30 January 2013

Pada Suatu Hari, Parapat: Kota Pertemuan – Kota Kenangan


sebab masing-masing dari kita punya cara tersendiri untuk mengabadikan sebuah cinta, sebuah kota

: Parapat

dear Parapat,

apa kabar dirimu, kota yang pernah kami kunjungi empat tahu lalu saat perpisahaan kelas XII SMA? masihkah pagimu dingin dan basah karena embun? masihkah burung-burung terbang di langitmu yang biru saat matari bersinar? empat tahun, ya. dan sebuah perjalanan kelas yang sangat menyenangkan, sekaligus perjalanan jauh pertama saya bersama dengan teman-teman sekelas. perjalanan selama dua hari tiga malam yang begitu singkat sekaligus panjang. singkat; sebab setelahnya kami akan menempuh jalan kami masing-masing. panjang; sebab selama perjalanan kami seakan ingin mengekalkan perkenalan selama di kelas XII SMA. dua hari tiga malam untuk selamanya..

hal pertama yang selalu membuat saya selalu ingin kembali lagi padamu: ada kenangan yang telah mengkristal di sana, seakan dirimu adalah kotak yang berisi kumpulan kenangan dari tigapuluhan remaja; kami.

tahukah kau, kalau saya telah menuliskan dua buah cerpen, dengan kau sebagai latar tempatnya? ya, saya menulis dua buah cerita cinta, dan di dua cerita itu, saya menciptakan sebuah mitos tentang dirimu—yang tentu saja, mitos itu hanya ada di dalam dunia di mana tokoh-tokoh saya bertemu, saling jatuh cinta, walau masing-masing dari dua kisah cinta itu tidak melulu berakhir bahagia. kau mau saya beritahu mitos apa yang saya ciptakan tentangmu? begini cuplikannya: ..


“.. parapat. berbeda dengan medan yang bermobilitas tinggi. kota ini adalah kota di mana aku lahir dan tumbuh besar, sebelum akhirnya aku memutuskan ke medan berkuliah. bila di medan, kau akan disibukkan dengan rutinitas atau dipusingkan dengan kemacetan di jalanan, maka di parapat kau akan merasakan restorasi diri. di parapat kau akan menemukan ada begitu banyak hal yang menyegarkan kembali jiwamu yang telah tumpah ruah polutan dan kepenatan. mulai dari pemandangan danau toba nan biru yang sangat memesona. udara dingin dan sejuk, bahkan ketika matahari terik sekali pun. hingga situs-situs bersejarah suku batak: Makam Raja Sidabutar, Sigale-gale, Ulos, Rumah Adat Batak dan masih banyak lagi.

satu hal yang membuat parapat menjadi kota spesial dan istimewa, yang sayangnya jarang diketahui oleh orang lain selain para warga kelahiran parapat: parapat adalah kota di mana akan selalu ada pertemuan baru yang akan dialami oleh siapa saja yang berkunjung ke sana. Atau bisa jadi pertemuan kembali dengan seseorang yang barangkali pernah hadir di hidupmu. kami selalu menyebut parapat sebagai kota pertemuan..”

seperti itu. jadi, saya menuliskan bahwa dirimu adalah kota pertemuan, kota kenangan. mengapa saya menuliskan begitu? sebab, bagi saya—dan teman-teman kelas XII IPA 1—dirimu adalah kota kenangan, yang pernah kami singgahi, kami nikmati udara dan embun paginya.. dan, ya, saya secara pribadi jatuh cinta padamu  percayakah?

bukan hanya sebagai latar cerpen, saya pun berniat menuliskan sebuah novel dengan parapat sebagai latar tempatnya! saya ingin memperkenalkan dirimu kepada orang-orang di seluruh indonesia, bahwa di sumatera utara, ada begitu banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi saat liburan. danau toba—yang teori penciptaannya bisa dikaji melalui dongeng nusantara dan fakta sejarah. pelabuhan ajibata yang akan membawa siapa saja ke pulau samosir—pulau di atas pulau. legenda batu gantung ‘seruni’ yang bisa dibilang siti nurbaya-nya sumatera. makam sisingamangaraja, pahlawan dari sumatera utara yang memiliki kekuatan serupa samson. dan.. tentu saja, ada kau, parapat.

dear parapat,

kapan, ya, saya bisa kembali lagi ke kotamu? saya rindu berdoa komat kamit selama perjalan menurun yang terkenal itu. saya rindu menendang air dari pinggir danau toba—yang katanya, kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah kotanya. saya rindu makan semangkuk indomie rebus dan secangkir teh di warung-warung pinggir danau toba. kira-kira, kalau saya ke sana lagi suatu hari nanti, kau sudah berubahkah karena kekurangpedulian para warga dan pemerintah kotamu? ah, saya harap tidak. sebab masing-masing dari kita punya cara tersendiri untuk mengabadikan sebuah cinta, sebuah kota. dan kau.. berhak dicintai.

bintaro, 29 januari 2013


Ditulis oleh : @bianglalaaaaa 
Diambil dari http://bianglalaaa.wordpress.com

No comments:

Post a Comment