30 January 2013

Dear Sidoarjo

Menulis surat untuk kota? Ha!
Entahlah, kadang tinggal di Sidoarjo merupakan hal yang paling kusesali sih. Kadang aku menyesal sekolah di Sidoarjo. Kota ini benar-benar membuatku berantakan karena well...
 

  1. Jauh dari temen SMP.
  2. Jarang ada mall.
  3. Banyak anak alay.
  4. Tidak ada bioskop.
  5. Tidak ada toko buku.
  6. Tidak ada toko buku.
  7. Tidak ada toko buku.

Ha!
Dulu saat orangtuaku memutuskan untuk ‘membuangku’ ke tempat terpencil nan membosankan, hal yang paling aku sesalkan adalah tidak adanya toko buku seperti di Surabaya—aah, Gramex...
Apalagi waktu melihat sekolahku yang jauh di bawah kriteria sekolah menyenangkan—sekolah macam apa sih yang tidak mengizinkan muridnya membeli kipas angin?? Iya kalau tempatnya dingin bersalju padahal... helloooo??
Tetapi semakin lama toh aku semakin nyaman. Hmm... untungnya Tuhan memberi makhluk-Nya kemampuan beradaptasi. Hal yang sangat aku syukuri sewaktu di sini...
  1. Tempat nongkrong sedikit. Penghematan jatah uang mingguan.
  2. Pergaulannya menengah lah. Paling tidak aku tidak ‘dipaksa’ untuk membeli SLR atau semacamnya kan?
  3. Banyak anak polosnya. Pergaulan sehat. Hmm...
  4. Masih banyak lahan kosong. Bisa hunting foto dengan kamera 2MP dan hasilnya tetap bagus—dengan sedikit editan potosop. So what?
  5. Melatih untuk hidup ‘susah’. Yaah... di sekolah tanpa kipas angin ini paling tidak memberiku gambaran apa yang akan terjadi kalau aku tidak belajar rajin.
  6. Ada petis paling enak di seluruh dunia. Sampai sekarang belum kutemukan petis seenak Sidoarjo.
  7.  Ada 02.02. Okelah sekarang aku sedang ‘pindah’, tetapi tidak bisa kupungkiri kalau dia juga salah satu hal yang paling kusukai di Sidoarjo.
  8. Bisa jauh dari orang-orang yang tidak diinginkan. Oke mungkin ini jahat. Tapi... lebih baik ‘menjauh’ daripada dekat lalu menambah dosa kan?
  9. Bisa bertemu bermacam-macam orang dari bermacam-macam kalangan. Disini kita tidak perlu susah susah sms dengan normal karena masih banyak spesies yang sms-nya b3g1n1
  10. Jalanannya mudah dihapal. Sebulan tinggal di sini dan aku sudah bisa menghapal dimana saja spot bakso yang enak.
  11. Apapun jadi murah. Karena disini nyaris semuanya KW. Mau mencari Kick Denim asli? Pergi jauh-jauh gih dari sini.
  12. Sekolahnya tidak full day. Yiiiipppiiiieeee!!!!
  13. Tidak macet. Masuk pukul 6.30 dan berangkat pukul 6.15 tanpa telat? Bisaaa...
  14. Masih banyak gadis-gadis polos unyu yang belum pernah pacaran (mungkin saja ada pria single di luar sana yang membaca ini, aku mohon selamatkan mereka!)
  15. Dan ini yang utama. Banyak jomblonya. Serasa hidup di rumah sendiri begitu.

Hmm... ternyata apapun kalau kita lihat dari sisi positif juga terasa menyenangkan ya? Nah, ini juga sindiran sih ya buat anak-anak Sidoarjo yang sok-sok Surabaya. Kalau kalian terus-terusan memandang sisi negatifnya, selalu menghujat Sidoarjo berlebihan, selalu bermimpi pindah ke Surabaya, apa mau aku bantu untuk menendang kalian satu persatu ke Selat Madura?
 
At least, entahlah ini bisa disebut surat cinta atau bukan. Tapi Sidoarjo, dengan lumpurnya, dengan kupang yang super enak, dengan petis yang yummy, dengan 02.02 yang masih hidup dengan menyebalkan dan bertengger di kelas sebelah, dengan pentol kharisma yang enak, dengan es tebu yang segar, dengan perumahan-perumahan baru yang berjejer rapi, adalah secuil surga dunia.
 
Salam cinta,

Nek aku arek Sidoarjo kon kate lapo?
oleh @tullatul
diambil dari http://gulajawadua.blogspot.com

No comments:

Post a Comment