Cloud in Stray Birds
Halo Rai,
Aku mau cerita
tentang foto senja yang kukirim ke kamu beberapa hari lalu. Masih inget kan?
Kalau nggak inget, baiklah aku ingatkan lagi. Yang ini:
Ceritanya, hari
ini aku baru pulang dari Ciwalk. Langit udah mendung banget. Waktu jalan pulang
menuju kostan sebenernya udah hujan, tapi pas aku buka payung beberapa langkah
kemudian hujannya mendadak berhenti. Karena udah kelanjur membuka, payungnya
aku pakai ajah sampai tiba di Indomart. Agak aneh emang ngebayangin ngeliat
orang pake payung dalam keadaan mendung gak berhujan. Baru pas sampai Indomart
aku tutup payungnya.
Keluar dari
Indomart, aku nggak sengaja ngeliat langit di sebelah Barat. Dramatis banget.
Matahari yang udah mau pulang dikejarkejar sama awan yang berhamburan. Warna jingganya
berbaur dengan kelabu. Kayaknya sore itu, Tuhan lagi iseng nyuruh malaikat
melukis abstrak deh.
Begitu sampe
kostan, aku langsung naik ke lantai dua. Dari situ, biasanya keadaan langit
bisa jelas terlihat. Biasanya sih aku cuma berdiri di jendelanya. Tapi kali
itu, saking takjubnya, aku naik ke jendelanya dan duduk di atap rumah orang di
sebelah kostan. Dari situ, semua keliatan sempurna. Foto langitnya juga bisa
lebih jelas. Tapi tetap ajah bagusan lihat langsung.
Terus, pas lihat
itu aku mikirmikir. Seandainya langit botak tanpa awan, apa senja masih
semenarik itu yah? Iya sih, warna senja
emang menarik. Tapi, awan yang membuat dia makin indah. Awanawan yang bikin
warna dan penglihatan senja jadi begitu dramatis. Tanpa awan, senja hanya warna
tanpa turunannya.
Nah, karena itu
aku suka banget sama awan. Seperti yang aku bilang, awan itu kayak perasaan. Dia
itu selalu memberi rasa terhadap apa yang kita alami, apa yang sedang terjadi
di langit, termasuk rasa di senja. Kita emang nggak pernah bisa bentuk awan
semau kita, tapi kita bisa lihat awan seperti apa yang kita kehendaki.
Oh ya, kamu
pernah baca Stray Birds-nya Rabindranath Tagore? Salah satu puisi dari 326
puisi sangat pendek yang ada di situ bilang begini:
“Clouds come floating into my life from other days no longer to shed rain or usher storm but to give colour to my sunset sky.”
Kayaknya, sore
itu, puisi Tagore ini benerbener aku alami. Secara harfiah. Sore itu, aku
pulang dari Ciwalk karena dateng awan gelap. Mendung banget. Tapi bukannya malah
jadi hujan, awannya malah mainmain sama senja, terus bikin gradasi warna yang
di beberapa bagian kita mungkin nggak tahu itu warna apaan.
Ngomong-ngomong
soal Tagore. Aku pernah punya Gintajali-nya yang diterjemahin Pustaka Rakyat
loh. Tapi nggak tahu ke mana. Ini cuma mau nyombong ajah sih. Beberapa karyanya
aku sempet baca dan nggak ngerti, tapi aku suka. Kadang kita kan emang nggak
perlu ngerti buat bisa menikmati sesuatu, karena ada halhal yang cuma bisa
dirasain, nggak perlu dipikirin. Kayak kebiasaan kamu melototin senja tiap
sore. Kayak kebiasaan aku bikin cerita dari bintangbintang.
Dan inti dari
surat ini adalah aku mau kasih hadiah berupa pdf buku Stray Birds – RabindranathTagore.
Selamat
menikmati!
Em
Oleh @omemdisini untuk @rairahmanindra
Diambil dari: penyairduamusim.blogspot.com
---
Surat balasan @rairahmanindra untuk @omemdisini
Dear Em,
Thank u so much for the mail. What a lovely letter; senja and poetry? Ah you know how to treat me that well.
Suratmu (http://penyairduamusim.blogspot.com/search?updated-min=2013-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2014-01-01T00:00:00-08:00&max-results=1) kemarin itu kuterima di saat dudukduduk sambil ngopi di Kuta. Orangorang pada kaget, karena secara tibatiba aku tertawa sumringah. Abaikan. Mereka nggak tahu aku sedang baca apa. Lagian,mereka juga gak perlu tahu. Ngapain coba?
Gambar senjamu menakjubkan. I envy you, di Bali sudah beberapa hari ini mendung. Aku belum bertemu senja berwarna. mendung saja.
Seperti hari ini, hujan selangseling menyela. Angin meniup kencang. Kata suratkabar, di Bali dan beberapa area di NTT dan NTB sedang dilanda badai narelle, kecepatan angin sampai 45km perjam.
Pernahkah kau bayangkan, angin meniadakan awan?
Kalau Tagore ada di sini,kirakira puisinya akan seperti apa ya?
Terimakasih loh sudah dikirimin pdf-Stray Birds. I do love Tagore. His works great.
Tentang Tagore, kamu tahu gak. Dia pernah ke Bali dan Jawa di 14 Juli 1927. 14 tahun sebelum dia wafat. Waktu itu dia mengunjungi Asia Tenggara, ke Kualalumpur, Penang, Malaka, Siam dan Singapura. Hasilnya catatan perjalanan berjudul Jatri (1929). Kayaknya kita harus cari yang ini deh.
