Indah
saat kita belum berjumpa dan saat pertama berjumpa.
Kau
genggam lenganku, membelai bahuku.
Sekarang
semua sirna.
Memangnya
kau masih selembut itu?
Apa
bagimu, kau saja yang terluka?
Aku
ini apa di matamu?
Kau
maki aku karena satu kesalahan bodoh yang terjadi.
Kemudian,
semua rasamu hilang seiring kebahagiaan yang pernah ada.
Lalu,
semua kata dariku tak lagi kau hiraukan.
Tak
manis seperti dulu, tak peduli seperti waktu itu.
Sekarang
kita hanya berdiam diri.
Belaianmu,
genggaman tanganmu, pelukanmu.
Semua
sudah hilang untukku.
Jadi,
sebaiknya kau miliki saja dia yang mengerti segalanya untukmu.
Bukan
aku, seseorang yang baru.
Bukan
aku, yang tak layak untukmu.
Kau
kan kubiarkan bahagia bersamanya, itu kebahagiaan untukmu.
Dan
aku akan tersenyum sesambil menatap tiap senyummu yang pernah ada untukku itu.
Bagiku,
semua telah kuberikan.
Kejujuranku
telah kupaparkan.
Kesalahan
menghapus indahku di matamu.
Mungkin,
memang dia lebih baik untukmu.
Ku
akan melepasmu demi kebahagiaan.
Kupikir
percuma saja semua tetap melaju ke depan.
Sementara
sakit yang kau rasakan tak pernah hilang.
Sepertinya
awal kita bahagia.
Semakin
berjalan kau anggap dirimu terluka.
Semakin
lama, semakin dingin dan semua tak seperti biasa.
Buatmu,
setiap ucapanku adalah kekacauan.
Sekarang
semua tak ada kepastian.
Sudahi
saja semua, kau bersamanya adalah jalan terindah untukmu.
Aku
rindu saat itu.
Saat
kita belum bertemu dan saat kita pertama bertemu.
Masih
terasa sentuhan tangan di jemariku.
Selamat
tinggal, sayang.
Oleh @catatansiDoy
diambil dari http://mynameisdoy.blogspot.com
No comments:
Post a Comment