28 January 2013

Surat untuk Hujan

Untuk, Hujan.

Hai, Hujan. Aneh yah nulis surat untukmu. Kau mahir membaca pun aku tak tahu. Tapi biarlah, biar nanti aku saja yang membisikkan isi surat ini kepadamu.

Kau tahu, Hujan? Aku mungkin hanyalah sedikit orang yang menyukaimu di Bumi ini. Iya, aku jatuh cinta kepadamu. Bukan karena tak ada lagi manusia di Bumi yang kusuka, bukan. Tapi hati ku sudah ter-setting oleh Penciptamu untuk selalu suka dengan air - air kecil bergerombol yang jatuh ke Bumi ini. Jadi, setiap kau datang mengetuk jendelaku, aku selalu siap menengadah mengangkat kedua tanganku untuk berdoa kepada Penciptamu. Karena aku tahu, salah satu waktu yang tepat untuk berdoa adalah ketika hujan turun, Insya Allah akan di Ijabah Oleh-Nya.

Hujan…. ada satu hal lagi yang paling membuatku jatuh cinta kepadamu. Petrichor. Aroma tanah yang kering yang baru saja dijatuhi olehmu akan menciptakan aroma yang khas. Mata ku selalu terpejam dan kuhirup baik-baik aromanya lewat Indera Penciumanku ketika Petrichor itu sudah datang. Damai.

Menurutku hujan itu romantis. Selalu ada cerita baru yang tercipta pada saat hujan turun dan setelahnya. Aku pernah berandai-andai, suatu hari pada saat hujan turun, aku dan dia menyanyi dan menari di bawah guyuran hujan. Romantis, bukan? Ah.

Hujan… aku heran, akhir-akhir ini kau kenapa selalu terlihat sedih? Bulir-bulir mu yang jatuh ke Bumi selalu keras, deras, bergerombol seakan ingin marah. Aku takut. Apa ada yang menyakiti hati mu? Beri tahu kepada ku, Hujan. Ceritakan itu semua. Aku siap mendengar setiap keluh kesah mu.

Tapi tak mengapa jika kau datang dengan deras, hal itu mungkin bisa menjadi perantara bagi teman-teman yang lain, pun aku. Perantara melampiaskan kesedihan, agar air mata yang jatuh mengalir bersama mu akan bermuara pada sudut kebahagian nantinya. Semoga.

Hujan… maafkan mereka yang jika kau datang malah berlomba-lomba masuk rumah, menutup pintu dan jendela untukmu. Maafkan mereka yang sering mengumpat kasar di lini masaku tentangmu. Maafkan mereka yang sedikitpun tak mau disentuh olehmu. Maafkan mereka semua, Hujan. Mungkin kau datang di saat yang kurang tepat. Di saat mereka ingin memulai hari, bekerja dan bersekolah.

Hujan… hal itukah yang membuatmu bersedih? Sekarang suara yang kau hasilkan dari air-air kecil yang jatuh ke atap rumahku semakin keras. Ada apa denganmu, hujan? Berhentilah bersedih. Tolong maafkan mereka.

Hujan… lupakan semua hal yang menyakti hatimu, sekarang aku hanya ingin berterimakasih. Terimakasih karena sudah datang. Terima kasih sudah memberikan pekerjaan kepada anak jalanan di luar sana untuk menjadi tukang ojek payung. Terima kasih karena tawa riang bahagianya muncul lagi ketika menawarkan payung demi payung kepada orang yang ingin terhindar darimu. Terima kasih, hujan.

Hujan… karena aku sudah jadi seseorang yang jatuh cinta kepadamu, izinkan aku meminta satu permintaan. Hujan… tolong sampaikan salamku untuk manusia pribumi yang tak menyukaimu tapi aku menyukainya. Sampaikan salam rinduku kepadanya. Beritahu dia, bahwa aku masih menunggunya di bawah guyuranmu yang semakin deras.

Tertanda,
Aku penikmat Hujan. 


oleh @Rhieryy
diambil dari http://nurulfajriyahd.tumblr.com

No comments:

Post a Comment