Dengan tampang mutung, jelek, dahi mengkerut dan mood yang berantakan, kutuliskan surat ini untukmu. Sejujurnya, menuliskan surat dengan perasaan tak enak seperti ini tidak menyenangkan. Seperti dada sesak. Gelisah. Dan barisan kata-kata puitis yang manis menjadi sesuatu yang tak ada menarik-menariknya lagi.
Baiklah. Kita ulangi kalimat pembukanya.
Hallo, Nias!
Bagaimana tepian pantaimu hari ini? Masih sebiru-memukau-mata seperti pertama kali aku menyadari keindahanmu-kah? Semoga. Sebab dengan cara apalagi aku bisa mencoba mencintaimu selain dengan moleknya pantaimu.
Baru semalam kukirimkan secarik sms pendek pada lelaki yang kupikir mampu membuatku betah di tanahmu, lebih kurang begini bunyinya:
“kenapa sik banyak banget hal yg nyebelin di nias ini, bang?”
Berharap mendapatkan balasan wah, seperti misalnya pemberian tiket pesawat jet Manunggal pp Nias-Medan, atau setidaknya ajakan tamasya keliling pulau ini sepanjang tahun, atau kalau tidak hadiah atas penghiburan seperti sepeda fixie, kamera slr, segudang buku dan film, atau apapun lah yang bisa menguranggi nestapa di dada. Aih! Tapi tidak. Balasan pertanyaanku yang sederhana itu hanya pertanyaan lagi. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pertanyaan yang dibalas dengan pertanyaan. Hanya saja, pertanyaan di kepalaku sudah terlalu banyak. Ditambah pertanyaan lagi, aku engap.
Jadi, Nias. Perkenalkan sebelumnya. Aku penghuni baru di atas tanahmu. Kalau sekarang ditanya, jujur, aku masih belum bisa jatuh cinta padamu. Masih belum, sebab aku akan mengusahakannya. Bagaimanapun aku harus. Aku tidak mungkin terus-terusan melebamkan hati atas semua yang kualami disini. Tentang sinyal yang keterlaluan timbul-tenggelamnya. Tentang harga kebutuhan hidup yang lebih tinggi dari biasanya. Tentang kekhawatiran dan nasihat-nasihat orangtua yang membebani pikiran. Tentang hal-hal remeh yang mungkin belum lagi bisa kubiasakan. Semuanya membebat seperti tak ingin sedikitpun memberiku rehat.
Kedengarannya egois kalau aku memaksamu membuatku jatuh cinta. Tapi boleh tidak kalau iya? Aku ingin jatuh cinta padamu, tapi bagaimana caranya? Atau setidaknya apa yang harus kulakukan agar aku menemukan rasa itu?
Baiklah. Perihal lelaki yang kupikir mampu membuatku betah, nanti kita bicarakan lagi. Aku mau lebih konsen jatuh cinta padamu dulu.
Rangkul hangat penghuni baru,
Aku.
Ditulis oleh : @ezapia
Diambil dari http://komidiputar16.wordpress.com
No comments:
Post a Comment