Sebenarnya kabarmu sudah tak kudengar lagi wahai kata kemarau, setiap kali senja melirikku dari sudut kota dan bersembunyi dari balik anyaman hujan. Aku lihat sisa tangisanmu wahai langit, yang bersinggungan di kaca kaca kamar sambil menyinggungku yang berdiri dekat sepi.
Rasanya telah lama tak ku cium wangi cemara yang basah, sambil berteduh di bawahnya, engkau tersenyum senyum kedinginan.
Dingin lebih akrab dengan ku kini, setiap malamnya kunjung mengingat-ngingatkanku akan sebuah rasa teh hangat, genggaman kuat atau bisa saja pelukanmu yang dulu erat. Tapi aku masih menyimpan buah tanganmu wahai kemarau, yaitu hati yang penuh retak dan sungai yang kehilangan hilir
Dan mata itu, matahari yang hidup dalam pekat ingatku, dalam lebam tubuhku yang menggigil rindu namun ranum senyummu memaksa tak pilu
Sebenarnya kabarmu sudah tak kudengar lagi wahai kata kemarau......
Dariku,
Yang rindu hangatmu.
Ditulis oleh : @dentiZTY
Diambil dari http://dentiztyasty.blogspot.com
No comments:
Post a Comment