Kita yang terlahir sama…
Sama-sama punya hati. Sama-sama berhati-hati saat menyisir. Antara aku yang takut rambutku rontok dan kamu yang takut sisirnya nyangkut.
Dawhuuuus…*desah2in congor ala miyabi*
Taukah kamu kalo aku selalu memerhatikanmu? Mungkin aku salah punya perasaan sama kamu. Aku salah mengganggap kamu santan yang perasaan kelapa tak jenuh itu. Kita itu sama, kenapa kamu tidak mau meluruskan hal yang menyudutkan hubungan kita? Atau kamu lebih menganggap cuma catok rambut yg selalu setia meluruskan kamu meski seringkali gagal? Atau… kamu cuma menganggap kita beda? Atau aku hanya follower yang pantas kau skip?
Sebenarnya perbedaan itulah yang menjadikan hidup kita ramai, kayak film cinta tapi bedak, yang selalu menaburi tiap jamur yg tumbuh di harapan pagi kita. Meski itu berarti memusnahkan.
Kamu tau kan aku juga manusia? Punya rasa punya hati dan berhak dicintai. Meski begitu kamu gak berhak sepatuin aku. Ingat itu, Daus!
Aku punya mas alalu tapi bukan berarti masalah lu itu jadi alasan buatan. Cukup alas kaki di serambi masjid yg hilang. Km ga usah ikut-ikutan menghilang.
Sampai detik ini aku masih termenung kenapa aku masih bisa melihat dirimu. Dan kamu masih angkuh mengambangkan diri. Kenapa kamu ph- in aku? Iya, aku sadar. Aku belum menyiram kamu.
Tapi bagaimanapun, aku ucapkan terimakasih atas sakit yang kau beri, mules yang tak berperi. Aku rasa, kisah kita cukup sampai di sini.Biarlah hilang bersama siraman rinduku.
Tertanda,
aa’dit gym yg sedang termenung ditoilet umum
#30hariMenulisSuratCinta by @aditsme to @dausgonia http://www.suratcintaseorang.piyambakan.com/
No comments:
Post a Comment