Kepada : @oyawinaldo
Secuil Kisah Lalumu
Hei kak, boleh aku pinjam waktumu? 3 menit saja, aku janji
nggak akan lebih. Boleh? Hahaha, Makasi kak. Sekalipun kau bilang nggak boleh, aku
yakin kau akan terus membaca.
Jadi apa kabar kak? Lama nggak melihatmu. Semoga senyum itu
nggak bosan-bosannya ya menghiasi wajahmu. Ah senyum itu, pertama kali
melihatmu aku pikir aku sedang melihat malaikat, hahaha. Senyummu selalu
membuat hati meleleh sih. Andai aku bisa melihatnya lebih sering. Tapi walaupun begitu, senyum itu bahkan nggak sampai
setengah dari cerminan hatimu. Hatimu, hati paling tulus yang pernah aku kenal.
Entah bagaimana cara untuk ngungkapinnya. Mungkin kata "malaikat" itu
yang paling tepat untuk mendeskripsikan dirimu.
Kak, apa kepalamu mulai dipenuhi banyak pertanyaan? Kalau
iya, akan ku jawab semua pertanyaan itu di akhir suratku nanti. Tapi untuk
sekarang, aku cuma mau bilang kalau aku pun pernah menyukaimu, menyukai
senyummu, pipimu yang merona karena malu, caramu tertawa, ah pokoknya semua hal
tentangmu.
Yah, cuma itu yang mau ku sampaikan. Kalau kau tanya siapa
aku, aku hanyalah secuil kisah lalumu. Yah, hanya secuil, itupun kalau kau masih
mengingatku. Kalau kau tanya mengapa aku mengirimu surat, entahlah,
akupun nggak tau kenapa. Tapi jangan khawatir, karena aku cuma sekedar mampir. Jadi
cukupkanlah pertanyaanmu karena ini cuma surat kaleng yang nggak akan dan nggak
perlu merubah apapun. Ini bukan surat pernyataan kok, sungguh, hahaha. Dari
semua yang udah aku tulis, kau hanya perlu mengingat apa yang tertulis setelah
kalimat ini. Aku bersyukur pernah mengenalmu kak, benar-benar bersyukur.
Ah, sepertinya waktuku hampir habis, sudah waktunya kita
kembali ke kehidupan masing-masing. Terimakasih untuk 5 menitnya, semoga Tuhan
melimpahkan kebahagiaan untukmu. Amin :)
Tertanda,
Secuil Kisah Lalumu
No comments:
Post a Comment