“A father is his daughters first love and his sons first hero."
Hai, Pa!
Ini untuk pertama kalinya aku menulis surat di program ini buat Papa. Maaf ya Pa, tahun lalu nggak ada satu pun tercantum nama Papa disana. Surat-suratnya aku bertujuan untuk laki-laki yang pasti bikin Papa cemburu kalau tau. Ah, tapi mereka masih nggak ada apa-apanya dibanding Papa. Percaya deh sama aku, Pa.
Back when I was a child before life removed all the innocence
My father would lift me high and dance with my mother and me and then
Spin me around ‘til I fell asleep
Then up the stairs he would carry me
And I knew for sure I was loved
Aku bukan seseorang yang pintar merangkai kata-kata untuk mengungkapkan perasaan. Tulisan aku masih berantakan. Tapi intinya, Aku sayang Papa.
Semakin besar seorang anak, pasti semakin sulit untuk menyatakan kalimat itu langsung. Kebanyakan karena gengsi. Aku pernah baca kalimat itu diblog orang lain dan ternyata memang benar. Mungkin aku termasuk salah satu diantaranya sekarang. Bisa dihitung jari aku bilang sayang ke Papa. Maaf Pa.
Cuma Papa pasti ngerti deh kalau ungkapan sayang aku sekarang itu seringnya berupa pelukan, kecupan, serta gandeng tangannya Papa.
Dirumah juga sering dibilang kalau aku itu bungsu kesayangan Papa atau anak Papa dari kecil. Paling manja tapi juga paling sering berantemnya. Iya, aku juga tau itu Pa. Kayaknya sih karena kebanyakan sifat aku juga turunan Papa ya? Keras kepala kalau dikasih tau salah satunya.
If I could get another chance, another walk, another dance with him
I’d play a song that would never, ever end
How I’d love, love, love
To dance with my father again
Pa, ada banyak hal yang aku banggain dari Papa. Banyak banget. Kalau aku tulisin satu-satu disini nggak bakal cukup satu hari bikinnya.
Papa itu satu-satunya pria di rumah. Dan paling bisa diandalkan dalam banyak hal. Pekerja keras. Bahkan sewaktu baru dapat pekerjaan dulu, Papa udah membiayai kuliah adik bungsunya di kedokteran sampai tamat. Papa nggak pernah membanggakan hal itu dan menuntut balasan untuk apa yang dilakukannya. Aku aja yang bangga dengarnya trus ngebanggain disini.
Papa itu rendah hati, bijaksana, penyayang.
Papa itu pria berkumis yang dari luar kelihatannya pemarah. Padahal aslinya baik banget.
Papa itu paling selektif kalau udah ngenilai laki-laki yang main kerumah, baik itu teman dekatnya aku atau kakak. Pasti masang wajah dingin sama tegasnya. Wajar sih, karena anaknya ada 3 dan itu perempuan semua. Jadi selektif mau yang terbaik buat kita. Pernah malah secara terang-terangan nanya kalau aku udah punya pacar kasih tau juga orangnya ke Papa. Cute aja sih, terkesan ada nada cemburu sekaligus pengen tau di kalimat itu. :D
Papa itu open-minded. Terbuka apa aja kalau kita berpendapat. Sportif.
Papa itu teman curhat yang selalu punya solusi yang luar biasa ampuh.
Papa itu selalu ada buat istri dan anak-anaknya.
When I and my mother would disagree
To get my way, I would run from her to him
He’d make me laugh just to comfort me
Then finally make me do just what my mama said
Jaga kesehatan baik-baik Pa. Aku nggak pengen Papa dirawat di rumah sakit lagi tiba-tiba kayak waktu itu. Jangan terlalu banyak pikiran. Jangan terlalu maksain pekerjaan Papa, dibawa santai aja. Aku tau Papa melakukan semuanya untuk keluarga yang sangat Papa cintai ini. Semuanya sudah sangat cukup Pa bahkan lebih dari itu. Terima kasih banyak. Aku bukan anak yang selalu bisa dibanggakan seperti anak teman Papa yang lainnya, tapi aku berusaha untuk selalu bikin Papa bangga. Aku nggak akan pernah bisa membalas semua yang udah Papa kasih, hanya doa disetiap sujud yang aku haturkan untuk Papa.
Terima kasih untuk kasih sayang yang berlimpah dan menjadi kepala keluarga yang sempurna untuk kami semua, Pa.
Happy Monday. I love you.
*) now playing : Luther Vandross - Dance with My Father
Ditulis oleh : @dsadissa
Diambil dari http://www.dissa-elvaretta.blogspot.com

No comments:
Post a Comment