Halo Praha,
Masih ingat 2 tahun lalu? Kita hampir saja bertemu. Aku menulis 3 esai 5 hari 5 malam. Kebingungan mencari padanan kata bahasa Inggris yang tepat untuk 500 kata di tiap esai. Aku tidak terbeban, dan tidak begitu mengharap bisa merayumu waktu itu.
Kuberi ke teman untuk dibaca ulang, itu layaknya surat cinta padamu aku pikir, aku tak mau cacat dengan diksi yang tidak pantas.
Dan pada suatu malam lengang, aku kira kau tidak akan membalas suratku, Praha. Aku keliru, kau balas suratku melalui seorang wanita bernama Merjola Skendaj, ia orang baik dari sebuah organisasi kepemudaan di sana. Melompat dan berteriak, bahkan sampai tak bisa tidur aku kau buat.
Sampai pada pagi esoknya, aku baru bercermin, kalau menghampirimu adalah ide gila. Aku tak akan cukup mencapai genggammu. Tiap malam aku melihat gambar-gambar sudut tubuhmu di tempat pencarian dunia maya. Semua gambarmu aku simpan dalam satu folder. Siangnya, ikhtiarku ada digantungan instansi pemerintah yang aku mintai dana dan persetujuannya untuk membawaku ke kau. Panas hawa kotaku bukan masalah waktu itu, satu bulan aku mengais-ngais uang sponsor. Tapi yang kudapat cuma 5 persen dari total, bahkan itu telah digabung dengan tabunganku.
Akhirnya, aku benar-benar pasrah. Aku tidak berfikir merugi. Setidaknya pikiranku pernah mengenai tinta di kertas yang mereka baca semua yang telah datang.
Praha, maafkan aku. Aku tak tepat janji. Semoga kita bertemu lain hari.
Didedikasikan untuk diri sendiri yang telah memenangkan kompetisi menulis esai di International Youth Leadership Conference 2011 tapi gagal menghimpun dana
oleh @rizkymamat
diambil dari http://rizky-muhammad.blogspot.com
No comments:
Post a Comment