Apa kabarmu di sana? Akhirnya aku membuat blog lho. Kemarin aku cerita tentang @poscinta yang punya proyek menulis kan? Akhirnya aku mencoba untuk ikut program #30harimenulissuratcinta. Sayangnya mereka mewajibkan semua yang ikut untuk punya blog, jadi akhirnya aku (terpaksa) membuat blog deh. Hahahaha.. Walaupun kamu tahu aku paling malas untuk ribet urusan beginian. Dan di hari pertama #30harimenulissuratcinta ini, aku ingin menulis suratku untukmu. Karena apa? Akan aku ceritakan alasannya.
Resol, begitu teman kuliah memanggilmu. Tetapi aku tidak. Aku selalu memanggil nama aslimu. Menyapa dengan nama panggilanmu. Ren. Tidak terasa kita sudah mengenal dari sejak 13 tahun yang lalu. Mulai dari masa-masa alim SMP, masa-masa suka ngilang dari jam pelajaran kosong cuma untuk basket di SMA, masa-masa sibuk kuliah, hingga kita lulus, wisuda bersama, dan masing-masing bekerja di kota yang berbeda. Ahh..aku jadi teringat kejadian waktu kamu bilang melihat wanita ayu yang bernyanyi lagu “Di Doa Ibuku” saat kita wisuda, dan tanpa kamu sadari itu aku. Kamu cerita dengan mimic seakan menyesal kenapa wanita itu aku. D**n you, Ren =))
Tetapi kamu tahu? Baru beberapa bulan ini aku tahu ada sisi lain dari dirimu. Jiwa kebebasan dari passionmu untuk travelling dan kelembutan yang tertulis atas setiap untaian kata dalam kalimatmu. Senangnya akhirnya kamu tahu passionmu. Itu terpancar dari kamu yang terlihat makin semangat dalam menjalani hidup, Ren. Ya, aku salah satu pembaca setia tulisanmu dan tiba-tiba selalu excited saat ada new post di blogmu. Aku selalu semangat untuk komentar atas tulisanmu, walau jarang ada di kolom comment blog.
Dalam sebuah pembicaraan tak penting tiba-tiba saat itu, ya aku benar-benar ingat, kamu bertanya,
“Ran, Kamu suka baca-baca blog ya?”
“Iya, suka.”
“Biasa orang yang suka baca blog itu suka nulis juga lho.”
Dan aku hanya menanggapi dengan tertawa. Lelucon pikirku. Aku yang sesibuk ini mana ada waktu untuk menulis hal-hal seperti itu? Tetapi entah kenapa sesaat pandanganku teralihkan oleh salah satu file word “untitled” di laptopku. Kubuka file itu. Kubaca kembali jejeran kalimat acak-acakan yang tak pernah bisa kusampaikan. Yang kadang hanya bisa kubicarakan kepada Tuhan sebelum aku terlelap setiap malam gelap. Setiap curhat dan cerita selalu kutuliskan tempat dan tanggal kapan tulisan itu dibuat. Tahun 2008. Kemudian pandanganku terlahikan lagi akan kunci buku diary yang selalu tersimpan di dompetku. Kulihat tulisan tangan jelek yang kucoret-coret di buku itu. Tahun 2007 awal. Benarkah katamu kalau aku suka menulis?
“Ren, aku dari dulu nulis sih. Tapi ga pernah aku publish.”
“Kenapa?”
“Cuma curhat dan pemikiran ga penting.”
“Bikin dong. Dipilihin aja yang menurutmu bisa dipublish. Aku penasaran dengan tulisanmu.”
“Hmmm..liat ntar deh.”
Dan sekarang, hari ini, akhirnya kamu bisa membaca tulisanku. Hanya tulisan berisi pikiran yang suka kesana-kemari, hanya deretan kalimat tak berisi, hanya kata-kata yang tak bisa disampaikan sendiri, hanya puisi, hanya ini. Dan semua ini karena kamu yang “memaksa” ku sehingga aku tahu satu hal lain yang aku suka. Satu hal yang membuat otakku tidak tertumpuk dengan pikiran berputar-putar tak tahu ke mana. Walaupun terkadang aku masih membiarkan beberapa sesuatu, rahasia, atau pun pikiran hanya tertulis di hati. Sekarang kamu tahu alasannya kenapa kamu jadi orang pertama yang kutulis surat kan? Surat hari pertama di #30harimenulissuratcinta ini aku kirimkan untukmu yang membuat blog ini ada. Terima kasih ya, Ren.
NB: (peluuuk…) Cuma di sini aku tanpa malu-malu bisa peluk karena aku sangat berterimakasih atas “paksaanmu”? Hahahaa..:D
Jakarta, 14 Januari 2013
Dari aku,
Francessa
Ditulis oleh by @franc3ssa
Diambil dari http://justcallmefrancessa.wordpress.com
No comments:
Post a Comment