Teruntuk : @dear_ira
Pemilik Senyum Termanis
Hai kamu pemilik senyum termanis, sudah lama yah tidak bercanda ria. Ah
jangankan itu, sekedar
ngobrol saja pun tidak. Masih ingat tidak, dulu kita sering sekali
ngobrol ngalor ngidul, segala hal
menjadi topik pembicaraan yang seru.
Hai kamu pemilik senyum termanis, sekedar mengingat-ingat masa
perkenalan awal kita, dahulu
itu aku sudah memperhatikanmu sejak duduk dibangku kelas 1 SMP hingga
akhirnya kita sekelas
di kelas 3. Saat hari pertama masuk di kelas 3, entah kenapa aku tak
bisa memalingkan pandangan
darimu, ya mungkin kamu menganggapnya lebay tapi memang seperti itu
adanya.
Hai kamu pemilik senyum termanis, saat itu aku berusaha bisa duduk
sedekat mungkin denganmu.
Tapi saat aku berhasil bisa duduk dimeja sebelah kamu, entah kenapa
kamu bertukar posisi dengan
teman sebangkumu. Saat itu aku merasa kamu menghindar, atau mungkin
kamu merasa risih dekat
denganku.
Hai kamu pemilik senyum termanis, akhirnya aku bisa juga dekat
denganmu. Perjuangan besar
untuk bisa mencari topik yang bisa membuatmu tertarik. Setelah begitu
mengenalmu, aku pun
semakin kagum bahwa ternyata kamu sangat baik dan perhatian pada
siapapun. Kita selalu seru-
seruan bersama, sampai-sampai semua orang menganggap kita saling
menyukai yang aku sendiri
mengamininya tapi ya entahlah dengan perasaanmu padaku.
Hai kamu pemilik senyum termanis, lama-lama rasa itu semakin kuat. Aku
semakin mencintaimu dan
mulai berpikir untuk menyatakan perasaanku ini, entah apakah perasaan
ini hanya sekedar cinta
monyet atau apalah itu. Sampai akhirnya satu hal yang tak terpikir
olehku terjadi. Seorang teman,
teman sebangku ternyata menyukaimu. Aku pun memutuskan menahan rasaku,
menunggu temanku
mengungkapkan perasaannya padamu karena aku yakin kamu tak menyukainya
dan setelah itu aku
akan menyatakan perasaanku. Dan ternyata hal yang paling tidak inginku
dengar terjadi juga, kamu
akhirnya menerima cintanya. Perasaanku berkecamuk, marah pada diriku
dan juga padamu. Tapi
akhirnya aku sadar, bahwa mungkin memang salahku yang tak mengungkapkannya
padamu.
Hai kamu pemilik senyum termanis, betapa perihnya melihat kamu berjalan
bersama dengannya,
duduk berdampingan di bis kala perpisahan ke Yogyakarta. Bahkan sampai
akhirnya kita sama-
sama melanjutkan di SMA yang sama, namun kamu dan pacarmu berbeda
sekolah, betapa perihnya
melihat ia menantimu didepan gerbang sekolah untuk menjemputmu.
Hai kamu pemilik senyum termanis, hari terus berganti sampai akhirnya
kita lulus SMA, dan lagi-
lagi aku belum mengungkapkan isi hatiku. Sampai akhirnya aku memberanikan
diri mengungkapkan
perasaanku padamu 6 bulan sejak kita lulus, tepatnya 20 januari 2007.
Hanya ungkapan rasa tanpa
meminta jawaban, karena aku sadar bahwa mungkin memang kita tak
berjodoh. Terlebih setelah
kusadari bahwa kita berbeda keyakinan yang tak mungkin bisa disatukan.
Hai kamu pemilik senyum termanis, sering kali kita berpapasan seolah
mengisyaratkan sesuatu.
Ya, tiap bayang-bayangmu mulai hilang, tiap itu pula kita berpapasan
tak sengaja. Sampai akhirnya
seperti sudah digariskan bahwa memang kita selalu terhubung, kita
berjumpa di waktu yang paling
penting bagimu, yaitu Wisuda kamu. Saat itu aku menjadi panitia wisuda,
alangkah bahagianya bisa
melihat senyum kamu dengan pakaian toga. Sebuah rasa yang sulit sekali
dilukiskan. Apakah kita
memang ditakdirkan, atau hanya permainan perasaan dari tuhan, entahlah.
Hai kamu pemilik senyum termanis, akhirnya semua terjawab saat diprofil
sosial media, kamu
membagi kabar bahagia bahwa kamu akan menikah. Mendapat kabar itu,
perasaanku tidak seperti
saat dulu, aku sudah mulai bisa menerimanya.
Hai kamu pemilik senyum termanis, ada beberapa hal yang kamu tak
ketahui.
Pria ini yang selalu menaruh hati padamu... bahkan sampai saat ini
Pria ini yang selalu ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja, seperti
saat kita pergi bersama dan
pulang malam, aku pun mengikutimu sampai dirumah hanya untuk memastikan
kamu selamat.
Pria ini yang kamu anggap pecundang karena tidak melakukan pengorbanan
untuk mendapatkanmu,
tapi mengorbankan perasaannya untuk sekedar melihatmu tersenyum
bahagia.
You and me
We used to be together
Every day together always....
Sepenggal lirik “Don’t speak” -no doubt-
Don’t speak.... biar hati yang bicara, teruntuk kamu pemilik senyum
termanis.
Dari seorang yang sampai kapanpun mencintaimu.
No comments:
Post a Comment