16 January 2013

Si Pengintai (Bintang) Aku?

Menjelang siang aku mulai memantapkan jemari di atas keyboard untuk menuliskan ini padamu. Bukan sekedar basa-basi atau sebagai upeti agar surat ini bisa dimuat di halaman pertama, tapi ini tulus kutulis untuk kamu, hey Pengintai.

Kita resmi berkenalan Januari 2011, Piknik Asik pertama, di Ragunan. Thanks, Twitter.

Kamu gak follow aku, dan aku bukan follower kamu. Kita tidak pernah bersapa, tidak juga bercanda. Kita hanya dua raga yang berada di lingkungan yang sama.

Cerita pertama tentang kamu yang aku tahu, tentang si jantan yang berlayar dengan kapal besar. Si Jantan yang membawa sebagian kamu disana, tanpa kamu tahu kapan harus bertahan. Masih adakah dirinya alasan kamu terjaga dan menjadi gundah gulana?

Dan berikutnya aku tahu kamu Librarian. Sejenak aku berlonjak, aku juga Libra, kita sama. Kemudian aku salah mengartikan. Baiklah, gunakan saja bahasa Indonesia, Pustakawan. Jenis apa itu? Kerabat ubur-ubur berjalan melata dengan perut dan dada atau justru masih satu kelas dengan tumbuhan berujung duri yang tingginya tidak lebih dari ayam kate?

Waktu kudengar itu pekerjaanmu, aku berdoa dalam hati kepada Tuhan semoga kamu dimurahkan rejeki. Pustakawan adalah orang yang paling kupuja sejak menjadi petugas perpustakaan di sekolah dulu. Kuceritakan dulu ya, sejak SD aku sering diam-diam jatuh cinta dengan petugas perpustakaan. Bukan, bukan karena mereka tampan, tapi karena mereka cekatan dalam mengingat buku mana yang aku butuhkan. Dan Pustakawan jugalah yang terkadang membantuku memilihkan buku apa yang sebaiknya kupinjam selama seminggu. Masih kuingat petugas perpustakaanku dulu, Ada Pak Toto saat ku masih putih merah, Bu Yanti yang sering memberiku buku Mira W saat SMP, dan Pak Agung guru kesayangan di masa putih abu-abu. Aku mencintai pekerjaan mereka, makanya aku juga ikutan terlibat menjadi petugas tambahan di perpustakaan sekolah.

Yang kutahu, Pustakawan orang yang paling pintar karena mereka gemar membaca. Orang yang paling senang kuajak bercerita, berdiskusi panjang lebar selama istirahat kedua tiba. Dan kamu, si pustakawan di timeline ku.

Em, sekarang aku kerja di Serpong, Tangerang Selatan, tempat kamu setahun (lebih?) pernah bekerja di satu toko buku ternama sebelum sekarang kamu hijrah ke kota bunga. Kalau saja kamu masih jadi warga Karawaci sementara, mungkin malam-malam kita akan diisi minum kopi dan membahas gosip tak guna atau bercerita tentang buku terbaru.

Kopi, kamu juga memujanya. Mungkin lidahmu lebih banyak mencecap beragam jenis kopi dibanding tiga atau bahkan lima barista. Ok, aku mulai berlebihan.

Pengintai Bintang, ini yang aku tidak tahu maksudnya. Kamu menjadi pengintai aku? Atau ada Bintang lain yang sedang kamu nikmati kerlipnya? Atau ada Bintang lain yang kamu tunggu setiap malam tiba? Atau ada Bintang lain yang sedang menyilaukan hatimu?

Dan itu bukan aku.

Tentu saja bukan kamu, Li.

Hey, @omemdisini , kamu selebtwit yang layak kukirimi surat ini. Kamu si pustakawan yang membuatku tak jemu untuk tetap mengisi hari dengan membaca, agar lebih pintar dari kamu. Kamu harus bangga.

PS : Bukumu yang ada di kumcer terbitan Q belum kubaca. Nanti saja ya, aku mau dengar kamu cerita gimana proses menulisnya.

PS 2: Have fun di Bali. Temukan jantan untukku.

Dengan senyuman bahagia,

Lian




oleh @starlian untuk @omemdisini
diambil dari http://starlian24.wordpress.com

No comments:

Post a Comment