19 January 2013

Surat Kaleng untuk @ASanyyy


Selamat sore, Kamu.

Sore di sini diguyur hujan. Bagaimana soremu di sana – yang entah di mana?

Sebelum kamu mulai hanyut dalam genangan kata-kata dalam surat yang kukirimkan ini, boleh kalau mau sambil minum kopi atau bakar dulu sebatang rokokmu. Agar kamu bias membacanya dengan santai. Aku tak akan memberatkanmu seperti yang sudah-sudah. Aku hanya akan menuliskan hal-hal sederhana yang tak sempat ku sampaikan.

Bagaimana kabar hatimu? Ah, dia pasti sudah lama menemukan bahagianya, ya? Karena tetap berjalan menuju masa depan denganku mungkin adalah keputusan yang salah untukmu. Aku bukanlah perempuan yang kau inginkan ada di masa depanmu. Selama ini, yang kita jalani sepertinya adalah gabungan antara mimpiku dan keterpaksaanmu yang dibalut rasa kasihan. Begitu?

Menyedihkan sekali jadi aku. Kita beriringan ke masa depan. Aku dengan riang dan hati meletup, sementara kamu susah payah menyeret hati dengan pikiran datar. Setidaknya inilah yang belakangan ku sadari.
Tapi tak apa, masa itu sudah lama lewat. Toh kita sudah terbiasa tidak lagi membicarakan perihal cinta dan tetek bengeknya. Kita mulai nyaman dengan ruang yang kita bangun berdua. Ruangan baru bersekat status. Ruangan yang membuatku hanya bias melihat siluet dirimu yang terpantul cahaya msa lalu. Tanpa bias menyentuh, tanpa bisa direngkuh olehmu.

Banyak hal yang kemudian ku alami setelah kepergianmu. Banyak cerita yang tertulis dalam lembaran hatiku yang kau tinggalkan tergelak di meja hidup. Kau mau dengar ceritaku?

Oh iya, silahkan teguk dulu kopimu.

Kau mau tahu kabar (hati)ku? Kau tahu, hatiku sudah jauh lebih baik. Meski lebam biru bekas hantaman cinta semumu masih jelas terlihat, setidaknya hatiku mau berjuang menyembuhkan dirinya. Dia bahkan sudah tidak lagi menangis saat disakiti. Hatiku jadi jauh lebih kuat. Hatiku banyak belajar setelahnya. Apa itu terdengar bagus agimu? Semoga.
Awalnya, kupikir tak mungkin mencoba menyembuhkan hatiku tanpa bantuan orang lain. Lalu setelah kamu, aku beranikan diri mencari seseorang yang memiliki penawar. Iya. Aku mencari cinta baru. Hati baru yang siap menjaga.

Aku bertemu dengan beberapa pria, yang tak pernah bis abertahan lama. Dalam hitungan hari, mereka perlahan mundur. Tak sanggup. Hatiku mengidap penyakit setara kanker stadium 4 yang kemungkinan sembuhnya mencapai nol persen. Sepertinya ini yang membuat mereka menyerah.

Akhirnya kuputuskan membiarkan hatiku disembuhkan waktu. Lagipula kupikir, tak adil rasanya memaksa oranglain melakukan sesuatu yang mestinya menjadi tugasku; menyembuhkan hati.

Dan lagi, bagaimana mungkin menghadirkan cinta baru sementara di dalamnya masih disesaki penghuni lamanya. Benar. Kamu tak pernah benar-benar mati di hatiku. Kamu menyubur, mengakar. Aku bahkan harus berebut tempat denganmu di hatiku sendiri. Aneh! cinta tak bisa dipaksa tumbuh ketika dia belum menyelesaikan cinta yang sebelumnya. Tak bisa.

Kau tahu, bahagiaku yang paling adalah ketika bersamamu. Hari-hari yang kulewati denganmu adalah waktu terbaik yang pernah aku punya. Kita pernah menghabiskan semalam suntuk di kaki merapi. Dan momen terbaik yang terekam jelas di otakku adalah malam singkat dihujani ratusan nyala kembang api dalam pelukanmu. Meski hatus melawan hujan setelahnya hingga pagi hari. Kamu yang terbaik. Setidaknya saat ini, belum ada yang sanggup mengambil seujung saja posisimu di hatiku. Tak pernah ada.

Dan kalau boleh jujur, hanya saat bersamamu aku menemukan diriku. Aku tak perlu menjadi siapa-siapa. Kau membuatku berani bermimpi. Berani menginginkan. Termasuk berani menginginkanmu yang tak menginginkanku. Ironis.

Tunggu. Jangan dulu bakar rokok keduamu. Suratku sudah hampir selesai.

Aku hanya ingin mengatakan betapa aku sangat merindukanmu. Masih banyak hal yang ingin ku ceritakan padamu. Tentang hari-hariku bersama teman-teman. Tentang dunia kerjaku. Aku pun ingin mendengar banyak kisah yang kau alami setalah tak lagi ada aku di sisimu.

Dan dengan siapapun kini kau habiskan hari-harimu, mohon agar kau harus lebih bahagia. Bias? Bagus!

Tak perlu kau balas suratku. Balas saja rinduku agar aku kembali berani hidup.
 
Suratku selesai di sini, sejauh kata rindu. Tapi cintaku padamu tak pernah selesai.

Salam,


Aku
Perempuan penyimpan cinta untukmu 



No comments:

Post a Comment