16 January 2013

Surat #DuaHati @milliyya dan @SobihAdnan

MAKNA

#1
Hey kamu...

Aku menuliskan surat pertama ini dini hari. Menjelang subuh. Kokok ayam jantan saling bersahutan, alarm petanda aku harus tertidur akan berdering dua jam lagi. Aku kebanyakan minum kopi, lambungku terasa kosong-kembung dan ingatanku melayang-layang pada plafon atap rumah. 

Kamu percaya firasat? Aku sedang merasa tidak baik dan salah seorang sahabat menanyakan kabarku melalui pesan telepon genggam. Disini, aku ditemani dua orang teman. Keduanya terkapar pada dunia mimpinya. Aku terjaga dan jatuh cinta pada insomniaku yang terpiara dengan baik. Aku lebih sering kehilangan teman bercanda yang keterlaluan menjelang jam tiga pagi.

Ada satu pertanyaan yang ingin aku ajukan. Begini;

Mengapa seseorang harus menjadi seseorang yang berarti bagi orang lain?*
*Surat-SGA

Kamu, barangkali akan mengajukan banyak alasan. Dan saya menunggu untuk percakapan yang tidak terlalu sepi pada dini hari.

Milliyya
 
 
Oleh @milliyya untuk @SobihAdnan
 
---
 
Surat balasan @SobihAdnan untuk @milliyya

NAFAS


#2

Hey, Jiwa.

Surat darimu telah kubaca pagi-pagi sekali, aku tak tahu, apakah embun turut mengintipya sebelum dijemput paksa matahari, tapi [sepertimu] juga, aku tak terlalu memikirkan tentang itu. Yang jelas, ada nafas harum dari kertas suratmu, yang setelah kubaca, ia melipat sendiri menjadi pesawat, dan membuatku terbang, entah kemana.

Pun saat kutuliskan surat balasan ini, pagi-pagi sekali juga, bedanya, kemarin aku terbangun saat toa masjid menjerit tepat di jendela kamar, “Shubuh sayang, bangun!”. Katanya. Tapi kali ini aku menulisnya di kantor, belum terlelap sedikitpun, semenjak sore aku belum sempat pulang. Kasihan, hujan telah kutuduh berkali-kali sebagai tersangka, padahal, basah justru akan membuatku semakin cepat pulang, biasanya.

Oh iya, aku ingat sebuah pertanyaan dalam suratmu kemarin, kau bertanya “Mengapa seseorang harus menjadi seseorang yang berarti bagi orang lain?”. Jujur, sampai saat ini aku masih bingung, aku harus menjawabnya seperti apa?, karena menurutku, untuk menjawabnya; justru harus dengan tidak menjawab, agar kau tahu, betapa berartinya orang lain bagimu untuk sekedar menjawab pertanyaan ini, paling tidak, kamu akan menunggu bersama secangkir penasaran yang kau teguk berulang-ulang.

Ya, mungkin kau tak puas dengan jawabanku itu. Atau justru kecerdasanmu sudah lebih dulu menebak. Atau, kau bahkan mengernyitkan dahi agak lama, ingin mengataiku bodoh, tapi tak berani, karena yang kutahu; kamu sangat baik.

Tapi aku sedikit optimis, bahwa jawabanku ini membuatmu sedikit bergetar, getaran yang sebenarnya milikku, kusimpan di masing-masing huruf ini, setelah kau baca, rasakan saja, berapa nafas yang memasuki matamu?, ini tak berlebihan, aku hanya ingin hidup di balik tatap matamu, jiwa baikku.

Terakhir, aku tak ingin berdebat lama tentang pertanyaan hebatmu itu, aku hanya ingin, kau bercerita banyak tentang hujan-ingatan, Januari-hati, lagu, juga tentang aku. Itu saja, kutunggu.

Sobih Adnan
 
 

No comments:

Post a Comment