What If
To: wardaniema@gmail.com
Subject:
Em, I need you.
Dira, dia... kayaknya
benar-benar sudah fix mau membatalkan pertunangan kami. Padahal keluarga besar
sudah tahu aku akan menikah enam bulan lagi.
Bapak dan ibu belum tahu
tentang ini, Em. Kemarin, Dira pas main ke rumah juga masih biasa. Tapi
pulangnya lagi-lagi dia ngomong mau membatalkan pertunangan saja.
Argh! It's so
frustating!
Aku sudah bilang gak
mungkin. Sudah banyak yang tahu kami akan menikah enam bulan lagi. Apa yang
akan diomongin orang jika tiba-tiba batal? Apalagi bapak dan ibu kan termasuk
priyayi di kota ini. Mereka pasti akan terpukul sekali.
Tapi dia bergeming, Em.
Dia mau menundanya. Dia masih belum yakin ini keputusan yang benar. Dia masih
muda, masih ingin bebas, katanya. Apalagi dia masuk kerja baru sebulan ini.
Tidak bisakah ditunda dulu sampai dia sudah benar-benar yakin?
Coba bayangin, Em,
ditunda bagaimana jika gedung saja sudah dipesan, rapat keluarga sudah kami
adakan, tetangga-tetangga dan relasi bapak ibu juga sudah tahu semuanya. Pasti
kami akan malu sekali. Terutama bapak ibu.
Oke, I know she's still
22. Tapi 22 tahun juga bukan muda-muda amat kan? Sudah cukup dewasa untuk
menikah. Sudah cukup waktu mudanya untuk bersenang-senang. Lagipula kenapa dulu
dia mengiyakan ketika membahas tanggal pernikahan di hadapan keluarga besarnya
dan keluarga besarku? Kenapa dia mau? Kalau dia dulu tidak mengiyakan, pasti
aku gak akan sepusing ini, Em.
Sekarang, bagaimana aku
ngomong ke bapak ibu? Ke keluarga besarku?
Please, Em. You're the
one that know me since Junior High School. Tell me what to do.
Oleh: @adityalenggah
untuk @wardaniema
Diambil dari: http://www.namarappuccino.com/
---
Surat balasan dari
@wardaniema untuk @adityalenggah
What if?
To :
aditya.lenggah@gmail.com
Subject :
Hai dit, sorry ya
kerjaanku lagi banyak banyaknya. Libur dua hari aja Seninnya udah gedebukan,
padahal satu klien kemarin dadakan minta ketemu di Semanggi malem malem.
Berkurang satu meeting ga mengurangi sibuknya Seninku :) duh kok aku malah
curhat ya?
Soal Dira, coba kamu
omongin lagi tapi pastiin dia dalam kondisi yang enak banget jangan pas dia
capek atau malah pas PMS. Gali lagi apa alasan sebenarnya. Nanti pas ngomong
sama dia ga usah bawa bawa keluargamu, relasi relasi Romo dan Ibumu takut
tersinggung dia, pokoknya ciptakan obrolan yang memang tokoh utamanya adalah
kalian berdua.
Jangan stress dulu, di
omongin dulu ya? Aku kan ga kenal Dira seperti aku kenal kamu, nanti kalau aku
berasumsi aneh aneh malah bikin ruwet. Namanya juga udah deket waktunya mungkin
Dira juga senewen sebentar lagi jadi Ny. Adit. Eh usia ga pengaruh boooooy.
Udah ah, sana temui Dira.
Keep me posted, okay?
Diambil dari:
http://miftachaliq.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment