16 January 2013

Surat #DuaHati @irfannyhanif dan @vanniewidiasari


A Letter From A Poetic Goodbye

Dear Vannie,
                Kemarin, aku bawa kau berjalan menuju sebuah danau. Aku pasangkan beberapa lampu disana, suasana malam itu begitu hening. Kau dengan baju putihmu menambah cahaya bulan malam itu. Matamu tak sedikitpun menatap mataku. Kau sibuk dengan pemandangan danau yang penuh lampu disana. Ini adalah pertemuan pertama kita bukan? Di awal saja kau tak menatap mataku, sepertinya selama ini aku menyia-nyiakan waktu.
Dengan hati yang cemas, aku berusaha membuat semuanya menjadi lebih baik. Aku berdiri tepat disampingmu, mencoba mendekatkan jarak di antara kita. Jarak yang selama ini buat aku penasaran akan sosokmu. Kau hanya diam, kau membisu, aku membatu sejuta kalbu. Perlahan ku coba menggenggam tanganmu, melingkarkan jari-jariku ke jari-jari manismu. Kau tetap diam. Aku yakin, aku sedang menggenggam kebahagiaan.
                “Sebelum hatiku ini menggenggam hatimu, jemariku sudah lama ingin menggenggam jemarimu..”
                Kau tetap terdiam, lalu kau menghadapku. Merelakan diri kita tersesat dalam tatapan, merelakan tatapan kita merencanakan sebuah cerita tentang cinta. Kau tersenyum, bibirmu melengkung, menambah manis pipimu yang lesung. Di dalam keheningan, tatapanmu tajam, menambah kasmaran dengan adanya ucapan ‘Sayang’.
Tau kah kau saat ini aku sedang  berhadapan dengan kebahagiaan?
Tau kah kau aku telah lama menunggu saat seperti ini?
Tau kah kau aku memendam rasa sayang selama ini?
Tau kah kau aku tak merelakan sedikitpun jemarimu terlepas dari genggaman ini?
“Karena saat mataku menatap, hatiku ingin menetap.”
                                                                                                                                                                                                                               Sincerely, Irfan.

Oleh: @irfannyhanif untuk @vanniewidiasari
Diambil dari: http://playboyuniteindonesia.tumblr.com/

---

Surat balasan dari @vanniewidiasari untuk @irfannyhanif


Maaf Jika Aku

Engg....Hai, Irfan!
Maaf jika aku sedikit lama membalas suratmu. Sepertinya, ingatanku masih tertinggal di danau tempat kita bertemu malam kemarin. Tempat kita memberanikan diri untuk saling menatap. Mengenal satu sama lain lebih dekat. Maaf jika aku tidak banyak bicara malam itu. Degupan jantungku terlalu rancu. Membuat lidahku kelu. Sejujurnya, aku malu bertemu denganmu.

Maaf jika aku hanya membisu. Sosokmu yang nyata di sampingku membuat aku beku. Jajaran kalimat yang sudah aku persiapkan sebelumnya ternyata tidak berlaku. Aku berdiri kaku. Malam itu, untuk pertama kalinya kau memanggil namaku secara langsung. Tidak ada salah eja di sana, posisi hurufnya tersusun rapi. Kau melakukannya dengan sempurna. Maaf jika aku membuat malam yang tadinya sunyi menjadi riuh. Nampaknya, suara hatiku yang jatuh terlalu gaduh.
Ah, iya! Melalui surat ini aku akan membuat sebuah pengakuan. Maaf jika aku baru sekarang mengatakannya.

Irfan,
Maaf jika aku tidak sengaja mengharapkan kita  berada pada satu ruang dan waktu yang sama, jauh sebelum kau merencanakan pertemuan kemarin.
Maaf jika aku tidak sengaja menjadikanmu poros dari setiap perputaran bahagiaku, jauh sebelum kau mengatakan bahwa akulah bagian dari bahagiamu.
Maaf jika aku tidak sengaja merasa uring-uringan ketika kau tidak membalas pesanku, jauh sebelum pesan sayang kau sampaikan untukku.
Maaf jika aku tidak sengaja jatuh cinta padamu, jauh sebelum kau memutuskan untuk menjatuhkan cintamu padaku.

Hmmm, aku rasa semua ketidaksengajaanku kau maafkan bukan? Pertemuan kemarin aku anggap sebagai ampunan yang kau berikan untukku. Aku sangat menyukai oleh-oleh yang kau bawa. Kau membungkus kebahagiaan dengan sangat indah. Membuat bibirku yang sedari tadi kuncup merekah. Menguraikan hatiku yang dilanda resah.

Sepertinya aku harus segera mengakhiri surat ini. Malam sudah terlalu larut. Hey, jangan cemberut. Besok kan kita masih bisa lanjut. Hehe. Oh iya, sebelum tidur coba kau periksa kantong kecil di tasmu. Kemarin aku menitipkan sebuah pena di sana. Aku ingin kau memiliki pena yang sama denganku. Mulai sekarang pegang pena ini bersamaku. Kita guratkan kisah kita di atas  jarak yang merentang tanpa ragu.

PS: Maaf jika aku hanya bisa mencintaimu dari jauh.

Love,
Vannie

Diambil dari: http://hallovannie.blogspot.com/



No comments:

Post a Comment