15 January 2013

Surat Pertama: Rumah


Kutuliskan surat pertamaku untukmu, rumahku.

dari jauh, rumahku. kita berjarak entah. rinduku tak lepas, lengket bagai getah.

kutuliskan surat pertamaku untukmu, rumahku.

dingin hujan, airnya jatuh, menggigilkan rindu.

basah hujan, tabah pada pipi yang lembab tanpa sebab.

ini surat pertamaku untukmu, rumahku.

tempat paling ramah tanpa marah-marah.

tempat paling sejuk dengan sejuta rayu dan bujuk.

dulu.

ibu,

bagaimana disana?

apa kau bertemu bapak?

hampir setahun kau pulang padanya.

pergi dariku.

aku sekarang  berada di kota hujan.

banyak gumpalan awan mendung disini.

tanah selalu basah.

maaf, aku datang ke kota ini, berniat mendaki gunung. hobby-ku yang selalu menjadi kekhawatiranmu.

jika sampai pada puncaknya. lebih dekat aku ke langit. karena jarak yang dekat itu barangkali doaku akan cepat sampai dari sana.

tubuhmu adalah pasangan sepasang lenganku. yang selalu kusebut rumah.

semenjak kau pulang padanya dan bertemu bapak, lenganku sepi merindukan tubuhmu.

kau tahu, si bungsu setelah kepergianmu dari kami, sering menuliskan sesuatu untukmu. entah itu surat atau puisi-puisi kecilnya. semoga kau membacanya disana. salah satu tulisannya:

22 februari kepergian mu membuat ku menjadi seorang gadis cengeng.

hari yang slalu kulewati berdua, kini sendiri. hanya kenangan yang dapat ku simpan

mama…

22 februari adalah hari terakhirku mendengar suaramu

22 februari adalah hari terakhirku memelukmu

22 februari adalah hari terakhirku mendengar suaramu

23 februari adalah hari terakhirku melihatmu

23 februari adalah hari terakhirku menciummu

23 februari adalah hari terakhirku memandikanmu

mama..

aku terkadang slalu mengenang masa dulu yang slalu denganmu

-makan denganmu

-tidur denganmu

-duduk denganmu

bahkan,,kemanapun pasti slalu dengan mu

mama…

ketika aku dikamarmu, ingatanku selalu kemasa lalu, kau ingin aku terus tidur denganmu

aku juga ingat stiap kali aku ingin tidur dikamarku, kau slalu menolak, kau katakan padaku kau tak bisa tidur tanpa aku.

kini kau mengabulkan keinginanku, tapii taukah kamu mama.. akupun demikian tak bisa tidur tanpamu

mama…

aku merindukan pelukkanmu

aku rindu menciummu

aku rindu mendengar suaramu

mama…

kini tiap kali aku pergi/pulang sekolah tak adalagi yang menciumku,

tak adalagi yang memelukku dan tak adalagi yang mengabulkan keinginanku

mama…

terkadang aku iri pada teman-temanku yang tiap kali menceritakan dirinya bersama mamanya..

terkadang hatiku sedih saat mendengar ceritanya karna aku ingat akan dirimu mama..

mama…

hariku sudah tak adalagi cerita tentangmu

mama..

tak adalagi yang membangunkanku saat waktu sholat tiba

tak adalagi yang mengingatkanku akan kesehatanku

tak adalagi yang mengingatkanku akan sekolahku

bahkan tak adalagi omelan atau nasehat darimu

mama…

maafkan kesalahanku

maafkan keegohanku

mama aku menyayangimu

mama..

jika memang waktu kita terbatas dibumii,, aku slalu berdoa pada Tuhan pertemukanlah aku, mama dan papa di akhirat nantii

setiap kali membaca tulisannya itu. rindu dan hujan datang padaku. deras sekali.

sekarang dia sedang sendiri di rumah sepi kita. maaf, aku lagi-lagi membuatmu gelisah.

maafkan juga aku yang kadang lupa berdoa, tapi percayalah, setiap doaku ada namamu dan bapak kusertakan.



“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, dan sayangilah kedua orang tuaku sebagaimana mereka telah memelihara / mendidikku sewaktu aku kecil.” amin..

dari putra sulungmu.





Oleh : @onossel
Diambil dari http://hurufhara.wordpress.com/2013/01/14/surat-pertama-rumah/

No comments:

Post a Comment