Aku mengeluh tentang panas yang entah berapa derjat, yang aku tau panasnya hampir mengelupasi kulit yang jarang aku rawat ini.
Aku juga mengeluh akan hujan yang suka datang tak mengenal waktu, bahkan pada saat aku sedang bingung mencari alamat. Aku bukan ayu ting-ting, tapi aku juga bisa mengeluh. Aku-pun bertanya pada hujan, juga bertanya pada matahari yang panasnya aku keluhkan. “Ke mana..ke mana….”
Aku tak bertanya ke mana aku harus menemukan alamat, bukan. Aku bertanya ke mana aku harus menitipkan sebuah surat. Ke mana aku harus menyalurkan surat akan cintaku yang tersirat.
Iya. Surat ini untuk kamu, yang selama sebulan ke depan akan setia menyampaikan surat-surat cinta dari segala penjuru Indonesia. Termasuk surat dari aku, yang mungkin tak kamu kenal ini. Akhirnya, hujan dan matahari aku ucapkan Terimakasih karena telah memberikan ketenangan (ternyata) sekaligus pencerahan, kepada siapa aku tepatnya menitipkan surat. Iya, kamu.
Pasti menyenangkan ya, menjadi orang yang diandalkan untuk menyampaikan tulisan yang ditulis dengan segenap cinta. I’ve always had a thing for love letters, even though I’ve never got them.
Aku kadang berpikir tentang orang-orang jaman dulu, yang tidak memiliki telepon, apalagi koneksi internet. Satu-satunya cara mereka menyampaikan afeksi mereka adalah lewat surat - surat mereka. Tak terbayang berapa banyak surat yang terkirim, hanya untuk menyampaikan kata-kata cinta. Aku penasaran dengan isi-isi dari surat itu. Bagaimana mereka menyatakan kerinduan mereka. Bagaimana kita mungkin bisa melihat bekas tetesan air mata yang menggambarkan perasaan mereka, Atau tulisan tangan mereka yang agak bergetar karena emosi yang tidak bisa ditahan. Iya, Aku memang agak kepo. Tapi begitulah aku memikirkan hal lalu yang berkaitan dengan surat-menyurat.
Menyampaikan rasa, cinta, dan kerinduan. Apalagi dulu tidak ada istilah sepik, tidak ada istilah galau. Tapi aku yakin, getaran kata dan rasa mereka pasti mendalam, sedalam kejauhan jarak yang terkadang tak sanggup mereka perkirakan. Sekarang ini aku sungguh mengandalkan kamu, karena aku tidak tahu lagi harus mengandalkan siapa.
Aku rasa kamu memang yang paling tepat. Pasti. Teman aku pernah menulis di blog-nya. Setiap Dua orang di seluruh dunia ini dapat terhubung lewat lima orang lainnya. Lima orang memang gak banyak. Tapi Masih mending. Kalu dipikir-pikir lagi, jika hanya terhubung oleh satu orang saja, bisa jadi terhubung ke orang yang salah. Aku tidak bermaksud untuk membebani kamu.
Tapi, akua sungguh berharap kamu adalah salah satu dari lima orang itu. Terima kasih Pak Pos, telah mengantarkan surat pertamaku. Aku akan mencoba untuk menulis setiap harinya. Mungkin lebih dari 30 hari-mu.
Salam perangko.
#30hariMenulisSuratCinta by @_ceritakita http://twotimesacharm.tumblr.com
No comments:
Post a Comment