30 January 2013

3 Serangkai

Teruntuk tiga kota yang pernah (dan masih) singgah dalam fase-fase hidupku



Jakarta,

Lahir dan besarku di tanahmu. Menyatu sudah aku denganmu. Sebelum kepindahanku ke kota-kota lainnya, sebetulnya aku cukup menikmati tumbuh besar dalam pelukmu. Kamu yang gemerlap, kamu yang berkilau, kamu yang menggoda. Semua kau berikan padaku untuk memenuhi standar gaya hidupku sebagai gadis metropolitan. Aku terlena dalam kilau yang kau pancarkan. Aku adalah salah satu the Jakartans yang biasa kau temui di berbagai mall terkemuka. Aku adalah salah satu penduduk mu yang kerap kau temui di café atau restoran ternama. Aku adalah salah satu kaum modern ibukota.

Sampai ketika aku pindah ke Bandung. Aku berubah. Aku yakin, teman-temanku di tempatmu pasti tak akan percaya melihat perubahanku. Memang belum begitu drastis. Namun aku tetap merasa bahwa aku bukan aku yang dulu. Saat itulah aku sadar bahwa gaya hidup yang kujalani di tempatmu hanya kesenangan sesaat. Aku mulai melupakanmu. Aku menikmati hidup yang lebih tenang di Bandung. Ah, sebetulnya tidak hanya Bandung yang telah kulihat. Aku kerap bepergian ke kota-kota lain dan merasakan atmosfer yang berbeda di sana. Salah satu kota yang benar-benar memikat hatiku adalah Yogyakarta. Aku bermimpi kelak akan tinggal di sana dan benar-benar lepas dari belenggumu. Aku mulai merasa kamu membelenggu. Jangan salahkan aku bila lambat laun aku mulai membencimu. Aku merasa kamu telah memerangkapku dalam kesenangan sesaat. Aku ingin berubah.



Bandung,

Kuakui tahun pertama aku pindah ke tanahmu merupakan yang terberat. Aku bukan jenis orang yang bisa dengan mudah beradaptasi di tempat baru. Berada di tengah-tengah masyarkat dengan bahasa dan budaya yang sama sekali asing bagiku membuatku merasa sebagai alien di antara mereka. Meskipun begitu, tahun-tahun berikutnya aku cukup menikmati tinggal di tempatmu. Bandung, kota dengan sejuta kenangan bagiku. Di sana aku memulai tahun-tahun kuliahku bersama sahabat-sahabat baru. Aku mengubah identitasku. Aku bukan lagi “Ken” si anak Jakarta, aku “Sasa” si pendatang yang kini tinggal di kota kembang. Dengan begitu aku berharap bisa melepaskan aku yang dulu.

Pedih perih suka tawa kuhabiskan selama 5 tahun di atas tanahmu. Masa-masa kuliah adalah saat terindah. Kadang aku berharap bisa memelintir ruang dan waktu dan kembali ke taun 2008-2009, saat di mana aku menjalani semester 3-6 kuliahku, semester-semester paling bahagia sebelum terkontaminasi skripsi :)

Satu yang akan selalu melekat dalam ingatanku tentangmu, Bandung, meskipun sudah tiga tahun lebih aku meninggalkanmu, namun aku masih menyimpan cinta sunyi kepada salah satu pendudukmu. Dia, yang namanya selalu membuatku bergetar sampai ke solar plexus, tinggal di Buah Batu. Karena dia, aku terobsesi padamu. Sering ada keinginan begitu kuat dalam diriku untuk pergi ke tempatmu, kota kembang. Dan saat keinginan itu terpenuhi, aku hanya diam di sana, terpaku bisu tak tahu harus memutuskan apa sementara pikirianku riuh berdebat; haruskah aku menemui dia atau tidak. Jawabannya selalu tidak. Jadi seringnya aku gembira harap-harap cemas saat akan pergi ke tempatmu, namun saat di sana hanya akan terbenam sedih karena tidak mampu bertemu dengan dia, dan hanya akan pulang kembali ke Jakarta dengan hati lebih hampa dari sebelumnya.

