16 January 2013

Surat #DuaHati @Mas_Aih dan @NengWafa


Kepada Kamu, Dengan Penuh Kerinduan

Kepada pagi.
Kepada embun.
Kepada rintik yang menitik ujung daun.
Ingin kunikmati hari dengan teduh.
Dengan hangat peluk bersauh.

Aku masih duduk di sudut itu. Duduk menggigil mendekap lutut. Hening telah sempurna memenuhi udara. Tak ada suara. Sepi. Tak ada apa-apa. Kecuali kenangan yang perlahan tercetak jelas dalam pikiran. Menyublim bersama bulir kerinduan yang menetes perih tak berkesudahan.

Mungkin alismu bertautan sesaat setelah membaca suratku. Lalu tanganmu menggaruk kepala yang tak gatal. Pikiran mengawang jauh, mempertanyakan apa pula maksud dari surat ini. Biarlah... Bingung yang kau rasa belum lebih hebat dibanding kerinduanku yang telah jauh menusuk dada. Anggap saja deretan aksara yang kau baca adalah isyarat kerinduan yang sudah lama ingin bersua.

Apa kabar, kamu?
Masihkah dingin melingkupi semestamu?
Atau hangatnya mentari Tasikmalaya membuat rona merah di wajahmu?

Di sini, langit menurunkan gerimis dengan melodi ritmis. Bila kau memelukku tepat di belakang, mungkin akan terasa lebih manis. hehe

Dulu, kita kerapkali menikmati hujan berdua. Melawan dingin yang ditawarkan semesta dengan meminum dua gelas cokelat panas. Sesambil ditingkahi hangatnya canda tawa kita. Saat itu, hatiku bersorak dalam gempita paling mesra. Adakah kau merindukan juga?

Rasanya aku semakin tak tahan dengan perasaan dan pikiranku sendiri. Pernah aku mencoba melawan kenangan dengan berusaha sekuat mungkin untuk mengabaikan. Tapi kemudian, magis senyum wajahmu malah semakin jelas menggantung dalam ingatan. Aku menyerah saat itu juga. Membiarkan kerinduan masuk dengan caranya.

Maka, inilah yang aku lakukan sekarang. Menuliskan surat untukmu. Berharap kerinduan ikut terbawa pada setiap aksara yang tertera.


Fa,
Jaga dirimu baik-baik.
Lindungi pesonamu dengan apik.
Aku berdoa dengan lafadz paling baik.


Peluk hangat dariku.
@Mas_Aih


Oleh: @Mas_Aih untuk @NengWafa
Diambil dari: http://mas-aih.blogspot.com/


---




Surat Kecil Ini Untukmu, dari Aku Penanti Setiamu.

Aku sudah terima suratmu, mas.

Benar ucapmu. Saat aku membaca suratmu, alisku bertautan pertanda aku tak begitu mengerti akan bahasa rindumu. Tapi kutelan semua aksara yang kau tulis sehingga aku menciptakan anggukan. Ya! Aku pun rindukanmu.

Entah apa yang menjadi sebab senyum simpul tercipta di segurat wajahku saat kueja tiap kata yang kau tulis. Entah apa yang kurasa, semesta gempita tiba-tiba memenuhi rongga dada. Sesak akan bahagia. Ah, kamu membuatku merasa paling berarti –lagi.
Mas, rasa itu bernama apa? Beritahu aku. Bibir menyungging manis sesaat kudapati kabarmu. Hati menggeliat lincah saat pak pos mengirimkan surat darimu. Mata begitu berbinar kala kulihat ada namamu ditumpukan kotak surat rumahku. Namun, hati resah saat tak ada kabar apapun darimu. Membuat pikiranku hanya dipenuhi tanya tentangmu. Apa kau sakit atau kau bosan dengan jarak ini? Sehingga kau memutuskan untuk mencari hati yang lain. Mengarahkan tujuan akhir bukan padaku. Ah, ketakutan itu nyata! Eh, kok aku malah bahas hal itu ya? Hehe..

Kabar aku baik, mas.
Masih setia menjaga rasa itu dengan apik.
Meski kadang tercabik :p
Mas apa kabar dengan jarak 7 jam memisahkan kita? Masihkah kau setia meminta secangkir kopi hangat di pagi hari dengan rengekan manja? Hehe.. Aku suka cara manjamu. Membuatku merasa perlu untuk selalu disisimu. Kutahu saat ini kau tengan tersenyum. Membayangkan setiap jejak yang pernah terlewat, dulu saat kita masih bersua di ruang yang sama.

Entahlah begitu sulit kumembahasakan rindu. Aku hanya ingin kau tahu, disini pun ku rindui bau tubuhmu. Peluk hangatmu. Tawa riangmu. Tatap manjamu. Ah, semuanya. Segalanya.
Semoga surat pendek ini mewakili adaku, mas. Aku ada, meski tak terlihat. Aku nyata, meski tak bisa kau raba. Eh bentar mas, kok jadi serem ya? Hahah biarlah. Tak mau aku menghapus kata yang sudah tertulis sepertihalnya aku tak mau menghapus segala kenangan dan mimpi kita.

Surat kecilku, titip usap manja untuk dia, aktor utama di setiap mimpi indah juga burukku.

Dari aku, penanti setianya.


Surat balasan untuk @NengWafa dari @Mas_Aih
Diambil dari: http://wafakamilah.blogspot.com/


No comments:

Post a Comment