Terima Kasih, Kamu

Selamat sore,

Mungkin ketika aku menulis surat ini untukMu, beberapa dzikir telah kusematkan di ujung sholat tadi... Tapi sungguh, berbincang denganMu tak pernah bosan, tak pernah habis, tak pernah kehabisan kata. Bukan, bukan karena hanya aku yang berbicara sendiri, bukan karena tidak ada yang memotong ucapanku, tapi karena Kamu bisa memahamiku, bisa mengerti apa yang aku ucapkan, bisa mengetahui keinginanku sekalipun tanpa aku ucapkan, bisa mendengarkanku tanpa menatapku sinis, tanpa mengoceh yang membuatku bertambah sakit, aku tahu Kamu tak akan begitu.

Dan sore ini aku tak akan mengeluh, tak akan meminta, aku hanya ingin berterima kasih atas apa yang Kamu berikan sepanjang tahun kemarin..

Dengan segala keikhlasan dan beberapa isak aku cium kening sosok keriput nan tegar, yang hidupnya bertemankan perjuangan, kadang terlupakan dan terabaikan. Keriput di pipi dan dahinya adalah relief duka dan laranya atas ingkar, bangkang, juga abai dariku. Kuciumi saat tubuhnya telah dikafani awal tahun kemarin. Kupasrahkan wanita tercantik itu pulang ke rumahMu, aku yakin ini adalah bentuk cinta kasihMu untuknya, juga untukku. 

Terima kasih, aku tak pernah sedikitpun menyesal lahir dari rahimnya. 

Terima kasih, aku tak pernah menyesal dibesarkan oleh kedua tangannya yang mulia, yang penuh cinta, yang selalu dia gunakan untuk memohon doa tanpa sekalipun melewatkan namaku... 

Terima kasih Tuhan, telah memberikan Ibu seperti beliau.

Juga, untuk hari-hari setelah dia pergi…

Terima Kasih... Semua sudah Kamu atur, untuk hidup terbaikku... Untuk semua bahagiaku..

Untuk keikhlasan di semua gejolak keluh, di setiap asa yang kian terasa hampir rapuh, di jiwa raga dan segenap ruh, dan di segala rasa patuh dan pikiranku yang utuh.

Terima kasih kepadaMU yang kesempurnaanNya menyeluruh...

Sekian suratku, sebuah tulisan walau dari tangan kotorku yang penuh dosa, semoga Kamu sempat membacanya :)

-Singapura, 14 Januari 2013-

Ditulis oleh : @dentiZTY

Diambil dari http://dentiztyasty.blogspot.com/