Dear, Erlin.
Ini surat pertama untukmu. Kutulis dengan perasaan bangga. Entah kenapa, mungkin karena kamu pantas menerimanya.
Senang menulis namamu dalam surat ini. Biasanya namamu kutulis pada
bulir air, yang ada dijendela saat hujan. Indah bukan? Namun sayang,
seketika saja mudah menguap hilang.
Lalu aku coba melukis namamu dalam malam, ah! Dia juga mudah hilang dimakan kelam. Maka aku coba menulis namamu pada rangkaian paragraf ini, berharap tidak akan terhapus suatu nanti.
Aku senang kita dipertemukan oleh kata-kata, terlebih dalam kata cinta.
Jemari inipun mulai menari karena telah menemukan pasangan untuk saling
berbagi hati.
Tahukah kamu, sebelum ada kamu. Aku seperti alinea tanpa abjad kapital diawalnya. terkatung-katung hurufku tanpa arah. Ah!
Lalu, kamu hadir menyempurnakan paragrafku, hadir diantara jarak kalimatku, dan titik disetiap hurufku.
Jika aku bisa terbang, mungkin aku sudah terbang menujumu. Tapi aku
hanya bisa menulis, menulis tulisan yang bisa membuatmu terbang.
Ya, Erlin. Terbanglah setinggi-tingginya, maka pelukanku adalah tempat pendaratanmu yang seindah-indahnya.
Oleh @_KataSandy_ untuk @erlinberlin13
Diambil dari: febryansandy.blogspot.com
---
Surat balasan @erlinberlin13 untuk @_KataSandy_
Lewat Tengah Malam
Hei,
Sandy, saat suratmu tiba, saraf-sarafku seketika bergerak gelisah.
Kukira, itu karena mereka belum menerima asupan kafein, jadi kuseduh secangkir kopi dulu sebelum kembali membaca suratmu. Namun, perkiraanku melesat. Jantungku rasanya mau meledak. Ketika mataku menyapu “…kita dipertemukan oleh kata-kata…” rintik hujan di luar berubah menjadi harmoni terindah yang kudengar.
Mungkinkah?
Lewat tengah malam, saat kutulis surat ini, suara-suara tanpa wujud dalam pikiranku berdebat. Memintaku tidur, tetap terjaga, berpikir… Kegelisan yang muncul setelah pertemuan pertama kita, ingat?
Jika sentakan hangat yang diam-diam merayapi tidurku nanti adalah rindu yang tengah bergejolak, akan kubiarkan dia tumpah ruah membasahi jiwaku. Jika sosok misterius yang kadang menyelinap masuk ke dalam mimpiku adalah kamu, aku akan terus menginginkan hal yang sama tiap malamnya.
Jika kata-kata mempertemukanmu denganku, tahukah apa yang membuatku yakin bahwa mustahil untuk menolaknya?
Matamu – pandangan pertama yang berhasil menyedot seluruh udara di tempatku berpijak.
Aku pernah membaca, seseorang yang kesulitan terlelap, sebenarnya tengah dimimpikan orang lain.
Apakah itu kamu, Sandy?
Diambil dari: heyerl.wordpress.com
No comments:
Post a Comment