Dear Jakarta,
Okay, jadi begini, ini hari ke-16 dari 30 hari menulis surat cinta. Dan temanya itu “Surat Cinta untuk Kota” iya, untuk kota. Jadinya saya mau menulis untuk kamu.
Jadi gini, Jakarta. Sebelumnya saya mau mengucapkan terima kasih terlebih dahulu. Terima kasih karena kamu mau menampung Ayah dan Ibu saya yang merantau ke salah satu sudut bagian dari tubuhmu. Terima kasih juga karena sudah mau menjadi salah satu bagian di tanda pengenal saya sebagai tempat lahir.
Jakarta, kota dengan sejuta cerita, kota yang tidak pernah tidur,dan masih banyak lagi opini tentangmu dari 10 juta orang yang bernaung di bawah atapmu.
Jakarta, saya sedih tiap kali melihat dirimu. Tubuh mungilmu dijejali sesak nafas orang-orang yang menaruh harap padamu. Di sisi kelopak matamu dipenuhi istana-istana yang siap siaga kala air matamu siap menumpahkan bah suatu saat. Di kakimu, entah berapa juta semut yang merangkak untuk mencapai puncak hatimu. Saya sedih, Jakarta.
Pada aliran darahmu, lemak-lemak mengatre berserakan menanti giliran untuk menghambat laju darahmu. Di dadamu, lebih dari dua ratus juta jiwa percaya kau akan kuat menghadapi semuanya. Namun, akhir-akhir ini saya melihat banyak pemberitaan dari media bahwa jabatan sebagai ibu kota yang telah lama bertahta di kepalamu akan lengser. Mengapa Jakarta? Ada apa?
Kata orang, sejauh kaki melangkah pasti tujuan akhirmu adalah rumah. Saya akan pulang, Jakarta. Saya akan pulang.
Salam untuk semua penghunimu, dan tetaplah menjadi ibu kota.
oleh @shandyputraa
diambil dari http://anotherdidhurt.tumblr.com
No comments:
Post a Comment