Kepada Salsa
Kepada Salsa,Hai!
Aku kangen sekali! Bagaimana kamu di sana? Sudah dapat teman banyak? Kegiatan ospek kamu lewati dengan lancar kan? Jadi, bagaimana Jogja menurutmu, menyenangkan?
Masih ingat waktu kita berdua duduk di ruang tunggu bandara dan tak saling bicara? Ya, kebetulan yang aneh bukan ketika kita mendapati bahwa jadwal pesawat kita bisa berada di hari yang sama. Pesawatmu menuju Jogja sedang punyaku hendak ke Kupang. Raut wajahmu kesal sekali waktu itu, dan bodohnya aku pun tak tahu bagaimana caranya membuatmu kembali tersenyum. Rupanya pesawatmu terbang lebih dahulu, dan aku lega setelah mendapati senyummu kembali selepas kita berpelukan untuk yang terakhir kali. Aku sempat tak percaya Sal ketika perlahan punggungmu menjauh dan menghilang begitu sampai pada ujung ruang tunggu. Ya, aku tak pernah benar-benar percaya kita bisa berpisah dan kini jarak ribuan kilometer ada diantara kita.
Ingat, Sal ketika nanti kamu terima surat ini aku sedang dalam keadaan baik-baik saja di Kupang. Kamu tak perlu mengkhawatirkanku, toh segala keperluanku sudah diurus kantor. Semoga kamu pun baik-baik saja di sana. Sal, meski kita tak lagi bisa sedekat dulu setidaknya masih ada doa-doaku yang akan terus bersamamu. Baik-baik ya di Jogja. Sampai bertemu di suatu hari yang entah sama-sama tak kita ketahui.
Sahabatmu,
Adit.
Oleh @merelakan untuk @shcl
Diambil dari adityadaniel.com
---
Surat balasan @shcl untuk @merelakan
Teruntuk Sahabat yang Dibawa Kota Kupang
Kepada Adit,
Selamat pagi!
Bagaimana kabar pagimu? Milikku dimulai dengan menyenangkan. Kamu tentu ingat bukan, aku adalah pecinta pagi yang sulit bangun pagi? Hari ini berbeda; sepagian ini aku tengah menyesap kopi di kafe favoritku, menuliskan balasan untuk suratmu yang baru saja aku baca beberapa menit lalu.
Aku pun tak pernah menyangka akan terpisah sebegitu jauhnya. Pindah ke Jogja membuatku menyadari bahwa semuanya sudah berubah; kini rumahku hanya kamar kost kecil yang sederhana, teman-temanku kini berasal dari berbagai kota, dan jalanan di sini sudah membuatku tersasar beberapa kali. Iya, kamu pasti paling tahu tentang kelemahanku yang ini, buta arah dan buta peta. Ah, aku merindukan petualangan kecil kita, Adit. Ketika menyusuri Jakarta bersama berarti menemukan tempat-tempat baru yang tersembunyi dari pandangan mata, ketika ucapan-ucapanmu berasal dari wujud nyata, bukan dari panggilan-panggilan telfonmu saja.
Kesalku di bandara sebenarnya adalah karena kepindahanmu ke Kupang yang tanpa pemberitahuan. Jarak beberapa meter antar rumah kita saja dapat terasa berkali lipat jauhnya sejak kau semakin sibuk dengan pekerjaanmu, apa lagi dengan jarak ribuan kilometer yang sesungguhnya?
Namun apa boleh buat, sahabatku yang aku rindukan malah dibawa ke sana. Iya, kamu, Adit. Aku pun rindu kamu, kangen, atau bagaimanalah kamu menyebutnya. Bagaimana kabarmu? Apa tempatnya membuatmu semakin berbahagia? Meski ucapmu kau baik-baik saja, aku masih ingin mendengar langsung tentangmu. Baik-baik juga ya di sana. Semoga nantinya kita bisa saling bertukar sapa dan tatap seperti dahulu, bukan hanya sekedar bertukar kabar dan kata lewat sepucuk surat seperti ini.
Yang merindumu juga,
Salsa.
Diambil dari: shcal.blogspot.com
Selamat pagi!
Bagaimana kabar pagimu? Milikku dimulai dengan menyenangkan. Kamu tentu ingat bukan, aku adalah pecinta pagi yang sulit bangun pagi? Hari ini berbeda; sepagian ini aku tengah menyesap kopi di kafe favoritku, menuliskan balasan untuk suratmu yang baru saja aku baca beberapa menit lalu.
Aku pun tak pernah menyangka akan terpisah sebegitu jauhnya. Pindah ke Jogja membuatku menyadari bahwa semuanya sudah berubah; kini rumahku hanya kamar kost kecil yang sederhana, teman-temanku kini berasal dari berbagai kota, dan jalanan di sini sudah membuatku tersasar beberapa kali. Iya, kamu pasti paling tahu tentang kelemahanku yang ini, buta arah dan buta peta. Ah, aku merindukan petualangan kecil kita, Adit. Ketika menyusuri Jakarta bersama berarti menemukan tempat-tempat baru yang tersembunyi dari pandangan mata, ketika ucapan-ucapanmu berasal dari wujud nyata, bukan dari panggilan-panggilan telfonmu saja.
Kesalku di bandara sebenarnya adalah karena kepindahanmu ke Kupang yang tanpa pemberitahuan. Jarak beberapa meter antar rumah kita saja dapat terasa berkali lipat jauhnya sejak kau semakin sibuk dengan pekerjaanmu, apa lagi dengan jarak ribuan kilometer yang sesungguhnya?
Namun apa boleh buat, sahabatku yang aku rindukan malah dibawa ke sana. Iya, kamu, Adit. Aku pun rindu kamu, kangen, atau bagaimanalah kamu menyebutnya. Bagaimana kabarmu? Apa tempatnya membuatmu semakin berbahagia? Meski ucapmu kau baik-baik saja, aku masih ingin mendengar langsung tentangmu. Baik-baik juga ya di sana. Semoga nantinya kita bisa saling bertukar sapa dan tatap seperti dahulu, bukan hanya sekedar bertukar kabar dan kata lewat sepucuk surat seperti ini.
Yang merindumu juga,
Salsa.
Diambil dari: shcal.blogspot.com
No comments:
Post a Comment