Salamku padanya, ya. Jaga dia. Bisikkan padanya, bahwa aku di sini, terhalang oleh keadaan, mencintainya dalam sunyi.



Yogyakarta,

Ah, semua orang dalam hidupku pasti sudah tahu betapa aku cinta padamu. Di tempatmulah mimpi-mimpiku berada. Ketika pada akhirnya takdir menuntunku padamu, bahagiaku tak kepalang. Bisa pindah ke tempatmu, setelah dari Jakarta, Bandung, dan Jakarta lagi, adalah jawaban atas doa-doaku. Aku berjanji padamu bahwa di tempatmulah aku akan memulai hidup dan mimpiku. Aku akan selamanya berada dalam pelukmu dan tak akan pernah lagi menginjakkan kaki di Jakarta. Setahun lebih kuhabiskan bersamamu. Itu adalah masa-masa di mana akhirnya realita bisa lebih indah dari khayalan semu di kepalaku. Aku sepenuhnya berubah. Aku bukan lagi si gadis modern metropolitan yang kubenci. Aku adalah gadis tenang bersahaja yang mepaskan hingar bingar kota besar dan terbuai kehidupan nyaman bersama alam. Aku bahagia. Tidak, aku bukan cuma bahagia, perasaanku satu tingkat di atas bahagia. Aku diterima dengan sangat baik oleh kamu yang ramah. Aku menjadi bagian darimu. Tekadku, aku akan selalu bersamamu selamanya.

Namun, beribu maaf, aku tidak bisa menepati janjiku padamu. Ternyata ada kehendak lain yang aku tidak kuasa untuk mengubahnya. Takdir masih belum mau berpihak kepadaku. Serentetan kejadian yang memicu goncangan pada hidupku terjadi. Aku terpaksa kembali. Kembali ke Jakarta. Padahal konsep “pulang” bagiku selalu ke tempatmu, bukan ke Jakarta. Namun malang memang tak dapat ditolak. Kamu tahu bagaimana marah dan terlukanya aku saat itu. Aku mengamuk dan melawan. Tetapi, siapalah aku yang mencoba melawan kehendak takdir. Aku minta maaf karena memberimu harapan-harapan indah akan kita yang bersama selamanya. Suatu saat, aku pasti akan kembali dan melunasi janjiku padamu.



Jakarta, meski aku dulu begitu membencimu, karena dibandingkan dengan kota-kota lain yang pernah kutinggali, terutama Yogyakarta, kamu tidak pernah memberikan kenikmatan batin bagiku, namun tak urung aku kembali juga padamu. Mungkin tangan kita telah saling tergenggam erat, sehingga tak peduli dimanapun aku tinggal, sepertinya aku akan selalu kembali padamu. Pesanku, jangan kembalikan aku menjadi gadis dangkal yang dulu lagi setelah aku berhasil berubah di Bandung dan Yogyakarta.

Bandung, cintaku ada di tempatmu. Maka dari itu, harapku juga terletak di bahumu. Aku tak bisa tidak bergetar saat namamu disebutkan, karena otakku akan langsung menghubungkannya dengan namanya. Kamu dan dia adalah satu kesatuan. Kamu, si kota kembang, adalah lambang dari cinta dan harapanku.

Yogyakarta, sampai kapanpun aku akan selalu merindukanmu. Kamulah kota yang aku cintai sejak bertahun-tahun silam, dan bahkan sampai sekarang. Impianku masih tersimpan di pelukmu. Sudut-sudutmu masih menyimpan gaung langkahku. Kelak, kita akan dipersatukan kembali. Pasti. Saat doaku dikabulkan dan mimpiku jadi nyata.



Ragaku ada di Jakarta, cintaku ada di Bandung, dan hatiku ada di Yogyakarta. Tanpa kalian semua, aku bukanlah aku.





Salam terima kasih,

K

oleh @sneaking_jeans
diambil dari http://menyingsingfajar.wordpress.com

No comments:

Post a Comment