19 January 2013

Surat Kaleng untuk @lolik_adjah

-->
-->
Mungkin (Bukan) Pernyataan Cinta


Ucapkanlah kasih satu kata yang kunantikan
Sebab ku tak mampu membaca matamu
Mendengar bisikmu
...

Bisa kau menuliskan lanjutan lirik itu untukku lagi? Oh, aku tahu, kau pasti sudah lupa. Karena
memang apa yang dulu aku anggap sebagai sesuatu yang mendebarkan hatiku hanyalah angin lalu
buatmu. Tapi tak apa, terima kasih karena kau pernah memberikan warna dalam cerita hidupku.

Surat ini mungkin sebuah pernyataan cinta dariku, mungkin juga tidak. Terserah padamu mau
menganggapnya apa. Bisa sesuatu yang kutulis dengan debar yang menggebu dari jantungku atau
sesuatu yang akan kau lupakan dengan mudahnya.

Aku mencintai seseorang yang pernah menjadi imam sholatku dan aku harapkan menjadi imam
hidupku. Aku mencintai seseorang yang sangat mencintai sepak bola. Aku mencintaimu lik.

Tapi itu dulu, sebelum kau dengan secara sukarela membuatku jatuh hati lalu membuatnya patah.
Entah sekarang. Aku sendiri si pemilik hati yang pernah jatuh padamu juga tidak paham dengan
keadaannya saat ini. Jika aku tak lagi suka padamu? Lalu kenapa aku masih membiarkan pipiku
merona merah saat kau ada di dekatku? Kenapa aku masih saja memikirkanmu dan masih saja mau
mengirimimu surat ini? Bodohnya aku.

Seseorang mengatakan, bahwa hidup merupakan proses memilih. Tapi kenapa aku tidak dibiarkan
memilih saat perasaan yang diam-diam menelusup ke hatiku itu datang? Dia datang tanpa
membiarkanku memilih ‘jatuh cinta’ atau ‘tidak’! Dan kemudian ada sedikit sesal dariku saat
aku memilih untuk membiarkan cinta itu tumbuh, semakin tumbuh, dan akhirnya jatuh dengan
sendirinya.

Tapi, aku tidak ingin melanjutkan sesal itu. Kita dipertemukan oleh sesuatu yang sudah digariskan.
Dan bila memang kita tidak bisa bersama, karena mungkin garis kita tidak ditakdirkan untuk bisa
menyatu. Dan aku tidak akan menyesalinya.

Terima kasih lik.
Terima kasih untuk rona-rona merah dan debar jantung yang kau hadirkan dalam hidupku.
Terima kasih sudah mengajarkan padaku untuk lebih berhati-hati dalam menaruh hati.
Tanpamu, warna dalam ceritaku tak akan lengkap.

No comments:

Post a Comment