosok yang tak pernah menangis, carilah manusia yang hatinya sudah mati.
Jika kamu mencari sosok yang sama sekali tak berbeda dengan bundamu, carilah cara untuk menggandakannya.

Jika kamu tidak sanggup bersahabat dengan jarak dan waktu, nikahilah dirimu sendiri. Niscaya kau takkan pernah kecewa. Kau hanya mencintai dirimu sendiri. Kurasa.
Selamat berbahagia….

Dari aku, 
Yang telah bangkit dari segala penilaianmu.

Oleh @hotarukika
Diambil dari http://hotarukika.tumblr.com

Aku Belajar Darimu


3.2.2013
Hai, muridku. Apa kabar? Semoga kamu sedang menjalani quality time bersama mama, papa, dan adikmu. 

Muridku. 
Pasti kamu tidak tahu. Tidak tahu bahwa sebenarnya aku mengagumimu. Tidak tahu bahwa sebenarnya kamu adalah sumber inspirasiku. Tidak tahu bahwa sebenarnya aku belajar darimu. Tidak semua guru itu tahu segalanya. Kadang kala, guru merasa bahwa murid harus mengikuti jalan pikiran guru. Kamu yang mengajari aku. Ternyata ada sudut pandang lain yang mesti aku lihat. Tidak hanya melihat dari sudut pandangku. Aku masih selalu ingat pada peristiwa di mana aku belajar tentang 'sudut pandang lain'. Kamu ajari aku walapun tidak secara langsung. Kamu punya jalan pikiran yang berbeda dengan teman-temanmu. Itulah salah satu pertanda kecerdasanmu. 

Saat ini, kamu sudah bertambah besar. Aku mengenalmu sejak usiamu 5 tahun. Kamu dulu menyukai dramatisasi. Ayahmu pernah bercerita bahwa kamu seringkali berpura-pura jadi guru dan memaksa orangtuamu menjadi murid. Kegiatan dramatisasi ini akan berlangsung berjam-jam. Selama itu pula, kamu tidak membiarkan orangtuamu untuk berhenti menjadi murid. Tahukah kamu? Role play yang kamu mainkan secara tidak langsung bercerita pada orangtuamu tentang guru-gurumu. Ah..orangtuamu jadi tahu bagaimana tindak-tanduk kami -para guru- ketika mengajar di sekolah. Mengingat itu, kadang aku jadi malu. Apakah kamu masih menyukai bermain drama seperti itu?  

Kamu semakin besar. Suatu ketika, gurumu pernah bercerita tentang nilai-nilaimu yang  menurun. Padahal, kamu adalah anak yang cerdas. Tapi ketika kamu berada di kelasku, aku melihat antusiasme dalam dirimu. Aku senang. Antusias. Seseorang mengatakan bahwa antusias berasal dari bahasa Yunani: 'en' dan 'theos' yang artinya 'di dalam Tuhan'. Itu artinya Allah bersamamu. Jika kamu tidak menunjukkan kemampuanmu yang sebenarnya, kamu mungkin sedang merasa kesulitan. Apa pun kesulitanmu, Allah pasti menolongmu. Berdoalah dan tetap berusaha. Aku akan mendoakanmu. 

Gurumu. 

Oleh @Jo_iin
Diambil dari http://bintang-dan-air.blogspot.com