30 January 2013

Liwa, Kota Berbunga


Aku, nulis surat ini dengan perasaan menggebu-gebu dan gemetar karena takut mati listrik lagi karena saking cintanya aku dengan tanah kelahiranku yang kaya dan cantik. Takkan pernah bosan mataku mengagumi keindahan kota kecil ini. Kalo aku ga merantau untuk menuntut ilmu di pusat Lampung, mungkin sampe sekarang aku ga sadar kalo kota ini indah, cantik, mempesona, eksotis dan ramah.

Liwa, ibukotanya Lampung Barat, beguai jejama nganik bebakhong (bekerja bersama, makanpun bersama-sama). kota berbunga, bersih berbudaya dan penuh kenangan. Agak jauh sih dari Bandarlampung, membutuhkan waktu sekitar 6 jam untuk sampe disini (itu kalo pake mobil pribadi, kalo pake bis odong-odong bisa 12 jam!!). Liwa itu “puncak”-nya Lampung. Bedanya dengan puncak bogor, disana terhampar perkebunan teh yang luas, tapi kalo disini membentang perkebunan kopi yang tak kalah luasnya. Kopi Liwa, kopi tereenak di Lampung. Sungguh!!

Kota kecil ini surga bagi para pecinta alam. Surga bagiku. Letak kota yang dikelilingi hijaunya Bukit Barisan dan kebiruan yang menjulang tinggi nan kokoh gunung Pesagi, gunung tertinggi di Lampung, membuat kota ini berhawa sejuk (dan sedikit menggigil). Ngga terlalu jauh kalo mau liburan ke Danau Ranau, danau Vulkanik itu, Cuma 1,5 jam pake motor dari sini. Atau pantai, berselancar kayak bulek-bulek? belok kiri aja dari tugu Liwa, sekitar 2 jam perjalanan kita bisa menikmati pesona Pantai Krui yang eksotis. Sebelum kepantai, bisa mampir dulu ke wisata Air terjun di TNBBS. semuanya… lengkap disini.

Ada banyak hal yang buat aku semakin bangga dengan tanah kelahiranku ini (kecuali pemadaman listrik setiap harinya). Tradisi dan budaya turun temurun yang masih sangat terjaga, seperti Nayuhan (upacara pernikahan), bediom (upacara menempati rumah baru), masih banyak sih tapi aku ga ngerti-ngerti namanya apa. Upacara-upacara adat yang terkesan ribet tapi menyimpan sejuta makna. Dan menakjubkan. Ah, dan juga pesta rakyat Sekura cakak Buah, pesta topeng (+ panjat pinang) ala hellowen yang diadakan setiap bulan syawal tiba, sebagai ungkapan rasa syukur rakyat telah melewati bulan Ramadhan. Setiap pekon (kampung) ada jadwalnya untuk mengadakan pesta ini, semua warga tumpah ruah merayakan hari kemenangan. Ada 2 jenis Sekura, yaitu Sekura Helau (bagus) mereka memakai kacamata hitam dan selendang panjang yang dililit menutupi muka mereka, dipinggangnya berjuntai berbagai kain panjang. Mereka berkeliling, dari rumah kerumah, bersalaman, bergembira. Dan Sekura Kamak (kotor), sekura yang ini yang manjat pohon pinang, mereka pake kostum yang unik (malah kadang mengerikan :p) dari tumbuh-tumbuhan. Meriah sekali.

Ga cukup Cuma dengan satu surat aja untuk mengungkapkan betapa kagumnya aku dengan kota ini. Kota yang dingin tapi hangat, menyenangkan, tenang (tenang banget~~) dan damai bagi semua orang.

Nb: jangan suka goyang-goyang (gempa) lagi ya… jujur kami masih trauma dengan goyangan dahsyat 6,7 SR tahun 1994 yang lalu. Tapi karena saking seringnya Liwa digoyang gempa kecil-kecilan kami sedikit-dikit jadi terbiasa.

Oya, kenapa mati lampu terus sih, wahai PLN?! Lampung Barat kan punya PLTA Way Besai, penghasil energi listrik terbesar di Lampung. Tapi kok masih sering mati listrik seharian suntuk? Kalo musim kemarau kekurangan debit air, kalo musim ujan kelebihan debit air gitu? Terus musim apa yang ga mati lampu!!?

adu pai, yu sukhatku ji..

kik wek salah-salah kata khik penulisan, nyak ngilu mahap. Assalamualaikum!


oleh @wenramni
diambil dari http://wenwenii.tumblr.com/

No comments:

Post a Comment