16 January 2013

Surat #DuaHati @babang_arya dan @hey_gina

Sederhana

Indah, ya itu memang bukan namamu. Itu adalah hal yang pertama terbersit di benakku ketika melihatmu. Dirimu yang anggun, dengan balutan dress berwarna putih dengan cardigan yang menutupi pundakmu. Ya, itulah saat pertama kali diriku melihatmu dengan segala keindahanmu.

“Hai”, kata dan suaramu mungkin akan selalu ku ingat. Tak ada yang merencanakan akan pertemuan pertama kita kala itu. Kamu belum mengenal diriku, namun diriku hanya mengenal temanmu. Sepertinya tuhan telah menggoreskan tintanya dalam suratan takdir, kalau pada hari itu kita akan bertemu.

Kata orang tua dahulu jatuh cinta menjadikan seorang anak manusia lebih murah senyum. Jatuh cinta menjadikan seseorang yang kesehariannya hanya memiliki kegiatan yang itu itu saja, sekarang menjadi memikirkan orang lain yang sebenarnya bukan siapa siapa. Jatuh cinta juga bisa menggugah seorang anak manusia untuk menjadi semangat menghadapi hari esok, hari esok untuk bertemu dengan dia yang telah membuat anak manusia jatuh dalam lubang cinta. Sekarang diriku menjelma seperti yang orangtua dahulu katakan, manusia yang murah senyum, manusia yang memikirkan orang lain selain dirinya sendiri, manusia yang bersemangat menghadapi hari esok. Ya semua itu terjadi setelah perkenalan kita saat itu.


Oleh @babang_arya untuk @hey_gina
Diambil dari: likeheavenjourney.wordpress.com


---


Surat balasan @hey_gina untuk @babang_arya

Hujan sepagi ini

hai, bagaimana keadaanmu? aku harap semua tentangmu berjalan baik – baik saja. maaf jika surat ini dibuka dengan pertanyaan klasik semacam itu. jariku sudah lama diam sebelum akhirnya menyerah pada kalimat pembuka yang terlampau awam.

limabelas januari. hari ini matahari telat bangun kurasa. malas karna sepagi tadi hujan, mungkin. karna akupun begitu.

hujan fajar tadi membuatku mengenang. aku teringat kita yang terpaku menatap hujan karna lidahnya sudah kelu, tak tahu apalagi yang bisa diucapkan, atau mungkin, saat itu kita masih punya banyak hal yang ingin diucapkan, tapi masih malu – malu.

ah, hujan turun lagi. membuyarkan segala yang seharusnya kulakukan pagi ini membuatku diam, melamun. entah ada apa dengan hujan dan lamunan, kenapa mereka seringkali datang beriringan.
kusudahi dulu sampai disini, kurasa hujan ikut mengikis apa yang ingin aku tulis sebelumnya.

maka, kuharap Tuhan memberkatimu dan setiap langkah yang kau ambil, dan kuharap pula segala yang sudah kau rencanakan berjalan sebagaimana seharusnya. aamiin.


Diambil dari: havebeenwritten.wordpress.com

No comments:

Post a Comment