Selain tiga karya terbaiknya termasuk Gitanjali (Song Offerings), Gora ( Fair-Faced) dan Ghare-Baire (The Home and the World). Kamu pernah punya Gitanjali? Wah go find it. Karena ada pengantar Yeats disana. Would like to read it, thought?
Bicara tentang Tagore yang asal India, jadi kepikiran sama Arundhati Roy dengan novelnya the God of Small Things. Pernah baca? Oh, kamu harus baca. Novel ini benar-benar tertulis dengan baik. Background Arundhati yang arsitek membuat struktur jalinan cerita menjadi menarik; seperti bangunan yang tertata dengan baik, dari mulai ruang tamu sampai dapurnya. Dia salah satu inspiratorku dalam menulis.
Its said: “The Great Stories are the ones you have heard and want to hear again. The ones you can enter anywhere and inhabit comfortably. They don’t deceive you with thrills and trick endings- The God of Small Things”
Aku dulu pernah punya novel itu, kayaknya masih ada, tapi nanti mesti dicari dulu. Numpuk diantara buku-buku sasatraku. Kalau di kotamu nggak nemu, sila kirim alamat, nanti aku coba kirimkan. Siapa tahu bisa jadi inspirasi kamu untuk melanjutkan tulisan yang katanya mentok itu. Sebagai pengantar, aku kasih link PDFnya. Kabari kalau sudah baca ya.
Dan, you know what? Semalam akhirnya aku bisa lihat bintang. Sebagai pengintaibintang pasti tahu bintang yang ini; tiga bintang berbaris diagonal, dengan diapit empat titik bintang di setiap sisinya. Nah ini adalah salah satu bintang favoritku. Kalau sekarang aku penikmat langit senja, dulu aku adalah pengintai bintang. Tapi itu dulu, ketika masih mencintai malam. Sekarang aku lebih menyukai senja.
Segitu dulu, kabari lagi besok ya em.
R
Thank u so much for the mail. What a lovely letter; senja and poetry? Ah you know how to treat me that well.
Suratmu (http://penyairduamusim.blogspot.com/search?updated-min=2013-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2014-01-01T00:00:00-08:00&max-results=1) kemarin itu kuterima di saat dudukduduk sambil ngopi di Kuta. Orangorang pada kaget, karena secara tibatiba aku tertawa sumringah. Abaikan. Mereka nggak tahu aku sedang baca apa. Lagian,mereka juga gak perlu tahu. Ngapain coba?
Gambar senjamu menakjubkan. I envy you, di Bali sudah beberapa hari ini mendung. Aku belum bertemu senja berwarna. mendung saja.
Seperti hari ini, hujan selangseling menyela. Angin meniup kencang. Kata suratkabar, di Bali dan beberapa area di NTT dan NTB sedang dilanda badai narelle, kecepatan angin sampai 45km perjam.
Pernahkah kau bayangkan, angin meniadakan awan?
Kalau Tagore ada di sini,kirakira puisinya akan seperti apa ya?
Terimakasih loh sudah dikirimin pdf-Stray Birds. I do love Tagore. His works great.
Tentang Tagore, kamu tahu gak. Dia pernah ke Bali dan Jawa di 14 Juli 1927. 14 tahun sebelum dia wafat. Waktu itu dia mengunjungi Asia Tenggara, ke Kualalumpur, Penang, Malaka, Siam dan Singapura. Hasilnya catatan perjalanan berjudul Jatri (1929). Kayaknya kita harus cari yang ini deh.
Selain tiga karya terbaiknya termasuk Gitanjali (Song Offerings), Gora ( Fair-Faced) dan Ghare-Baire (The Home and the World). Kamu pernah punya Gitanjali? Wah go find it. Karena ada pengantar Yeats disana. Would like to read it, thought?
Bicara tentang Tagore yang asal India, jadi kepikiran sama Arundhati Roy dengan novelnya the God of Small Things. Pernah baca? Oh, kamu harus baca. Novel ini benar-benar tertulis dengan baik. Background Arundhati yang arsitek membuat struktur jalinan cerita menjadi menarik; seperti bangunan yang tertata dengan baik, dari mulai ruang tamu sampai dapurnya. Dia salah satu inspiratorku dalam menulis.
Its said: “The Great Stories are the ones you have heard and want to hear again. The ones you can enter anywhere and inhabit comfortably. They don’t deceive you with thrills and trick endings- The God of Small Things”
Aku dulu pernah punya novel itu, kayaknya masih ada, tapi nanti mesti dicari dulu. Numpuk diantara buku-buku sasatraku. Kalau di kotamu nggak nemu, sila kirim alamat, nanti aku coba kirimkan. Siapa tahu bisa jadi inspirasi kamu untuk melanjutkan tulisan yang katanya mentok itu. Sebagai pengantar, aku kasih link PDFnya. Kabari kalau sudah baca ya.
Dan, you know what? Semalam akhirnya aku bisa lihat bintang. Sebagai pengintaibintang pasti tahu bintang yang ini; tiga bintang berbaris diagonal, dengan diapit empat titik bintang di setiap sisinya. Nah ini adalah salah satu bintang favoritku. Kalau sekarang aku penikmat langit senja, dulu aku adalah pengintai bintang. Tapi itu dulu, ketika masih mencintai malam. Sekarang aku lebih menyukai senja.
Segitu dulu, kabari lagi besok ya em.
R
Diambil dari: rairahmanindra.wordpress.com
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete