Sebenarnya itu kepulangan yang rumit. Pernahkah kamu memerjuangkan sesuatu untuk dinikmati orang banyak, bukannya disyukuri tapi kau dimaki-maki? Ini tentang kepulangan yang menguras hati Soekarno dan Bung Hatta.
Aku sendiri malu kepada Bung Hatta yang menolak menggunakan uang negara demi mendapatkan sepatu pujaannya. Sepatu yang tidak pernah ia dapatkan sampai mati.
Dan aku kagum terlalu kagum, pada laki-laki yang rela menjual mobil kesayangannya untuk menghidupkan denyut di jantungmu. Soekarno.
Entah apa yang dipikirkan orang-orang itu. Padahal bagiku, berada di dekat kuda Arjuna saja sudah lebih dari cukup untuk membuatku merasa aman. Namun mereka belum mampu berhenti mengumpat di depan sang Thamrin.
Hei, asal kau tahu, sore ini bibirku merekah lagi, rekahan yang kecil, rekahan yang sama yang pernah kulempar dari puncak emas untukmu.
Sampai nama hari di karpet lift Perpustakaan Nasional berganti seribu kali, sumpah demi Tuhan, aku terlalu menyukaimu.
Asal kau tahu lagi, masih kepadamu rinduku menunggu. Seperti embun menunggu dijemput matahari.
Kepada Jakarta, ditengah mereka yang mengeluhkan berbeda, ini aku, yang mencintaimu dengan sama.
Ditulis oleh : @davinrusady
Diambil dari http://davinrusady.tumblr.com
No comments:
Post a Comment