“Aku harus bisa mengalahkan malam-malam kesepian, yang menjadi musuh
besarku.. Aku harus bisa menaklukkan hari-hari sendirian, yang menjadi lawan
tangguhku..” -Jikustik
Halo Nile,
Aku menulis lagi untukmu, rindu ini selalu pecah dalam ukiran kata,
Seperti jarak demi jarak memisahkan
setiap langkah inginku memilikimu,
Sekian juta rintik hujan membasahi
jendelaku, tak pernah satu pun rintiknya jatuh pada titik yang serupa,
Rindu ini, rindu ini sebanyak rintik
hujan, hanya saja dia hanya menetes di satu titik. Porosmu.
Setiap rintik yang mengetuk jendelaku,
menjadi candu biusku terlelap dalam lamunan.
Aku memasuki labirin lamunanku, cukup
lama aku mengenal ruang ini tapi entah mengapa aku lebih sering tersesat pada
ruang lukanya. Lamunanku lebih mengenal jalan menuju luka daripada bahagia.
Cukup lama semestaku mengingkari mu
sebagai bahagiaku,
Hingga akhirnya kusadari ruas jariku
tak berisi genggamanmu lagi..
Hingga akhirnya kusadari ada jejak
kaki yang menghilang dari sisi jejakku..
Hingga akhirnya kusadari ada ruang
kosong di seberang mejaku..
Hingga akhirnya kusadari ada yang
hilang dari bahagiaku. Kamu.
Kehadiranmu tak sempat menyadarkanku
akan kemegahanmu, ternyata ketidakhadiranmu yang menunjukan betapa agungnya
dirimu dalam setiap detak bahagiaku.
Malam ini, aku menatap kosong di ujung
jendela, beradu pandang dengan sinar kota dan kerlip bintang yang bersahutan
menyuntikan ruh kenangan.
Aku menyerah pada lamunanku, membawaku
ke masa dimana ada kening yang terkecup di sela gelak tawa.
Aku berpasrah pada imajiku, terbang
bersama masa dimana ada tatapan yang menaklukan ego, dimana ada tangis yang
berdamai dalam peluk.
Aku terlepas dalam pengharapan,
tentang rinduku padamu, tentang rindu yang dulu bahagia, tentang rindu yang
kini menyakitkan.
Aku menyenderkan keningku di jendela,
seksama melihat hujan, menjarak lebih dekat pada butiran rindu langit.
Butiran hujan itu.. Dia menetes, dia
mengalir, dia terjatuh, dia mengering dan dia menghilang.
Aku menyadari ternyata aku salah, aku
salah menterjemahkan hujan, aku salah mendengar nada rintihan hujan di jendelaku.
Butiran hujan itu bukanlah
representasi rinduku, tapi hanyalah refleksi serpihan hatiku yang telah dulu
berantakan.
Setiap detik menetes, pikiranku
mengalir, hatiku terjatuh, air mataku mengering, asa ku menghilang.. Aku patah
(lagi).
Tearless cry,
Oleh @chesterdee
diambil dari http://wor-l-dplay.blogspot.com
No comments:
Post a Comment