30 January 2013

Kota Sejuta Kenangan


Teruntuk kamu, kota kelahiranku.

Ini adalah surat cinta khusus untuk kamu, yang sudah terlebih dahulu memberiku jutaan cinta, dari setiap sudutnya.

Halo kamu, Medan. Setelah sekian lama akhirnya aku punya ranah untuk menyampaikan rasa terimakasihku kepadamu. Berulang kali aku merasa sangat kesepian saat aku berada di kota orang lain, kota yang sama sekali asing bagiku. Berulang kali aku ingin bertindak nekat untuk memesan tiket pesawat hanya untuk bertemu denganmu lagi. Berulang kali aku mengeluh, aku ingin di Medan saja. Biar aku jelaskan sedikit, apa yang membuat aku begitu mencintaimu.

Yang terutama adalah karena aku lahir dan besar disini. Aku sudah terlalu hapal dengan seluruh kebiasaan yang ada di kota ini. Aku sudah terbiasa untuk merasakan kesibukan yang bukan dimulai terlalu pagi, seperti yang ada di kota perantauanku saat ini. Di sini, aku sudah terbiasa dengan suara ibu-ibu yang cukup keras, yang selalu menjadi karakteristik orang Medan. Walaupun kota ini tak memiliki puluhan atau ratusan gedung bertingkat yang terlalu megah, kota ini mempunyai pesonanya sendiri, yang aku pun tak mengerti apa itu secara pasti. Yang jelas, kamu, Medan, tertulis di daftar kerinduanku.

Yang kedua, kamu telah ditakdirkan untuk menjadi tempat berlangsungnya segala peristiwa yang aku namakan kenangan. Tidak mudah melupakan semuanya. Proses aku jatuh cinta, mencintai dalam diam, menyukai dua orang sekaligus, mencari teman, dan lainnya, terekam di tempat ini. Medan adalah kota yang ditakdirkan
menjadi kota dimana aku harus belajar. Pelajaran apa pun itu. Bagaimana bisa aku berniat untuk melupakan tempatku belajar ini?

Yang ketiga, semua orang yang aku sayang dipertemukan denganku di kota ini. Kamu,
Medan, dengan Waktu Indonesia Bagian Barat-mu,
sudah ditakdirkan menjadi tempat untuk memperkenalkan aku dengan mereka pada waktu-waktu yang sangat tepat. Tepat karena tidak ada satu pun pertemuan yang sanggup aku sesalkan. Terimakasih, Medan.

Yang terakhir, makananmu enak-enak! Lidahku sudah dibiasakan oleh cita rasa pedas yang ada disini. Tingkat kepedasan yang paling tinggi
aku dapatkan disini. Ya, berhubung aku pecinta masakan pedas, aku semakin merasa jatuh cinta
padamu! Jujur saja, kamu harus berbangga hati,
karena 1,5 tahun di perantauan, tak juga sanggup
untuk membuat aku rindu akan makanannya. Hahaha. Oh iya, polusi disini juga masih bisa ditoleransi. Tak seperti di ibukota. Hmm.. Ada rasa senang saat aku bisa kembali menginjakkan kaki lagi disini. Sangat senang malah. Kamu tahu, Medan, aku dengan sangat konyolnya berharap agar kampusku dipindahkan saja ke sini. Aku terlanjur nyaman berada di sini.

Medan, terimakasih karena kamu adalah Medan, bukan Paris, Tokyo, Seoul, dan lainnya yang tidak bisa hanya membutuhkan waktu 2 jam perjalanan dengan pesawat (dari kota perantauanku) untuk dicapai. Kalau tidak, rasa rinduku bisa habis di perjalanan dong! Hahaha. Pokoknya, terimakasih kota kelahiranku!


Tertanda, seorang gadis yang tinggal di salah satu
sudutmu.


Ditulis oleh : @elisabethym
Diambil dari http://elisabethyosephine.tumblr.com

No comments:

Post a Comment