Rindu.
Hanya kata itu yang terlintas di benak ku saat aku mendengar nama mu.
Bahkan rindu tak cukup mampu menjelaskan betapa aku ingin jumpa.
Aku merindukan setiap sudut keindahan mu..
Aku merindukan sinar mentari di ufuk timur mu..
Aku merindukan kelembutan setiap butiran pasir putih mu..
Aku merindukan senyum keramahan penduduk mu..
Sudah berapa lama kita tidak jumpa? Ah~ sudah 5 tahun aku tak mengunjungi mu. Sudah lama sekali ternyata.... pantas saja aku begitu merindukan mu. Oh iya, setahun setelah mengunjungi mu, aku jatuh sakit, saat itu tante yati sedang ada di sini. Ia bilang, aku jatuh sakit karena mu. Katanya, karena aku mengabadikan salah satu pakaian pengantin yang biasa penduduk mu pakai. Tante yati bilang ada penghuni yang tidak senang. Saat setelah aku mengabadikan itu kamera ku juga rusak karena terjatuh ke pasir putih mu. Sampai saat ini, kamera itu juga tidak bisa diperbaiki. Tante yati bilang itu juga karena sebab yang sama. Benarkah? Penghuni mu tidak senang? Jika iya, sampaikan maaf ku untuk nya.
Setahun lalu juga aku sempat berencana untuk mengunjungi mu, namun ternyata batal karena ada hal mendesak di sini. Ah~ mungkin semesta iri karena aku terlalu mencintai dan merindukan mu, jadilah ia tidak mengijinkan kita berjumpa. Kelak aku akan membujuk semesta agar kita bisa berjumpa. Dan ketika kita berjumpa nanti, bolehkah aku tetap mengabadikan setiap sudut keindahan, kehangatan, keramahan dan kelembutan mu? Tidak dengan kamera ku, namun dengan mata hati ku.
Doakan aku berhasil membujuk semesta ya.
-Dari aku yang merindukanmu, Belitung ku.
Ditulis oleh : @ddLylaa
Diambil dari http://dnqifthi.blogspot.com
No comments:
Post a Comment