Teruntuk: @Fx_Felix
Aku baru saja membaca tentang proyek 30 Hari Menulis Surat Cinta di
twitter. Melihat ada
kesempatan untuk menulis, entah kenapa aku tiba-tiba ingin menulis
untuk mu.
Bukan, ini bukan surat cinta. Ini hanya surat kaleng untuk kamu si
penerima, hanya untuk
menyampaikan segala rasa yang ada.
Ya, kamu. Orang yang ku kenal beberapa tahun yang lalu. Waktu itu kita
bertemu di hari
Minggu. Kamu mungkin sudah lupa. Tapi aku tidak. Aku ingat setiap
peristiwa, ketika kita
pertama kali berbicara.
Asyik, hangat, dan menyenangkan. Itulah kesan ku yang pertama. Mungkin
tidak terlalu banyak hal yang kita obrolkan, tapi bagiku tetap saja berkesan.
Beberapa waktu kemudian, kita kembali berjumpa. Tidak hanya untuk
sekedar berbicara dan makan bersama-sama. Tapi juga bekerja bersama. Minggu demi minggu
berikutnyapun kita akan banyak berjumpa. Tanpa ku tahu, ini adalah awal dari segala rasa.
Seperti salah satu lirik lagu, mulanya memang biasa saja. Tak ada yang
hebat dan mempesona darimu. Tapi entah kenapa aku merasa senang bisa memiliki waktu
denganmu dalam seminggu. Hanya untuk mendengar cerita-ceritamu dan teman-teman lain yang
terkadang tidak ku mengerti. Tapi aku senang. Ya, hanya itu.
Beberapa bulan berlalu. Beberapa orang menyarankanku untuk bersamamu.
“Tidak ah,” kataku. Padahal sebenarnya aku mulai memikirkan itu. Hanya saja aku bingung dan
ragu. Kala itu aku masih remaja yang polos hatinya dan juga labil perasaannya. Remaja yang
ingin punya pasangan dengan berbagai kriteria. Kamu saat itu sepertinya tidak masuk ke
dalamnya. Dan aku mulai mengingkari setiap rasa yang tercipta. Mereka masih menyarankan hal
yang sama, dan aku hanya bisa tertawa. “Ah, lagian aku ini wanita,” pikirku. Tak
mungkinkan aku yang memulainya. Maka aku pun mengabaikan setiap rasa dan kata, hanya menikmati keadaan
yang membuatku merasa nyaman.
Ada pertemuan, ada perpisahan. Aku pun harus pergi dari tempat itu,
artinya berpisah pula
denganmu. Sedih? Mungkin. Tapi itu tertutup oleh rasa excited dengan
babak baru yang akan kujalani. Pikirku aku akan menemui pria lain, yang mungkin lebih sesuai
dengan kriteria yang kuingini. Toh, sepertinya kau juga tak menyukaiku. Maka aku pun mulai
meminggirkan semua rasa itu. Waktu dan tempatpun menjauhkanku darimu.
Satu peristiwa membuatku kembali bertemu denganmu. Aku tak tahu kau ada
waktu itu. Aku percaya itu bukan suatu kebetulan. Moment itu kembali memunculkan rasa
yang pernah ada. Ya, rasa itu masih ada. Mungkin salahku dulu tidak menghilangkannya.
Singkat cerita saja, peristiwa itu tidak mengubah keadaan. Aku masih
jauh darimu. Hanya saja aku mulai sering memikirkanmu. Ingin memiliki relasi yang lebih dekat
denganmu. Tapi entah kenapa sepertinya susah. Mungkin karena lingkungan kita berbeda. Atau
karena kau memiliki banyak relasi dekat.
Aku bukanlah orang yang ahli dalam soal relasi. Begitupun dalam
berkomunikasi. Bahkan hal yang kulakukan terkadang membuatku merasa konyol sendiri. Pikirku,
kenapa aku bisa begini? Tapi aku pun tetap tidak mengerti secara pasti.
Yang kutahu, aku hanya memiliki kasih. Ya, kasih padamu yang semakin
besar di hati. Kasih yang menyebabkanku mulai membuat berbagai toleransi. Toleransi akan
berbagai kriteria yang dulu membuat kamu tidak sreg di hati ini.
Ahh.. terlalu banyak hal yang ingin kusampaikan. Masih banyak rasa yang
ingin kunyatakan. Selama ini, semua hanya bisa kudoakan. Aku masih menunggu konfirmasi
dari Tuhan. Apakah kamu orang yang tepat dan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Tapi doa
pun butuh tindakan bukan? Maka inilah tindakan yang kulakukan.
Konyol mungkin. Atau mungkin kau berpikir aku kekanak-kanakan. Yah,
tapi beginilah caraku mengungkapkannya. Bukan bermaksud apa-apa, surat ini hanya sebagai alat
penyampai rasa. Tapi aku yakin kamu pasti bisa bijaksana dan dewasa dalam menyikapinya.
Semoga Tuhan menyertaimu senantiasa.
Salam Hangat
(^_^)
No comments:
Post a Comment